Mohon tunggu...
Farid Farhan
Farid Farhan Mohon Tunggu... Freelancer - .

Belajar Menjadi Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Santri Nasional, Wujud Perjuangan Amaliyah Seorang Ikhwan TQN

22 Oktober 2020   07:42 Diperbarui: 22 Oktober 2020   07:50 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiai Hasyim Asy'ari mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 untuk memantik semangat para pejuang terutama dari kalangan santri pada masanya. Beliau dengan tegas mengatakan bahwa membela negara adalah fardhu 'ain. Selain itu, beliau tegas pada hasil ijtihadnya bahwa siapapun yang mati di medan peperangan melawan penjajah. Maka dia memiliki derajat mati dalam keadaan sebagai syuhada.

Pada perjalanan sejarah kebangsaan Indonesia, tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Semua pihak bereuforia atas ketetapan pemerintah tentang Hari Santri Nasional. Bahkan, beberapa di antaranya alpa terhadap suasana kebatinan Kiai Hasyim Asy'ari saat itu.

Selain itu, banyak pihak juga alpa menelusuri amaliyah apa gerangan yang menjadikan Kakek Gus Dur itu memiliki pendirian teguh. Sebenarnya, semua berawal saat beliau berguru kepada Syaikh Khalil al-Bangkalani, seorang Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN). Syaikh Khalil merupakan khalifah atau badal, atau pengganti dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas bin Abdul Ghaffar, pendiri Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN).

Saat mengajar di Jabal Qubais, Mekah, Syaikh Ahmad Khatib Sambas mengangkat empat orang khalifah. Para beliau adalah Syaikh Khalil al-Bangkalani, Syaikh Thalhah Kalisapu Cirebon, Syaikh Abdul Karim al-Bantani dan Syaikh Sulaiman al-Bali. Kiai Hasyim Asy'ari mengambil Talqin (tuntunan) Dzikir khas TQN dari Syaikh Khalil al-Bangkalani. Jadi, Kiai Hasyim Asy'ari adalah seorang ikhwan TQN yang taat kepada Mursyidnya.

Amaliyah ini yang mengantarkan beliau mendirikan Nahdlatul Ulama. Amaliyah ini pula yang membuat beliau mencetuskan Resolusi Jihad untuk disebarkan kepada seluruh umat. Sehingga, umat saat itu memiliki spirit baru perjuangan yakni menjemput kesyahidan di medan perang dalam rangka membela tanah air.

Hubungan Ritual dan Sosial

Sekilas, amaliyah TQN berupa dzikir dengan suara keras dan dzikir di dalam hati itu tampak sebagai ritual belaka. Akan tetapi sebenarnya, itu merupakan ikhtiar membangkitkan spirit ilahiyah dalam diri pengamal untuk menghadapi situasi kehidupan. Sehingga, jiwa pengamal memiliki sensitivitas terhadap keadaan yang sedang dialami oleh umat.

Sensitivitas Kiai Hasyim Asy'ari terlahir saat beliau melihat situasi Mekah yang mulai dikuasai oleh paham Wahabi. Sehingga, terbentuklah Komite Hijaz saat itu sebagai cikal bakal pendirian Jam'iyah yang lebih besar yakni Nahdlatul Ulama. Proses terbentuknya jam'iyah itu pun tidak lepas dari komunikasi antara sang ikwan dalam hal ini Kiai Hasyim Asy'ari dan sang mursyid dalam hal ini Syaikh Khalil al-Bangkalani.

Saat itu, Syaikh Khalil al-Bangkalani melalui salah satu murid kinasihnya yakni Kiai As'ad Samsul Arifin beberapa kali menyampaikan pesan kepada Kiai Hasyim Asy'ari. Suatu ketika Kiai As'ad datang menemui Kiai Hasyim Asy'ari dengan membawa tongkat milik Syaikh Khalil al-Bangkalani. Pelajaran TQN memiliki persfektif terhadap setiap peristiwa yang dialami oleh pengamal.

Menurut persfektif pelajaran TQN, tongkat merupakan simbol dari dzikir jahar atau dzikir dengan suara keras dan kencang. Sehingga, hadirnya pesan tongkat melalui Kiai As'ad kepada Kiai Hasyim Asy'ari diterjemahkan sebagai perintah pengamalan dzikir jahar itu secara maksimal. Maka saat itu, Kiai Hasyim Asy'ari bergegas melakukan pengamalan sambil menunggu pesan lanjutan.

Tak lama berselang, Kiai As'ad hadir kembali kepada Kiai Hasyim Asy'ari dengan membawa tasbih milik Syaikh Khalil al-Bangkalani. Pelajaran TQN memiliki persfektif bahwa tasbih merupakan perintah mensucikan hati dan pikiran dengan menggunakan dzikir khofi atau dzikir di dalam hati. Maka saat itu, Kiai Hasyim Asy'ari kembali mengamalkan dzikir itu dengan maksimal.

Alhasil, setelah serangkaian amaliyah itu dijalani, Kiai Hasyim Asy'ari baru menghadap langsung kepada Syaikh Khalil al-Bangkalani. Saat itu, beliau mendapatkan izin dari mursyidnya itu untuk mendirikan Jam'iyah Nahdlatul Ulama.

Proses amaliyah yang sama dijalani oleh Kiai Hasyim Asy'ari sebelum mengeluarkan Resolusi Jihad. Ini menegaskan bahwa setiap fatwa yang bersifat syari'at haruslah didahului oleh proses yang bersifat thareqat dan hakikat sehingga terlebih dulu mencapai ma'rifat atau pemahaman menyeluruh terhadap situasi.

Pehamanan yang saya maksud bukan sekedar berisi tentang informasi situasi yang sedang berkembang. Akan tetapi juga tentang kondisi hati dan pikiran saat berupaya memahami informasi tersebut. Para ulama nusantara mencontohkan sikap suci hati dan bening pikir saat menghadapi berbagai situasi itu.

Pada tahun pemberlakuan Resolusi Jihad misalnya, Kiai Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa haram untuk ibadah haji. Padahal, ibadah haji merupakan rukun Islam yang harus dilakukan bagi siapapun yang sudah mampu. Jika fatwa itu dipahami secara syari'at, maka Sang Kiai bisa dikafirkan umat pada saat itu.

Akan tetapi, kema'rifatan beliau melampaui sekat-sekat syari'at. Artinya, selevel rukun Islam pun bisa berhukum haram jika berakibat pada kemudharatan. Saat itu, Gubernur Jenderal Van Der Plaas bermaksud memecah belah kekuatan umat melalui penggiringan terhadap ibadah haji. Sehingga kekuatan umat terpecah tidak lagi fokus pada jihad melawan penjajah. Kiai Hasyim Asy'ari melihat secara jelas gejala tersebut, maka keluarlah fatwa haram ibadah haji.

Saya sekedar ingin mengatakan bahwa kecerdasan berpikir Kiai Hasyim Asy'ari dalam memahami situasi ini lahir secara murni dari amaliyah dzikir beliau. Sehingga, TQN adalah pohon besar nan rimbun, sementara Nahdlatul Ulama dan Hari Santri Nasional serta produk lain hanyalah buahnya. Tak elok rasanya jika kita memakan buah tanpa memelihara pohonnya.

Aba Farhan,
Pegiat Majelis Ta'lim Kampung Warung Kadu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun