Percayalah, saya bukan pemusik, apalagi pemusik jazz. Saya cuma penikmat musik jazz. Itu saja. Makanya, setiap ada pentas jazz, terutama di Yogya, saya berusaha untuk menontonnya.
Betapa beruntungnya saya karena di Kota Gudeg yang saya tinggali ada pentas jazz mingguan. Namanya “Jazz Mben Senen” – diambil dari bahasa Jawa yang berarti jazz tiap hari Senin. Pergelarannya memang dilakukan setiap Senin malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), mulai sekitar pukul 8 malam dan berakhir seputar tengah malam. Helatan tanpa dipungut biaya alias gratis ini diprakarsai oleh rekan-rekan dari Komunitas Jazz Jogja.
Pembawa acara biasanya sudah memantau siapa saja pemain-pemain yang hadir malam itu, dan langsung main comot beberapa nama untuk tampil. Para pemain berunding sebentar, lalu nada-nada jazz pun langsung mengalun, tentunya diselingi improvisasi spontan dari para pemain melalui alat musik masing-masing.
Panggung tak terlalu tinggi yang terdapat di halaman BBY nyaris tak pernah digunakan. Audiens dan pemusik berada dilevel yang sama, dan barangkali inilah yang membuat jalinan keduanya terbangun akrab dan hangat, tanpa basa-basi formalitas. Suasana egaliter pun turut terbentuk.
Sejak digelar sekitar akhir 2009, bisa dibilang saya lumayan sering menongkronginya setiap Senin malam. Intimasi atawa keakraban di bawah atmosfer khas Jogja benar-benar saya rasakan. Saya jadi banyak kenal dengan para pemainnya, juga dengan sejumlah penonton yang sering hadir. Suasana kian hangat lantaran kita juga bisa nyruput kopi dari kedai kopi yang turut hadir di halaman BBY. Ngobrol, ngopi sembari menikmati jazz. Nyaman nian!
Keguyuban dan kegotongroyongan dalam komunitas sepertinya mampu ditularkan ke publik yang hadir. Bukannya turut membantu mempersiapkan peralatan pentas, melainkan penonton secara sukarela rajin mengisi kotak sumbangan yang diedarkan ketika pergelaran berlangsung. Seperti kerap dikemukakan oleh pembawa acara, sumbangan dari penonton itu bukan diperuntukkan membayar para pemain, tapi untuk kebutuhan yang menyangkut peranti pentas; misalnya, untuk membeli kabel dan sejenisnya bilamana diperlukan. Tak ada pemain yang dibayar.
Yuuukk kita kongkow di Jazz Mben Senen… agar terus (merasa) muda… hahaha…
*) Semua foto adalah koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H