Mohon tunggu...
Farid Fadian
Farid Fadian Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Yogyakarta

Mahasiswa tingkat akhir yang sedang bingung mencoba belajar menjadi buruh tulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencari Jalan Alternatif Demokrasi

7 Januari 2023   20:15 Diperbarui: 7 Januari 2023   20:31 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jika suatu negara yang berlatarkan demokrasi sedang mengalami titik jenuh, landasan jenuh yang diakibatkan maraknya praktik anti demokrasi. Demokrasi yang seharusnya melibatkan masyarakat dalam membangun negara, namun disuatu negara yang katanya demokrasi rakyatnya hanya dijadikan alat politik borjuasi, rakyat bukan lagi pemimpin kedaulatan yang seharusnya rakyatlah yang mengambil alih jalannya negara namun kehendak itu mengalami kudeta oleh para kaum kapitalis birokrat yang merupakan boneka imperialis.

Democratic Reggression" (kemunduran demokrasi) dan "kegagalan konsolidasi demokrasi" , baik oleh Aspinal di Australia maupun oleh professor Paige Johnson Tan, Radford University, USA, menunjukkan demokrasi kita setelah dua puluh tahun ini tidak berhasil. Eve Warburton dan Tom Power membantah bahwa ada kecenderungan analisa pada negara gagal (failed state) ataupun "dictatorship" di kalangan cendikiawan barat saat ini. Demokrasi global terus mengalami penurunan pada tahun 2020, menurut laporan terbaru Indeks Demokrasi yang dirilis The Economist Intelligence Unit. 

Survei tahunan itu, yang menilai keadaan demokrasi di 167 negara berdasarkan lima ukuran  proses elektoral dan pluralisme, fungsi pemerintah, partisipasi politik, budaya politik demokratis, dan kebebasan sipil menemukan bahwa hanya 8,4% dari populasi dunia yang tinggal di demokrasi penuh sementara lebih dari sepertiganya hidup di bawah pemerintahan otoriter. Skor global 5,37 dari sepuluh adalah yang terendah yang tercatat sejak indeks dimulai pada 2006.  Penguncian wilayah yang diberlakukan pemerintah dan tindakan pengendalian pandemi lain menyebabkan kemunduran besar-besaran kebebasan sipil pada tahun 2020, menyebabkan penurunan peringkat di sebagian besar negara.

Kemunduran demokrasi menjadi topik yang beberapa tahun terakhir terus mengusik kehidupan masyarakat Indonesia. Penegakan hukum yang tidak adil dan ketakutan menyatakan pendapat secara terbuka disinyalir menjadi salah satu faktor semakin mundurnya demokrasi di Indonesia. Kemunduran demokrasi dapat dipahami sebagai penurunan kualitas demokrasi secara bertahap yang mengakibatkan sebuah negara kehilangan kualitas demokrasinya dan menuju pada ciri rezim otoriter. 

Kemunduran demokrasi disebabkan karena melemahnya institusi politik yang menopang sistem demokrasi di suatu negara, seperti pemilu yang tidak kompetitif, pembatasan partisipasi, lemahnya akuntabilitas pejabat publik, penegakan hukum yang tidak adil, dan lain sebagainya. motif kekuasaan negara demokrasi yang setiap harinya cenderung semakin menunjukkan pergeseran kekuasaan kepada suatu kelompok, sudah diprediksi oleh kalangan akademis politik. Profesor politik asal Universitas Warwick, Colin Crouch menyebut fenomena ini dengan istilah post-democracy. 

Crouch berpendapat dalam post-democracy, muncul sebuah kelas masyarakat baru dari kalangan yang sadar akan pentingnya tatanan politik. Berbeda dengan karakter kelas menengah penggerak demokrasi, kalangan ini lebih berorientasi pada populisme untuk menopang kekuasaan yang lebih eksklusif, terutama dalam soal formulasi dan implementasi kebijakan pemerintah.

Filsuf modern ternama asal Slovenia, Slavoj iek berpendapat bahwa pada dasarnya kapitalisme dan demokrasi ditakdirkan untuk terpisah. Ia menilai praktek kapitalisme global saat ini telah melampaui demokrasi dengan terlalu cepat, sehingga pelibatan rakyat dalam tataran domestik negara semakin terkikis. Negara semakin dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang cepat dan tepat tanpa menjadikan nilai-nilai demokrasi sebagai pertimbangan utama karena harus mengejar ketertinggalan di panggung internasional. 

Di sisi lain, iek juga melihat gesekan antara kapitalisme dan demokrasi bukanlah mengenai kesalahan salah satu sistem, tetapi memang perkawinan yang kontradiktif. Tentu, demokrasi adalah sistem yang tepat untuk mencapai kepentingan bersama. Dibarengi dengan kapitalisme, demokrasi telah membawa kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi negara ataupun individu. Tetapi, lambat laun sistem ini disertai dengan munculnya kesenjangan kekayaan dan perusakan lingkungan alam.

Melihat kondisi demokrasi dunia saat ini sedang mengalami krisis multisektoral, yang diakibatkan oleh krisis ditubuh Imperialisme AS. Krisis ini mengakibatkan permasalahan yang sangat besar bagi negara ketiga atau negara setengah jajahan, setengah Feodal seperti Indonesia ini, melihat krisis yang sangat akut perlukan ada jalan alternatif baru bagi demokrasi, perlukan ada perubahan mengenai demokarsi atau mengembalikan arti demokrasi yang sesungguhnya, dimana rakyatlah yang mengambil alih demokrasi tersebut. 

Ketika demokrasi menekankan soal kedaulatan dan peranan penting masyarakat, oligarki lebih mengacu pada kekuasaan yang dimiliki oleh segelintir orang atau kelompok tertentu. Sarjana utama yang mengemukakan soal konsep oligarki dalam studi politik Indonesia adalah Robison dan Hadiz (2004, 2014). Mereka menjelaskan politik Indonesia sebagai 'system of power relations that enables the concentration of wealthy and authority and its collective defence' (Robison & Hadiz, 2014).

Sarjana lain yang juga membahas tentang oligarki adalah Winters (2011) yang mendefinisikan oligarki sebagai 'actors who command and control massive concentrations of material resources that can be deployed to defend or enhance their personal wealth or exclusive social position [through a system of] the politics of wealth defence by materially endowed' (Winters, 2011).

Alternatif demokrasi itu bernaman Demokrasi Nasional (Demnas), Gerakan demokratis nasional sebagai jawaban atas permasalahan permasalahan yang terjadi diatas, demnas adalah perjuangan yang bersifat demokratis untuk mengahacurkan secara politik, ekonomi  dan budaya penindasan feodalisme, colakan gerakan demnas adalah perjuangan bersama antara klas pemuda, buruh dan petani.  

Perjuangan yang terhubung ini, merupakan jawaban sebagai alat untuk melakukan perlawanan atau menghentikan dikte negara negara imperialisme di Indonesia, terhubunganya gerakan pro demokrasi  yang memiliki pandangan demnas akan mempermudah perjuangan antar klas, bersatunya disetiap golongan yang akan mengubah dunia dan dunia baru tanpa dikte oleh penagaruh imperialisme itu akan hadir.  

Melihat realitas yang ada dikalangan mahasiswa saat ini, gerakan mahasiswa yang ada di Indonesia saat ini, umumnya tidak beda jauh dengan gerakan  dibelahan dunia manapun, gerakan pro demokrasi yang didominasi oleh para pemuda, yang mana banyak gerakan  yang menginginkan sebuah perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat terutama dalam ranah perjuangan dalam segala multisektoral. 

Demnas bisa menjadi alternatif ditengah kejeuhan kita terhadap demokrasi, melihat indeks demokrasi yang tengah krisis dipenjuru dunia yang diakibatkan oleh sistem Imperialisme AS, yang akan bangkrut, memahami demokrasi yang hadir untuk kepentingan rakyat, alangkah baiknya sebagai cendikiawan harus memperlajari sistem yang mana rakyat adalah pemimpin sesungguhnya.

Sumber :

Pinter Politik, 2021, Demokrasi Indonesia Keteteran Kapitalisme?. www.pinterpolitik.com

Nashirul Haq, 2021, 2020, Tahun Hancurnya Demokrasi secara Global. www.hidayatullah.com

Willa Wahyuni, 2022, Kemunduran Demokrasi, Indonesia Perlu Reformasi Jilid 2. www. Hukumonline.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun