Mohon tunggu...
Farida Priatmaja
Farida Priatmaja Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Nulis, baca, traveling

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Butuh Solusi Terbaik

12 Desember 2024   07:44 Diperbarui: 12 Desember 2024   07:44 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Butuh Solusi Terbaik
Oleh: Nanik Farida Priatmaja, S.Pd
(Pegiat Literasi)

Angka kasus HIV/AIDS di Tulungagung terus mengalami peningkatan setiap tahun. Total angka kasus saat ini mencapai 3.910 kasus. Tingginya temuan kasus ini membuat Tulungagung masuk peringkat 5 besar di Jawa Timur. Pihak Pemkab sendiri telah menyiapkan strategi untuk menekan angka kasus ini. Mereka menggandeng seluruh stakeholder guna meningkatkan sosialisasi dan upaya pencegahan lainnya.Pj Bupati Tulungagung, Heru Suseno mengatakan diperlukan penanganan serius untuk masalah HIV/AIDS.Setiap tahun angka temuan kasus terus mengalami peningkatan. Rata-rata dalam setahun ditemukan 200 kasus baru. Mereka akan berupaya menutup sumber penyebaran penyakit tersebut."Seperti pekerja seksual dan lain yang selama ini menjadi salah satu sumber penyebaran HIV/AIDS," ujarnya, Minggu (01/12/2024).

Temuan kasus ini merata di semua usia. Mayoritas mereka yang terpapar virus ini berad di usai produktif.Ironisnya, terdapat juga usia remaja rentang 15-24 tahun. Tak hanya meningkatkan upaya pencegahan, pihak Pemkab juga memastikan ketersediaan obat bagi pengidap HIV/AIDS.

Peningkatan kasus HIV/AIDS adalah masalah yang serius. Sayangnya solusi yang ada, selama ini tak menyentuh akar masalah. Misalnya di Tulungagung, kasus HIV/AIDS hanya dipandang sebagai masalah kesehatan yang disolusi melalui penyediaan obat bagi pengidap. Itupun jika pengidap melakukan pengobatan ke RS. Faktanya tak sedikit para pengidap HIV/AIDS yang tak menyadari bahwa ia sudah terjangkit penyakit mengerikan tersebut sehingga tak melakukan pengecekkan ataupun pengobatan.

Di satu sisi, HIV/AIDS memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual ataupun jarum suntik memberikan citra buruk bagi pengidap yang pastinya akan dikucilkan masyarakat. Hal ini jelas amat menghambat penanganan kasus HIV/AIDS terutama terkait pendataan. Banyaknya kasus HIV/AIDS di suatu wilayah, bisa jadi kasus sebenarnya jauh lebih besar namun tak diketahui secara pasti karena tidak terdata.

Permasalahan HIV/AIDS bukan sekedar permasalahan kesehatan semata akan tetapi permasalahan sosial dampak dari penerapan sekulerisme di suatu negara. Rusaknya tatanan sosial (tidak adanya batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan di ranah publik) menjadikan munculnya beragam penyakit terutama HIV/AIDS. Tak sedikit kasus HIV/AIDS disebabkan oleh pergaulan bebas, perselingkuhan, prostitusi, hingga pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik.

Permasalahan HIV/AIDS begitu kompleks. Bisa pula dilatarbelakangi permasalahan ekonomi. Buruknya perekonomian negeri juga termasuk faktor penyebab meningkatnya kasus HIV/AIDS. Tak sedikit dalih demi membantu perekonomian  keluarga, akhirnya terlibat dalam dunia prostitusi. Disanalah penyebaran HIV/AIDS sangat cepat meski telah melakukan "pengaman" sejenis kondom. 

Penerapan Islam dalam segala bidang jelas akan memberikan solusi terbaik untuk seluruh permasalahan umat. Munculnya penyakit di suatu wilayah akan benar-benar menjadi perhatian negara. Kasus sejenis HIV/AIDS tidak akan dibiarkan terjadi penularan hingga terjadi peningkatan. Negara akan mencegah ataupun menutup akses yang berpotensi menimbulkan penyakit menular berbahaya. Pengaturan interaksi sosial dalam sistem Islam benar-benar diterapkan secara ketat. Interaksi laki-laki dan perempuan diatur sesuai syariat sehingga tak akan pernah terjadi pergaulan bebas hingga prostitusi mewabah ataupun meluas yang menjadikan pula meningkatnya kasus HIV/AIDS.   Negara juga menerapkan sistem sanksi bagi pelaku kejahatan, zina, dan tindak kriminal lainnya hingga mampu mencegah dan memberi efek jera bagi pelaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun