Selain gagal membaca situasi kebatinan para kader Golkar, anehnya, mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor ini juga gagal membaca kondisi psikologi masyarakat Jawa Barat dalam konteks harapan mereka terhadap pemimpin baru yang mampu melahirkan solusi-solusi atas permasalahan yang digeluti sehari-hari.Â
Dalam beberapa hasil survei yang pernah dirilis, muncul beberapa kriteria yang diharapkan oleh masyarakat Jawa Barat untuk menjadi pemimpin mereka. Diantaranya adalah dekat dengan masyarakat, berwibawa dan berintegritas juga solutif terhadap persoalan yang tengah berkembang.Â
Berdasarkan kriteria ini, dan berdasarkan pada posisi politik Nusron Wahid di internal Partai Golkar seharusnya ia jeli melihat pola yang tengah dikembangkan oleh DPD Golkar Jawa Barat sejak kepemimpinan Dedi Mulyadi.Â
Pola komunikasi langsung dengan masyarakat terus dijalin, narasi-narasi yang disampaikan kepada masyarakat pun penuh dengan nash politik kesejahteraan, juga solusi yang dihadirkan untuk warga yang didatangi itu kontan dipenuhi saat itu juga.Â
Sebagai seorang intelektual, nampaknya intelektualisme yang Nusron miliki tengah di-hijab oleh keinginan-keinginan politik sektoral dalam dirinya. Kondisi ini mengakibatkan, profesionalisme dirinya sebagai pengurus DPP Partai Golkar agak terganggu dalam memberikan nilai objektif atas keputusan politik yang seharusnya memperhatikan hal-hal yang sudah saya sampaikan diatas. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H