Mohon tunggu...
Farid
Farid Mohon Tunggu... -

A Financial Enthusiast, A law student, A Rookie Python Programmer, A Former Engineer

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Quo Vadis Modal Ventura Lokal

10 Januari 2018   18:10 Diperbarui: 11 Januari 2018   22:13 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas sebenarnya model bisnis modal ventura kita ini dimana? Untuk lingkup Lembaga Keuangan Mikro, size-nya terlalu besar. Untuk perusahaan Multifinance, business modelnya berbeda. Apalagi menjadi Bank, kriterianya jauh sekali.

Ini bisa dimengerti karenakan dari business strategy sebagian besar modal ventura kita yang hanya sebatas menjaring debitur-debitur yang belum bankable untuk kemudian memberikan pinjaman dengan tingkat risiko tinggi. Imbasnya, bunga yang diberikan juga jauh lebih tinggi. Menggigit, bukan menolong.

Tamu di Rumah Sendiri

Jika kita rajin membaca dan mengikuti berita ekonomi, tersurat  fakta bahwa kebanyakan dari modal ventura tersebut berasal dari luar negeri. Lalu kemanakah modal ventura lokal? Padahal,dalam hal potensi, pemerintah memiliki target yang tidak main-main : menjadi Hub bagi industri Fintech di ASEAN.

Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu saja diperlukan dana yang begitu besar. Karena modal ventura akan diperlukan oleh start-up fintech agar tumbuh dengan cepat.

Namun demikian, isu nasionalisme tetaplah harus menjadi prioritas. Alih-alih berharap modal ventura lokal kita yang muncul, justru dominasi asing yang datang. Jika itu terjadi, masihkah berharap kedaulatan ekonomi (Economic Sovereignty) dapat kita jaga? 

Terlalu dini memang untuk membicarakan hal tersebut. Konstitusi negara kita juga tidak mengarah pada legalisasi kebijakan-kebijakan yang sifatnya chauvinism. Semisal anti globalisasi dan proteksi ekonomi yang digembar-gemborkan oleh trump. 

Berdiam diri juga bukan pilihan. Ekonomi digital kita akan mencapai Rp1700 Triliun di tahun 2020. Pola suntikan modal dari perbankan dan institusi keuangan traditional lainnya secara empiris memang bukan pilihan utama dari para usaha rintisan yang kebanyakan berbasis teknologi.

Solusinya adalah modal ventura lokal kita harus mulai berbenah, berani lebih memahami trend dan segmentasi yang seharusnya mereka garap. Sumber daya manusia akan menjadi kunci terutama Invesment analyst. Ibarat talent scout pada industri sepak bola modern, mereka menyaring sekaligus memilih investee company yang memiliki nilai jual di kemudian hari.

Di sisi pemerintah, pola private fund  atau modal perorangan untuk masuk ke dalam modal ventura sudah diakomodir melalui konsep dana ventura. Namun perlu dipikirkan bagaimana pemberian insentif pajak bagi para investornya. Mengingat, singapura telah lebih dahulu melakukannya dan terbukti berhasil menarik para investor kelas kakap.

Mari sama-sama berpikir, atau menunggu negara kita menjadi tujuan capital dumping?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun