Aku mengusapnya, bulir air mata menggenang di pelupuk mataku. Aku tak kuasa menumpahkan semuanya, sesenggukan juga tak dapat dikendalikan.
Semua hanya mimpi, ibuku telah pergi lima tahun yang lalu. Saat aku belum siap melewati dunia tanpanya, dia pergi menghadap Illahi  Namun, begitulah cara Tuhan memeluk hambanya.Â
Semua terasa berat dan aku larut dalam kenangan. Aku hanya perlu disaksikan dalam upaya menggapai cita. Tapi, kini aku menerima dengan lapang hati.Â
Sosok perempuan anak ketiga dari enam bersaudara di keluarganya, tak akan pernah disampingku selamanya. Hanya memandang jauh dalam dimensi yang sulit dijangkau.Â
Seusai tangisan reda aku mengucapkan syukur tiada henti. Berkali-kali aku meminta untuk dipertemukan dengan ibu dalam mimpi.Â
Tuhan menjawab dengan cara lain, penantian itu memang panjang. Jawaban tersebut hanya sebentar namun bermakna, karena emosiku belum stabil.
Benar kata pepatah, orang yang tidak pernah lagi kamu temui di dunia. Memang sulit ditemui di alam mimpi.
Doaku tetap sama. Berharap dipertemukan lagi dengan ibuku walaupun di alam mimpi. Agar aku terbiasa tidak menyisakan sesak di setiap pertemuan.Â
Aamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H