Mohon tunggu...
Farid Pratama
Farid Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, saya Mahasiswa Universitas Sriwijaya, jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Geopolitik: Konflik Rusia-Ukraina

5 Desember 2024   21:30 Diperbarui: 5 Desember 2024   21:41 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Namun, yang menjadi perhatian khusus Rusia adalah wilayah Eropa Timur, tempat di mana dia pernah memperluas pengaruhnya. Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Ali Muhammad yang berjudul "Selamat Datang Perang Dingin: Kepentingan Rusia di Krimea dan Ukraina Timur dan Ketegangan Dengan Barat" yang juga menjadi salah satu acuan dari penulisan esai ini, menjelaskan bahwa terdapat alasan historis dan strategis yang menjelaskan mengapa wilayah Eropa Timur sangat penting bagi Rusia dan menjelaskan mengapa ada istilah "Buffer Zone".

            Setidaknya terdapat dua peristiwa besar yang menjadikan Rusia menganggap kawasan Eropa Timur sangat penting dalam menjaga keamanan nasionalnya. Pertama, ketika era Napoleon Bonaparte, Rusia pernah menjadi korban dari ekspansi militer Prancis yang menyerbu Moskow di tahun 1812. Kedua, serangan Jerman pada masa Perang Dunia II yang membuat Uni Soviet menjadi korban dari operasi Barbarosa. Dua peristiwa ini yang kemudian membuat Rusia merasa membutuhkan buffer zone guna menahan kemungkinan serangan dari barat yang menjadi kepentingan geopolitik Rusia. Pada era Soviet mereka berhasil mendapatkan buffer zone yang memadai diantaranya adalah Ukraina, Belarusia, Latvia, Lithuania, Moldova, Polandia, hingga Jerman Timur. Buffer zone itu terus bertahan setidaknya sampai perang dingin berakhir. Setelah runtuhnya Soviet mereka kehilangan banyak dari negara-negara buffer zone tersebut dan menyisakan sedikit, termasuk Ukraina.

            Kekuatan ekonomi Rusia yang pada masa itu masih belum pulih dimanfaatkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya untuk melakukan ekspansi ke negara-negara bekas jajahan Soviet. Mereka melakukan menjadikan negara-negara Eropa Timur sebagai bagian dari Uni Eropa, membuat NATO mencampuri urusan militer di Eropa Timur seperti Kosovo, dan meletakkan sistem anti-rudal. Semakin ke sini Rusia benar-benar semakin dilucuti dan mendapatkan kenyataan pahit bahwa pengaruhnya sudah mulai memudar.

            Pada tahun 1990-an, Rusia pernah menuntut agara Amerika Serikat dan NATO untuk berhenti meluaskan pengaruhnya di Eropa Timur dan menghentikan segala bentuk kegiatan militer. Hal yang sama juga dilakukan oleh Vladimir Putin yang menuntut agara Amerika Serikat dan NATO menghentikan aktifitas di Eropa Timur, berhenti merekrut anggota baru, dan berhenti ikut campur dalam urusan Eropa Timur. Hal tersebut yang kemudian tidak diindahkan oleh negara-negara Barat. Namun, Rusia dengan sangat tegas mengatakan jikalau permintaan tersebut tak diindahkan, Rusia tak segan-segan akan menggunakan kekuatan militer.

            Hal tersebutlah yang kemudian terjadi pada Ukraina. Pada dasarnya Ukraina menjadi negara buffer zone yang paling dekat dengan Rusia. Belum lagi terdapat sentimen historis yang melekat antara kedua negara yang merupakan sesama bangsa Slav. Rusia dengan berbagai cara berusaha agar Ukraina tetap berada dalam pengaruhnya dengan cara membuatnya ketergantungan dalam berbagai hal seperti ekonomi, pertahanan, dan lain-lain. Selain itu, Rusia juga melakukan infiltrasi politik guna mengguncang Ukraina dari dalam. Yang paling jelas dapat kita lihat bagaimana Viktor Yanukovych yang menjadi presiden Ukraina pada saat itu begitu pro terhadap Rusia alih-alih negara-negara barat.

            Namun, semua berubah ketika Zelensky menjabat sebagai presiden Ukraina yang baru dan cenderung menjadi seseorang yang pro terhadap barat dan bahkan memiliki wacana bergabung dengan NATO. Hal ini membuat Rusia tidak tinggal diam dan merasa bahwa keamanan nasionalnya bisa terancam karena Ukraina memiliki akses terdekat menuju Rusia dan bisa menjadi pangkalan militer NATO sewaktu-waktu. Satu-satunya agar kemanan nasional Rusia bisa terjaga adalah dengan melakukan invasi terhadap negara tersebut dan mengembalikan Ukraina di bawah kekuasaannya.

            Selain itu, ada lagi kepentingan Rusia dalam menginvasi Ukraina, yaitu mengamankan akses ke laut hitam. Perlu digarisbawahi bahwa konflik ini sudah terjadi sebelum tahun 2022. Invasi Rusia ke Krimea pada 2014 sudah dapat dikategorikan sebagai bagian dari konflik ini. Dengan menginvasi Ukraina dan Krimea akan memberikan akses penuh bagi Rusia menuju laut hitam yang tentunya hal ini juga berkaitan dengan politik air hangat Rusia yang sudah ada sejak zaman Kekaisaran Rusia. Selain itu Rusia juga memiliki kepentingan geopolitik lain di laut hitam dianataranya: 1. Meraih kembali posisi sebagai aktor utama di kawasan laut hitam, 2. Mencegah munculnya koalisi militer anti-Rusia, 3. Mencegah negara di kawasan itu bergabung ke NATO, 4. Menghalangi integrase negara-negara di kawasan it uke Uni Eropa, 5. Menekan separatisme, 6. Mencegah munculnya aktor-aktor baru dalam hal energi di kawasan tersebut yang berada di luar kontrol Rusia. (Oktaviano dan Fachri, 2015).

Dampak Konflik

            Dampak konflik ini begitu luas, mecakup ekonomi, pangan, politik, dan keamanan. Dari segi ekonomi kita dapat melihat terjadi kenaikan harga komoditas global seperti minyak dan gas, karena Rusia menjadi negara pengekspor minyak dan gas terbesar, selain itu Ukraina juga merupakan negara pengekspor gandum terbesar di Eropa yang juga meningkatkan harga pangan di banyak negara.

            Selain itu, secara politik hal ini benar-benar membuat negara-negara yang netral berada dalm kondisi yang sulit dan dilemma, salah satunya adalah Indonesia di mana kita perlu menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan juga hubungan internasional. Dari segi keamanan konflik ini bisa saja meluas dan melibatkan tidak hanya Rusia dengan Ukraina tetapi juga negara-negara besar lainnya seperti Amerika Serikat dan sekutunya beserta Rusia dengan para sekutunya yang lain seperti Tiongkok, Korea Utara, dan lain-lain.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun