Pembelajaran daring menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari di saat pandemi covid-19 mulai meluas di berbagai negara. Pertengahan Maret 2020, tepatnya hari Senin tanggal 16, adalah awal dimulainya pembelajaran daring di kampus dan sekolah di Jawa Timur.Â
Saya masih ingat saat itu musim ujian skripsi, Â tesis, dan disertasi. Penjadwalannya pun masih tertera secara offline dengan tatap muka di kampus. Kegiatan perkuliahan masih sekitar 5 kali tatap muka, tiba-tiba harus beralih ke media pembelajaran daring. Tidak siap, itu pasti! Karena di luar perkiraan bahwa pandemi berlangsung panjang.
Awalnya berspekulasi positif bahwa pandemi tidak akan berlangsung lama, sehingga pembelajaran daring ini hanya bersifat sementara. Belum ada pelatihan ataupun bimbingan teknis bagaimana mengelola perkuliahan secara daring.Â
Alhasil tiap dosen di separoh semester Genap 2019/2020 berimprovisasi dengan fasilitas dan ketrampilan IT yang dimiliki, untuk tetap dapat menjalankan tugas menyampaikan materi kepada mahasiswa. Saya mencoba menggunakan Google Classroom untuk pemberian materi tertulis, aplikasi Zoom untuk tatap muka perkuliahan, dan media whatsapp grup untuk diskusi.Â
Sungguh tidak mudah, atau tepatnya belum terbiasa harus menghadapi layar laptop seharian, dengan memandangi foto dan huruf. Suasana terasa lebih interaktif dan nyaman manakala mahasiswa aktif menyalakan mode open kamera, sehingga terbangun komunikasi dialogis. Namun karena alasan sinyal yang tidak stabil, berat di kuota, dan berbagai alasan lain, tatap muka interaktif menjadi sangat minimal.
Persoalan dana mulai teratasi dengan kebijakan pemberian subsidi kuota bagi mahasiswa maupun dosen, hal teknis penguasaan IT untuk keperluan pembelajaran daring juga dikebut dengan memberikan pelatihan melalui daring maupun offline, demi memberikan layanan terbaik bagi mahasiswa.Â
Namun semester Gasal 2020/2021 bukan berarti melenggang aman tanpa kendala, Â ternyata masih saja ada keluhan, tentang kuota yang belum sampai, sinyal di daerah mahasiswa buruk, sedang hujan deras, mati listrik, dan berbagai kendala lain, yang tidak terbayangkan terjadi manakala pembelajaran dilakukan secara langsung di kelas.Â
Dalam pengelolaan kelas tatap muka, tata tertib tentang toleransi keterlambatan mengikuti perkuliahan, bisa ditegakkan. Berbeda dengan pembelajaran daring, yang setiap saat bisa terlempar keluar karena alasan sinyal tidak stabil atau ada gangguan. Sebagai dosen, tidak bisa memastikan bahwa mahasiswa tersebut memang terkendala sinyal atau sengaja membolos tidak mengikuti perkuliahan secara penuh.Â
Keterlambatan mengumpulkan tugas karena alasan sinyal, atau mendadak hilang sinyal saat mendapatkan pertanyaan pada sesi tanya jawab di kelas ataupun di forum sidang proposal ataupun tugas akhir berupa skripsi, tesis dan disertasi, menjadi sebuah kelaziman. Tidak hanya mahasiswa yang mengalami, tapi dosen yang sedang menguji tiba-tiba terlempar keluar karena jaringan sinyal tidak stabil.
Dengan demikian tidak semua mahasiswa menggunakan sinyal sebagai modus untuk memperoleh kemudahan atau sengaja mangkir dari kewajiban dengan mengkambinghitamkan teknologi. Ada juga mahasiswa yang karena situasi pandemi harus berjibaku membantu orang tuanya bekerja sehingga proses belajar daring bukan menjadi prioritas.Â
Dalam menghadapi kondisi demikian, apabila mahasiswa mengkomunikasikan secara terbuka, masih ada permakluman dan pemaaf, asalkan dia masih bisa memenuhi kewajiban mengerjakan tugas individu, tugas kelompok, dan mampu menyelesaikan ujian tengah semester maupun akhir semester. Namun sangat disayangkan manakala keterbatasan atau gangguan teknologi hanya dijadikan modus untuk mangkir dari kewajiban sebagai mahasiswa.
Di sisi lain dosen juga mempunyai keterbatasan dalam memaksimalkan penyampaian materi karena keterbatasan penguasaan teknologi ataupun karena terbatasnya cara dalam mengelola kelas yang sebatas layar.Â
Respon lambat karena gangguan sinyal, ataupun suara yang tidak tertangkap utuh, terputus dan sambung lagi, terjeda beberapa detik, tentunya menjadi faktor yang tidak terhindarkan yang terkadang menimbulkan miss communication, bahkan kesalahpahaman. Sekali lagi kesabaran sebagai manusia diuji, agar dapat mengendalikan diri dan tetap berproses dengan nyaman dalam proses pembelajaran.
Dosen, mahasiswa maupun tenaga kependidikan serta support sistem lain dalam penyelenggaran pendidikan daring dituntut melek teknologi, tanpa bekal penguasaan teknologi, maka proses akan terhambat dan tidak dapat mencapai tujuan. Adaptasi kebiasaan baru tidak hanya berlaku dalam hal pemenuhan protokol kesehatan 3M yang sekarang telah jadi 5M dalam memutus persebaran Covid-19.Â
Namun adapatasi kebiasaan baru dalam proses pembelajaran daring menjadi hal mutlak bagi stake holders di bidang penyelenggaraan pendidikan dalam semua jenjang. Pembelajaran daring sebenarnya bisa menjadi solusi yang ideal manakala infrastruktur bagus, dan dengan dukungan sumber daya manusia yang handal.Â
Bagaimana tidak, dalam proses pembelajaran daring segala sesuatu harus direncanakan dengan cermat dan teliti, serta semuanya terdokumentasi secara digital. Sangat bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan teknis administratif. Namun sekali lagi ada yang hilang dalam proses pembelajaran daring ini, yaitu aspek mendidik sikap dan karakter menjadi tereduksi .
Sungguh benar dan tepat sekali apa yang pernah disampaikan oleh Prof Irwan Abdullah, guru besar UGM, bahwa dosen kehilangan otoritas di kelas pada saat pembelajaran daring.Â
Semuanya tergantung pada teknologi, baik dan buruk proses kemudian disematkan pada ketersediaan infrastruktur yang mampu memfasilitasi  proses belajar mengajar secara daring. Pemakluman atas berbagai kondisi tidak ideal ini tentunya di satu sisi sangat manusiawi, namun di sisi lain ada yang dikorbankan yaitu kualitas pendidikan.
Hal ini tentunya bukan kata akhir, karena selalu ada ruang untuk mendialogkan dan menemukan solusi yang terbaik demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu melahirkan generasi cerdas berkualitas, berilmu pengetahuan, dan  berintergritas .Â
Selamat datang semester Genap 2020/2021 semoga semester ini kita sudah mulai luwes beradaptasi dengan pembelajaran daring. Tetap semangat belajar dan selalu jaga kesehatan. Jangan lupa bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H