Pada Minggu (24/9) malam lalu saya kembali menonton pertunjukan musik berkonsep bus berpanggung, yang digelar di halaman sebuah mal di Yogyakarta. Sebelumnya, tahun 2016, saya juga menonton hal yang sama di halaman mal yang lain. Ini merupakan event tahunan yang bertajuk "Stage Bus Jazz Tour" (SBJT) di bawah bendera MLD Spot.
Berkait konsep pentas keliling dengan bus berpanggung ini, tentunya tak dapat dilepaskan dari Rene van Helsdingen, seorang pianis jazz sekaligus komposer berkebangsaan Belanda yang lahir di Jakarta. Rene, begitu dia akrab disapa, pernah berkeliling dunia mementaskan jazz dengan stage bus, menjelajahi kota-kota di benua Eropa, Asia, Australia dan Amerika pada dasawarsa 1990an; dan Yogyakarta menjadi salah satu kota yang disinggahi kala itu, dan saya pun menontonnya.
Singkat cerita, tak perlu diragukan lagi pengalaman dan keandalan Rene dalam hal tersebut. Kalau tak salah, tahun 2015 MLD Spot merangkulnya untuk menggelar pertunjukan musik serupa. Lantas, saya pun menonton SBJT 2016 yang singgah di Yogyakarta untuk pertama kalinya. Saat itu ada 15 kota di Indonesia yang disinggahi.
Pentas musik yang membawa konsep "bring the music to the people" ini gratis, tak dipungut biaya bagi penontonnya. Padahal, sebagian penampilnya adalah grup musik/penyanyi/pemusik yang sudah terkenal di tanah air. Penampilnya berbeda-beda di tiap kota. Silakan klik di sini untuk jadwal masing-masing kota dan penampilnya.
Di Yogyakarta, panggung SBJT 2017 menyuguhkan Kua Etnika, Monita Tahalea, Barasuara, MLD Jazz Project dan satu grup musik yang saya tak tahu namanya; dan juga satu penampil stand-up comedy. Kebetulan, dari semua itu, saya hanya menonton dua yang pertama.
Atmosfer fusion dan bumbu-bumbu etniknya terasa menggugah selera. Improvisasi-improvisasi yang dilontarkan oleh sejumlah pemain sungguh nikmat, bahkan kreatif, masif dan sistematis... hahaha (just joking). Bagi saya, gaya bermusik Kua Etnika selalu unik.
Kua Etnika pun menyuguhkannya dengan gaya mereka. Sebagai informasi tambahan, Kua Etnika akan merilis album baru mereka. Dalam album tersebut, "Kua Etnika mencoba menyentuh pada isu yang saat ini sedang berkembang seperti membicarakan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dengan cara memilih lagu-lagu daerah yang jarang muncul," ungkap Djaduk seperti dikutip gudeg.net. Jika masih ingin menyaksikan aksi Kua Etnika, Anda bisa datang ke panggung SBJT 2017 di Solo (29/9), Magelang (30/9) dan Semarang (1/10).
Monita Tahalea tampil seusai penampilan Djaduk dan kawan-kawan. Penyanyi kelahiran Jakarta 21 Juli ini tampil memesona dengan balutan pakaian warna merah. Lagu-lagu yang dibawakannya diambil dari album-albumnya seperti "Dream, Hope & Faith" dan "Dandellion." Ketika ia menyanyikan lagu-lagunya yang populer, sontak penonton turut bernyanyi bersamanya.