Situs atau peninggalan sejarah merupakan daerah dimana ditemukan benda-benda purbakala, benda-benda purbakala terebut diantaranya istana-istana, masjid, makam, benteng, dan candi. Bangunan-bangunan sejarah tersebut pada dasarnya memiliki kriteria tertentu diantaranya:
(1) usianya sejak pendiriannya lebih dari 50 tahun,
(2) memiliki kapasitas dan sumbangsih bagi peningkatan dan kualitas hidup berbudaya umat manusia dalam arti inovasi Teknik ilmu pengetahuan dan seni,
(3) memiliki fungsi dan peran yang bisa menjadi saksi dan petunjuk peringatan atau kenangan atas suatu peristiwa penting oleh umat manusia yang menghidupinya,
(4) menjadi bagian tak terpisahkan dari karakter fisik lingkungannya berada sehingga dijadikan salah satu komponen ingatan kolektif masyarakat tentang identitas tempat,
(5) bagian tak terpisahkan dari pemahaman yang utuh terhadap tokoh masyarakat, tradisi local, perjuangan umat manusia dan alamat, analogi dimana rekonstruksi peristiwa tertentu dijaman tertentu dapat dilakukan.
Nah, salah satu situs peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Kebumen adalah Benteng Van der Wijck yang berada di Desa Sidayu, Kecamatan Gombong. Benteng van der Wijck dimanfaatkan sebagai objek wisata dan taman wisata masyarakat setempat.
“Sudah 4 tahun benteng menjadi sepi karena dampak dari efek pandemic yang tak kunjung reda, jadi jarang ada wisatawan yang datang”, kata Erik Haryoso.
Efek pandemic pun menyebabkan benteng tersebut menjadi sepi pengunjung dimana sebelum pandemic benteng tersebut selalu ramai menjadi tempat wisata dan tempat belajar bagi masyarakat sekitar.
Letak Benteng Van der Wijck
Bangunan peninggalan sejarah kolonial ini mampu mengungkap kehidupan sejarah masa lampau yang masih tersisa. Benteng Van der Wijck merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang berada di komplek SECATA (Sekolah Calon Tamtamaa) Gombong yang beralamat di Jalan Sapta Marga Gombong.
Bangunan peninggalan masa kolonial ini lebih banyak bercirikan bangunan khas Eropa antara lain bangunan tinggi, pintu dan jendela tinggi setiang-tiangnya terlihat kokoh.
Ciri khas dari Benteng Van der Wijck yaitu terbuat dari batu bata merah, sehingga Benteng Van der Wijck ini juga dikenal sebagai Benteng Merah.
Lokasi benteng yang cukup strategis dan banyaknya pembelajaran sejarah yang dapat dikaji dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar sejarah siswa di sekolah-sekolah terdekat dengan benteng tersebut.
Sejarah Benteng Van der Wijck
Benteng merupakan bukti nyata suatu peradaban bangsa di masa lalu. Benteng Van der Wijck berfungsi sebagai benteng pertahanan untuk koloni Belanda dan juga tempat untuk menyimpan senjata-senjata yang mereka gunakan dalam peperangan. Kerap kali benteng ini dikenal dengan benteng merah, karena ciri khusus benteng ini yaitu terbuat dari batu bata merah.
“Selain itu ciri khusus dari benteng ini yang menarik adalah berbentuk segi delapan dengan tinggi 10 m, luas 7.168 m2, dan mempunyai dua lantai “, kata Erik Haryoso.
Benteng Van der Wijck merupakan saksi bisu dalam peristiwa-peristiwaa sejarah pada masa colonial Belanda. Ketika kita berkunjung ke benteng tersebut pengetahuan terhadap kehidupan sejarah bangsa Indonesia akan lebih berkesan dan bermakna saat mengunjungi langsung situs peninggalan sejarah tersebut.
Tidak hanya ditinjau dari sejarahnya, benteng ini sudah banyak dilengkapi dengan tempat bermain anak-anak sehingga lebih menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Walaupun memang saat ini tempat bermain tersebut sudah terbengkalai karena efek pandemic sejak empat tahun yang lalu.
Seiring berjalannya waktu, objek wisata yang bernilai sejarah mulai kurang diminati oleh wistawan domestic. Mereka lebih tertarik untuk mengunungi objek wisata alam dan juga objek wisata buatan manusia seperti wisata kuliner dan wisata belanja.
Awalnya benteng ini sempat bernama Benteng Forth Cochius diambil dari nama pemimpin perang Belanda, Frans David Cochius yang pernah bertugas di daerah Bagelen, salah satu wilayah karesidenan Kedu. Beliau dikenal sebagai seorang perwira tantara Belanda yang juga merupakan seorang ahli bangunan.
Nama Van der Wijck diambil dari nama salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda Carel Hermen Aart van der Wijck yang bertugas di Jawa sekitar tahun 1893-1899.
Pada mulanya awal ini benteng Van der Wijck ini didirikan pada tahun 1818 oleh Jenderal Van den Bosch dan menjadikan benteng tersebut sebagai kantor VOC (Veerenigde Ootindische Compagnie), kongsi perdagangan milik Belanda.
Benteng Van der Wijck merupakan bangunan peninggalan sejarah yang berkaitan dengan perang Diponegoro. Selain itu, untuk mengatasi penyerangan-penyerangan dari pasukan Pangeran Diponegoro yang sangat merugikan, Jenderal De Kock menggunakan system benteng stelsel yakni membuat benteng pada wilayah yang berhasil dikuasai, diantara benteng tersebut dibuat jalan transportasi dan dilakukan patrol secara tetap dan benteng-benteng tadi digunakan untuk pemusatan tantara.
Belanda menciptakan politik benteng Stelsel di setiap daerah yang berhasil dikuasainya dengan tujuan untuk mempersempit wilayah gerak pasukan Diponegoro.
Saat menghadapi Diponegoro, pihak Belanda mengeluarkan biaya yang sangat banyak untuk pembuatan benteng-benteng tersebut sebagai markas mereka.
Pada tahun 1998 pihak TNI bekerja sama dengan PT. Indo Power MS untuk mengelola benteng menjadi objek wisata sejarah dan diresmikan pada tanggal 28 Desember 2000.
Lantai pertama benteng mempunyai empat pintu gerbang, 16 ruangan besar dengan ukuran 18x6,5 m, 27 ruangan kecil dengan berbagai macam ukuran, 72 jendela, 63 pintu baik pintu penghubung antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua dan dua tangga darurat.
Sedangkan lantai dua memiliki 70 pintu penghubung, 84 jendela, 16 ruangan besar dengan ukuran 18x6,5 m, 25 ruangan kecil dengan berbagai macam ukuran dan 4 tangga yang menghubungkan ke bagian atap benteng. Atap benteng pun terbuat dari batu bata merah yang sangat kuat dan kokoh.
Pengelola menambah fasilitas taman bermain anak-anak yang menarik sehingga dapat berpengaruh dalam peningkatan jumlah pengunjung. Berbagai macam taman bermain anak tersedia seperti kereta mini di atasa benteng, bom-bom car, kolam renang, bebek air, mandi bola, dan lain-lain. Bahkan tersedia juga hewan-hewan yang dapat dijadikan pembelajaran untuk anak-anak.
Adanya pengembangan objek wisata Benteng Van der Wijck dalam bdiang ekonomi yaitu dapat menambah kesejahteraan masyarakat dengan memperoleh penghasilan dari usaha berdagang.
Ketika memasuki Kawasan benteng, akan terpampang koleksi-koleksi foto presiden RI, foto-foto pahlwan revolusi, foto-foto kepala TNI, foto-foto Pangdam, foto-foto pada zaman dahulu, foto-foto Bupati Kebumen yang ada dalam satu ruang Benteng Van der Wijck.
Mitos Benteng Van der Wijck
Berdasarkan cerita masyarakat, ada mitos-mitos yang berkaitan dengan benteng-benteng lain. Salah satu mitos itu adalah bahwa benteng Van der Wijck ini terdapat terowongan bawah yang bisa langsung terhubung dengan benteng pendem di Cilacap. Tetapi, konon katanya bahwa terowongan tersebut sudah ditutup sejak pada saat benteng di renovasi.
Selain beberapa mitos, ada juga beberapa cerita yang beredar di masyarakat yang membuat bulu kuduk merinding. Biasanya masyarakat sekitar mengalami cerita mistis seperti terdengar suara orang menangis di ruangan tertentu, suara orang-orang yang sedang berbaris di dalam benteng.
Buat kalian yang ingin tahu dan lebih jelas tentang Benteng Van der Wijck, kalian dapat berkunjung langsung. Harga tiket masuk hanya Rp 25.000, kalian dapat menggali sejarah dan menemukan berbagai pengetahuan tentang benteng ini lhoo.
Yang lebih menarik nih, Benteng Van der Wijck ini juga menjadi salah satu setting tempat dalam film The Raid 2: Berandal, yang dibintangi oleh Iko Uwais.
Sebuah adegan film yang popular pada tahun 2014 menampilkan ertarungan Rama di dalam penjara. Nah penjara tersebut mengambil tempatnya ada di Benteng Van der Wijck. Tidak hanya itu, benteng ini juga pernah dijadikan tempat syutimg masak-masak, jurnalrisa, dan lain-lain.
Nah, itulah berbagai kisah dibalik Benteng Van der Wijck, buat kalian yang ingin mengunjungi benteng ini harap tetap menerapkan protocol Kesehatan yak arena kondisi masih pandemic.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H