Indonesia adalah negara kepulauan yang luas 1.910.931 km2 Â merupakan negara kepulauan terluas di dunia dengan jumlah pulau kurang lebih 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan perairan yang jauh lebih luas dibandingkan daratannya sudah jelas bahwa Indonesia seharusnya menjadi poros maritim dunia.
Indonesia merupakan negara yang besar dengan total populasi sekitar 270 juta jiwa. Suatu wilayah memiliki garis pantai yang sangat panjang sehingga mayoritas mata pencaharian di Indonesia adalah nelayan. Oleh karena itu, Indonesia seharusnya menjadi ahli dalam hal kemaritiman.
Untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, diharapkan Indonesia sebagai pionir dalam mengelola sumber daya alamnya yang melimpah tentunya dibutuhkan para pemikir dan ahli-ahli  untuk menyusun rencana-rencana dan target yang ingin dicapai. Suatu hal yang tidak mudah untuk menyelesaikan isu-isu yang ada dalam lingkup masyarakat Indonesia dalam hal kemaritiman.
Sangat diperlukan suatu langkah yang strategis, terstruktur dengan baik, sistematis, dan berkelanjutan untuk melaksanakan rencana yang ingin dicapai. Ada banyak isu-isu yang harus diselesaikan seperti tentang isu wilayah laut, pembebasan lahan, sampai masalah yang paling rumit adalah sampai hukum adat yang sampai sekarang ini masih sulit untuk ditindaklanjuti.
Sampai sekarang, masih banyak nelayan-nelayan yang merasakan bahwa Indonesia belum bisa mengambil sumber daya alamnya secara optimal, maksudnya masih banyak potensi kemaritiman yang belum dikembangkan secara maksimal. Masalah yang sangat dasar bagi nelayan yaitu belum mampu untuk mengembangkan cara menangkap ikan, kebanyakan dari mereka masih tergolong masyarakat tradisional yang belum melek akan teknologi. Akibatnya banyak dari potensi laut Indonesia dicuri oleh oknum yang tidak bertanggungjawab dengan menggunakan teknologi mutakhir yang jauh lebih maju daripada mayoritas nelayan Indonesia yang masih tergolong menggunakan teknik tradisional.
Menuju poros maritim dunia, tentunya Indonesia sudah menyiapkan langkah-langkah strategis seperti sudah memulai untuk membuat regulasi sendiri sehingga Indonesia tidak rugi dalam memanfaatkan potensi lautnya. Indonesia juga sedang mengembangkan teknologi penangkapan ikan yang modern yang bermula pada wilayah-wilayah tertentu. Salah satu aksi serius dalam memanfaatkan negara kepulauan Indonesia yang seharusnya justru menyatukan Indonesia bukannya memisahkan antar pulau-pulau yaitu pembangunan infrastruktur laut. Pembangunan infrastruktur laut ini diharapkan dapat meningkatkan mobilisasi peredaran barang di seluruh Indonesia sampai kepelosok, dengan mudahnya akses logistik dengan bantuan transportasi laut diharapkan dapat menurunkan harga barang sampai 20% sehingga ketimpangan di Indonesia bisa diminimalkan.
Selama 3 tahun berjalan, tol laut ini sudah ada dampak baik penurunan harga. Walaupun tidak sampai 20%-30% sesuai yang diharapkan tetapi langkah ini sudah dinilai efektif dalam meminimalkan disparitas harga yang bisa saja memecah belah rakyat Indonesia.
Tentunya pembangunan infrastruktur laut tidak sampai di sini. Masih banyak hambatan-hambatan yang harus dilalui seperti menyelesaikan isu-isu politik harga dalam infrastruktur laut, memberantas mafia-mafia dagang yang memonopoli harga, dan masih ada kecurangan-kecurangan yang harusnya ditindaklanjuti oleh pemerintah. Semua isu-isu tersebut menyebabkan tidak maksimalnya penurunan harga pada pulau-pulau yang jauh.
Intinya pembangunan infrastruktur laut memang tetap harus diperhatikan, sebagaimana yang diketahui bahwa Indonesia dari sejarah-sejarah terdahulu, bahkan pelaut nenek moyang asal Indonesia dari Taiwan memang ahli dalam hal melintasi laut, terdiri dari belasan ribuan pulau dengan garis pantai yang sangat panjang. Tentunya ini menjadi motivasi terbesar Indonesia untuk mengembangkan Indonesia di bidang kemaritiman dengan cara sistematis, terstruktur, bekesinambungan, dan berkelanjutan memahami bahwa Indonesia adalah negara kepulauan besar di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H