Empat bulan lagi Pemilu akan diselenggarakan, baik untuk pemilihan presiden sebagai eksekutif maupun DPR/DPRD/DPD sebagai eksekutif.
Peserta pemilu jelas terikat oleh partai politik, kecuali DPD. Meskipun sebagian caleg DPD juga orang-orang dari partai politik juga.
Bagaimana pun, kita tidak bisa hanya memilih tokoh dengan menutup mata asal partainya. Karena bagaimana pun juga, mereka bisa maju karena izin dan restu dari partai politik.
Tokoh bisa saja orang yang baik. Tetapi, jika ia ada di dalam sistem partai yang bobrok, maka ia bisa saja terseret dalam kebobrokan partai.
Pun dengan presiden, ia juga memiliki tanggung jawab dan janji kepada partai asal dan partai-partai koalisi pengusungnya. Masih ingat bukan, salah satu ketua umum partai mengatakan kalau presiden saat itu adalah "petugas partai"?
Calon presiden serta wapres dan caleg bukan entitas terpisah dari partai. Jadi, jangan terlalu idealis memilih calon personal dengan menghilangkan pandangan tentang partai politik.
Lalu apa alasan memilih partai politik tertentu?
Karena ketua umumnya kah? Atau karena program kerjanya kah? Atau karena rekam jejaknya?
Semakin ke sini, semakin ke sana. Semakin ke sini, partai politik yang masih hidup karena identik tokoh utama, semakin sedikit. Tokoh itu biasanya adalah pendiri partai yang kemudian menjadi ketua umum, atau istilah sejenis yang merujuk posisi tertinggi.
Sebut saja PDIP, Partai Demokrat, Golkar, PAN, Hanura, Gerindra. Golkar, tentu sudah identik dengan Pak Harto. Begitu Pak Harto lengser, belum ada tokoh yang bisa menjadi kekuatan utama identitas Golkar. PAN dengan Pak Amin Rais-nya, Hanura dengan Pak Wiranto-nya, Partai Demokrat dengan Pak SBY, Gerindra dengan Pak Prabowo, PDIP dengan Bu Mega. Tentu nama-nama itu semakin hari semakin tua dan wafat.
Nama sebagai identitas ketokohan, bisa jadi tidak ada regenerasi. Jika akan dilakukan regenerasi, pasti terjadi konflik di dalam. Bagaimana Pak Jokowi dan Pak Ganjar menjadi tokoh di luar keluarga Sukarno yang memecah konsentrasi partai merah. Bagaimana Pak Moeldoko disebut-sebut akan merebut kekuasaan dari trah Yudoyono. Bagaimana PAN belum bisa menghadirkan pengganti Pak Amin Rais meski nama-nama dimunculkan semisal Hatta Rajasa atau yang terbaru Zulkifli Hasan.