"Kenapa lenganmu belum diobati juga?"
"Saya tak punya waktu, Pak."
"Untung aja kamu tidak kenapa-kenapa waktu upacara tadi, kamu memang anak yang kuat yah, Ferdi." Pak Pelatih memujiku sambil tersenyum.
"Begini memang laki-laki, bertahan dari rasa sakit. Walau tadi sebenarnya, sakitnya juga minta ampun."
"Hahahaha." Pak pelatih tertawa mendengar pernyataanku. "Oh ya, kamu tidak ke lapangan? Semua murid sudah memasukkan permohonannya."
"Tapi, lenganku..."
"Tak apa, nanti Bapak akan membawamu ke rumah sakit setelah pulang sekolah. Bapak janji."
"Sungguh?"
"Iya, Bapak bersungguh-sungguh. Bapak cuma kasihan melihatmu memegang lenganmu terus, jadi Bapak akan baik hati membawamu ke rumah sakit." Setelah mengucapkan itu, pak pelatih mengeluarkan sebuah kertas dan pulpen lalu beliau memberikannya padaku. "Ini, tulislah permohonanmu. Lalu masukkan ke kotak yang tersedia di lapangan sekolah."
"Baik, Pak. Saya akan tulis."
Lalu aku menulis permohonanku di atas kertas sambil menutupinya dengan tanganku agar tidak ada yang melihat permohonanku, bahkan pak pelatih sekalipun.