Mohon tunggu...
Faridatur Riskiyah
Faridatur Riskiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Universitas Brawijaya

Manusia ini dapat dihubungi melalui akun instagram miliknya dengan id : f._riski

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penuh akan Tuan

31 Juli 2023   17:48 Diperbarui: 31 Juli 2023   17:53 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari Freepik/Jcomp

#1 Rasa Cinta

Pikirku, usia tua akan segera datang

Tanpa sempat rasakan cinta ala pendongeng handal

Namun... kala mata kita saling memandang

Pikiranku berkelana mencari kata yang tak kukenal

Ku temukan sosok Tuan dalam sebuah ruang

Menyapaku dengan senyuman riang

Lengkungannya bagaikan obat yang siap sembuhkan luka

Merebahkan setiap ranjau dalam batinku

Menggapai tangan kaku meminta tolong

Menggenggamnya erat tak ingin lepas

Membuatku tersadar akan definisi sebuah kata

Tuan.. hatiku begitu lama kosong melompong

Tapi kini aku kaya akan kata penuh makna itu

Rasa yang bangkitkan keinginan terpendamku

Terseok-seok ingin muncul ke permukaan,

Ingin dimiliki dan memiliki Tuan

Kita begitu berbeda, namun mampu saling bertaut

Berbagi hidup, menyatukan ritme dalam frekuensi

Menguak semua jawaban yang selama ini kucari

Saat Tuan berikan aku rasa, dan ternyata... itu cinta.

#2 Intinya hanya "Rindu"

Nampaknya... rindu memang akan selalu berat

Jarak 7.359 mil ini membuat semuanya begitu sukar

Memisahkan tautan kasih antara dua jiwa

Memupuk rindu hingga tak ingin diusik

Sudah... kuberikan semuanya padamu

Tidak ada sisa bagi yang lain

Setiap hari kita bertarung melawan perbedaan waktu

Berperang dengan sinyal yang kadang tak berpihak padaku

Meski tak semua pembicaraan kita bermutu

Setidaknya... kabarmu sudah jadi bahagiaku

Pagiku kini bukan pagimu

Malamku juga bukan malammu

Kita tetap berlomba ucapkan kata itu

Selamat pagi Tuan, dari aku yang sudah menjelang senja

Selamat berkelana untuk Tuan di perantauan sana

Selamat berjuang demi cita tuk awali hari yang sama

Untukmu, yang sedang jauh dari pelupuk mata

Yang setiap saat katakan rindu tanpa bisa bersua

Sibuk bersaing tentang rindu siapa yang paling perkasa

Sebuah rindu yang menuntut pertemuan tanpa kekang

Bagaimana, haruskah terbang ke pelukanku sekarang?

#3 Isi Kepalaku

Kepalaku penuh akan rindu yang kian merajalela

Menggerogoti hati dan menjelma rasa iri

Pada jalan setapak yang Tuan lalui tanpa aku

Pada senyuman yang Tuan berikan pada orang selain aku

Pada pesta yang Tuan datangi dan tidak ada aku

Pada kesulitan yang Tuan tanggung tanpa bantuanku

Pada segalanya, di mana seharusnya tentang Tuan dan aku

Sudahkah Tuan tahu bagaimana isi kepala kecil ini?

Bagian yang tak akan terurai dalam ratusan purnama

Pada teknologi yang membuat kita terhubung dalam jarak

Kubisikkan secara perlahan tentang cara untuk pulang.

#4 Selamatkan Aku

Hidupku tak pernah berarti seru

Seolah bukan pemeran utama dalam duniaku sendiri

Tuan pernah berjanji tuk selamatkan aku

Dari skenario hidup yang begitu buruk dan berisik

Jarak ribuan mil yang pisahkan Tuan dan aku

Membuat ikrar itu terhalang layaknya Tembok Berlin

Mampu pisahkan dua bagian yang mestinya menyatu

Menunggu Tuhan berbelas hati tuk percepat waktu

Menyatukan jeda antara jalinan kasih Tuan dan aku.

#5 Pulang Dulu

Hai Tuan yang sedang dalam kungkungan Benua Eropa

Begitu asing dari cengkeraman tanah air

Kuharap kau hanya sekedar jauh, bukan berarti pergi

Terima kasih untuk tidak pernah putus membawa kabar

Lebih banyak sabar dan penuh pengertian

Ini sudah kesekian rindu,

Menanti kepulangan Tuan dalam jangkauanku lagi

Tuan bertanya,

Nanti pulang ingin hadiah apa?

Aku menjawab,

Apa saja, yang penting pulang dulu.

**Karya puisi ini telah diterbitkan (cetak) oleh Ellunar Publisher dalam Program Nuram Marum. Puisi ini saya dedikasikan kepada seseorang yang selalu berada di dalam pikiran, semoga Tuhan selalu menyertaimu.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun