Mohon tunggu...
Farid Nugroho
Farid Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger

www.faridnugroho.my.id

Selanjutnya

Tutup

Segar

Tips Sehat Puasa: Jangan Lebay

7 Mei 2019   18:24 Diperbarui: 7 Mei 2019   18:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara default, berpuasa khususnya di Bulan Ramadhan itu membuat diri kita sehat. Bagaimana tidak, kita yang terbiasa makan tidak teratur, baik jamnya maupun porsinya yang acak adul, di bulan ini kita bisa makan secara teratur dua kali sehari yaitu pada waktu sahur dan berbuka. Kadang kita jam 7 pagi sarapan, jam 10 kita curi-curi waktu untuk makan, jam 12 jamnya makan siang, jam 15 ada ajakan meeting sambil makan, jam 19 makan malam, dan di sela-sela ada makanan yang masuk ke tubuh. Di Bulan Ramadhan, kita dipaksa makan hanya saat sahur dan berbuka.


Tetapi, dasar kitanya saja yang memang terbiasa tidak sehat, di waktu berbuka kita makan seperti orang yang kalap. Dan ketika sahur, kadang kita tidak memanfaatkanya dan kadang makan sebanyak-banyaknya. Ini yang membuat kita tidak sehat. Bukan bulan dan puasanya yang tidak membuat kita sakit, tetapi memang manusianya yang tidak tahu diri. Karena seperti di atas, secara default bulan puasa ini adalah bulan sehat.

Jadi, kalau mau sehat selama bulan puasa, kuncinya hanya satu yaitu "jangan lebay". Ketika sahur, ya secukupnya saja seperti kita makan sehari-hari. Dan usahakan dalam sebulan sahur jangan bolong. Bukan hanya puasa yang jangan bolong tetapi sahur juga jangan bolong. Karena dengan sahur, kebiasaan makan kita bisa teratur. Kalau secara dalil, di dalam sahur ada barakah.

Nah, di waktu berbuka ini kita yang susah untuk tidak lebay. Kebiasaan kita ngabuburit, lihat kolak langsung beli, lihat es buah dibeli juga, di depan ada tukang gorengan kita beli juga gorengannya, ada menu-menu yang lain pun mengisi tentengan yang sebenarnya sudah penuh. Itu semua dihabiskan sendiri? Bisa jadi iya. Habis itu baru makan besar dan cemilan-cemilan lainnya. Alhasil, perut kekenyangan dan tidak kuat lanjut shalat tarawih di masjid. Atau malahan, makanan masih banyak, ngobrol masih lanjut, sampai jam 10 malam lupa tidak ke masjid. Bukber kok sampai jam 10 malam, bukber model apa ini?

Banyak tips sehat bertebaran di jagat sosmed. Ada yang menyarankan mengkonsumsi madu, kurma, dan ini itu lainnya. Tetapi jika pola makan kita di waktu berbuka yang demikian parah, bisa jadi tips-tips itu hanya menjadi sia-sia.

Puasa itu menyehatkan. Jika mau sehat, ikuti saja alur berpuasa sebagaimana mestinya. Waktu sahur kita sahur. Siang hari lapar itu biasa namanya juga puasa. Waktu maghrib kita berbuka secukupnya dan secukup perut kita menampung makanan. Malam hari kita beraktivitas sebagaimana aktivitas ramadhan. Jadi, tidak perlu lebay memborong makanan. Kalau cuma mau memborong makanan, buat apa kita berlapar-lapar puasa?

Di bulan puasa ini, kita harus tahu diri dan belajar mengetahui apa yang diperlukan tubuh. Kita harus bisa mengukur seberapa besar kapasitas perut kita. Kita harus tahu apa pantangan makanan yang harus kita hindari. Bisa jadi kapasitas diri dan kebutuhan sendiri berbeda antara manusia satu dengan lainnya. Yang terjadi selama ini adalah, apa yang tersedia di gerobak dorong yang disediakan oleh penjual, itulah yang masuk ke perut kita. Atau apa yang ditenteng oleh tetangga, tidak boleh lebih banyak daripada yang kita tenteng. Modek kaya gini kok mau sehat.

Puasa selain menyehatkan badan, juga menyehatkan jiwa. Ketika berpuasa seharusnya kita lebih banyak beraktivitas rohani. Jangan justru bukber untuk mengghibah teman, jangan ketika sahur on the road malah tawuran dengan kampung sebelah, dan lain sebagainya. Itu juga lebay. Ngapain kalian berpuasa kalau cuma mau bikin ribut?

Berpuasa itu bertujuan agar kita bertakwa. Bagaimana kita bisa bertakwa kalau kita terbiasa lebay? Rejeki manusia itu sudah diatur. Tetapi, kita yang tidak mau diatur. Disuruh berpuasa agar sehat saja kita tidak mau. Di akhir puasa nanti, kita harus bisa menjawab apakah kita layak disebut takwa? Pinginnya sih disebut takwa, tapi lebay tidak mau dilepas. Takwa dari hongkong?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun