Mohon tunggu...
Farijal
Farijal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa.

Kadang nulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku Seni Beranjak

1 November 2022   11:13 Diperbarui: 1 November 2022   11:18 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Kebetulan akhir ini, mood membaca saya kembali normal. Setelah disibukkan dengan beberapa kegiatan. Akhirnya, saya berhasil menuntaskan dua buku dalam lima hari ini.

Saya dibuat kagum dengan buku "Seni Beranjak" karya Muthia Sayekti. Dalam secuil tulisan cover buku tersebut, dituliskan, "Karena Berkutat Dengan Masa Lalu, Seindah Apapun Itu, Melelahkan....".

Buku ini milik teman satu asrama dengan saya, masih tersegel rapi dengan plastik. Setelah merampungkan buku pertama, saya tidak sabar melihat isi kilauan buku yang ada di lemari kamar.

Tanpa berlama-lama, pada satu kesempatan. Saya meminta kepada dia, untuk membuka dan membaca bukunya. Alhamdulillah, dia tidak keberatan.

Akan tetapi, dengan satu syarat, setelah menyelesaikan membaca buku. Dia meminta saya untuk berdiskusi kecil untuk membahas buku ini.

Oke lanjut....

Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata dari penulis. Luar biasanya, buku ini ditulis tatkala penulis sedang mempersiapkan pernikahannya.

Pengalaman masa lalunya, membuat penulis sadar untuk mengambil banyak pelajaran. Masa lalu tidak perlu dijadikan untuk ratapan!

Mengapa beberapa orang sangat susah melupakan masa lalunya?

Memang sulit melupakan sosok yang pernah ada di masa lalu. Akan tetapi, hal itu jika diratapi membuat hari-hari kita semakin kacau. Sedangkan didepan banyak hal-hal yang perlu diselesaikan.

Walaupun tidak semudah itu. Hal yang pertama dilakukan adalah hati serta pikiran dulu yang move on, baru fisiknya. Nah, gimana itu?

Singkatnya, ketika ada alarm nggak benernya dalam sebuah hubungan. Sebaiknya, pasang mindset bagaimana jika ada dan tidaknya sosok dia dalam hidupmu, apakah baik-baik saja?

Itulah yang dimaksud move on hati dan pikiran, bisa juga disebut menetralkan perasaan terlebih dulu untuk menyiapkan kemungkinan terburuk.

Jadi akan bakal lagi, fisiknya sudah berpisah. Tapi hatinya terjebak dengan masa lalu. Hati dan pikiran diberangkatkan terlebih dahulu untuk bermigrasi ke arah hidup yang lebih baik, baru fisik mengikuti perpindahan tersebut.

Apakah dengan menjauhkan fisik dari masa lalu sebagai solusi?

Beberapa orang ada yang memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya dari masa lalu, dengan berpindah kota dengan harapan hal tersebut bisa memupus seluruh kenangan yang sempat terjadi.

Lagi-lagi hal itu hanya sia-sia belaka, bila masih ada sepotong keinginan hati untuk membawanya kembali dengan masa lalu. Perpindahan itu tidak akan sinkron bila hati dan pikiran belum ikut berpindah.

We can make our own happines. Thats how independent person should be.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun