Mohon tunggu...
Faridu Asrih
Faridu Asrih Mohon Tunggu... Editor - Teknisi Gadget

Muda berjasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi Antar Umat Beragama

13 Januari 2022   09:52 Diperbarui: 13 Januari 2022   09:59 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa ini dikenal  sebagai bangsa yang majmuk, di tandai dengan banyaknya ras, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang beraneka macam. 

Untuk persoalan agama, negara indonesia bukanlah sebuah negara teokrasi, melainkan secara konstitusional negara mewajibkan warganya untuk memeluk satu agama yang diakui eksistensinya sebagaimana tercantum didalam pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945. 

Negara memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih salah satu agama yang telah ada di indonesia dari keenam adama yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu

Kenyataan ini dengan sendirinya memaksa negara untuk terlibat dalam menata kehidupan beragama. Tiap pemeluk memiliki dan mendapatkan kesempatan dan mendapatkan agama dan menciptakan kehidupan beragama sesuai dengan ajaran masing-masing. 

Pengembangan agama dan kehidupan beragama tidak boleh menjurus kearah tumbuhnya pemikiran dan pemahaman agama yang sempit karena hal ini akan menimbulkan konflik antar agama melainkan keberagaman yang dimiliki bangsa indonesia harus dipandang sebagai salah satu alat untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa indonesia dengan selalu mengembangkan sikap tolenransi, saling menghargai satu dengan yang lain.

Keberagaman atau kehidupan dalam linkungan besar mesupakan sumber kekayaan budaya bangsa. Toleransi secara bahasa, kata ini berasal dari bahasa latin "tolerare" yang berarti "sabar dan menahan diri". Toleransi juga dapat berarti sebagai suatu sikap yang saling menghormati dan saling menghargai antar individu dan kelompok baik itu dalam masyarakat ataupun dalam lingkup yang lain. 

Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kehidupan bermasyarakat. 

Dalam kehidupan masyarakat yang serba majmuk, berbagai perbedaan yang ada seperti ras, susku, dan agama atau antar bangsa indonesia, menuju cita-cita yang di inginkan yaitu masyarakat yang adil dal makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketuhanan adalah salah satu faktor penting dalam kita, dengan kita menjadikan tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari, berarti kita bicara taat apa yang tuhan mau lakukan pada hidup kita. 

Dengan cara kita memper erat hubungan kita kepada tuhan baru kita dapat memper erat hubungan antar agama dan menciptakan toleransi antar umat beragama. Memepererat hubungan dengan antar umat beragama menciptakan perdamaian dalam agama. Tidak adanya perpecahan, tidak terjadinya penistaan agama. 

Memang tidak mudah dalam memper erat hubungan antar agama. Memper erat hubungan beragama sama halnya menyatukan seluruh orang-orang tanpa memandang latar belakang agama mereka. Memepererat hubungan antar agama juga berarti siap untuk menerima segala perbedaan yang ada antar agaama satu dengan agama yang lain. 

Seperti yang orang orang katakan  dengan terciptanya perdamaian antar agama akan terciptanya perdamaian antar penganut agama satu dengan agama yang lainya dan masalah yang mengandung unsur-unsur keagamaan dapat kita antisipasi bahkan kita bisa hindari. Contohnya adalah Gus Miftah yang mendatangi Gereja.

Jauh sebelum Gus Miftah datang ke gereja, mendiang Gus Dur sudah lebih dulu melakukannya. Namun, kedatangannya memenuhi undangan tersebut juga menjadi kontroversi KH Marzuqi Mustamar, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, pernah bertanya mengenai alasan Gus Dur datang ke gereja. 

Ia menyebut Presiden keempat di Indonesia itu datang dengan niat merawat keimanan para pekerja yang seagama dengannya di lokasi tersebut. "Jadi niatnya Gus Dur itu ingin merawat imannya orang-orang tadi itu. Istilahnya Gus Dur, cari umat," ujar KH Marzuqi Mustamar di channel YouTube Bangkit TV. 

"Kira-kira begitu benar atau salah? Menguatkan imannya orang yang bekerja di sana (gereja) itu loh?" tanyanya ke jamaah. KH Marzuqi Mustamar sadar ada hukum di agamanya yang melarang soal seorang muslim masuk ke dalam gereja yang tentunya juga dipahami oleh Gus Dur. Oleh karena itu, ia sendiri mungkin tidak berani melakukannya. "Tapi kelihatannya salah, gitu loh. Lah, itu kalau bukan orang yang full karena Allah, tidak akan berani," kata KH Marzuqi Mustamar. "Aku kalau ke sana hilang (gelar) kyai-ku, tidak ada yang menyebut aku kyai," tuntasnya.

Pro dan kontra muncul setelah Gus Miftah menghadiri dan memberikan sambutan berisi nasihat persatuan dalam peresmian Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara. Kedatangan Gus Miftah tidak sendirian. 

Dalam kesempatan itu hadir juga Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Namun hujatan langsung dialamatkan ke Gus Miftah. Ia dituding menjadi kafir karena aksinya tersebut. Tidak lama setelahnya, pernyataan Ustaz Abdul Somad soal hukum seorang muslim masuk ke dalam rumah ibadah umat lain pun menjadi sorotan.

Dari kasus tersebut dapat kita simpulkan bahwa tingkat toleransi di indonesia sangat minim khususnya pada kaum minoritas yang seringkali terdiskriminasi dan tertindas. 

Apabila hal ini terus berlanjut, maka akan merusak kedamaian dan tatanan sosial yang berlaku dimasyarakat. Oleh karena itu, diperlukannya kerja sama dari pemerintah pusat hingga tingkat rukun tetangga, untuk menjaga keamanan dan memberi pemahamn yang baik kepada masyarakat. Setiap masyarakat memiliki haknya dalam menjalani kehidupanya sendiri. 

Walaupun terdapat minoritas dalam suataun kalangan, alangkah baiknya kita yang hidup berdampingan memiliki rasa toleransi yang cukup. Karena adanya toleransii sesama manusia, maka akan sulit menciptakan kedamaian di dunia ini. Maka, dari itu mari kita bersama menciptakan rasa toleransi agar kita semua dapat menjalani hidup yang bahagia dan damai dengan sesama walaupun terdapat perbedaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun