Sejak abad 11 M Gresik sudah dikenal menjadi pusat perdagangan, baik nasional maupun internasional. Hal itu karena Gresik adalah daerah pantai yang memiliki pelabuhan. Aktifitas perdagangan di Gresik dibarengi pula dengan penyebaran agama Islam di Jawa. Pembawa dan penyebar agama Islam tersebut tidak lain adalah Fatimah binti Maimun, Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri, dan lain-lain.
Gresik dapat disebut sebagai model kota tua karena memiliki segi historis yang cukup panjang, walaupun dari segi ekologi kota mengalami beberapa perubahan. Salah satu cagar budaya di Gresik adalah Alun-alun Gresik, yang mana filosofi letak geografi dan fungsinya masih terjaga.
Van Romondt menyebutkan, pada dasarnya alun-alun merupakan halaman yang berukuran besar depan rumah atau pendopo milik penguasa, yakni raja, bupati, wedana, atau camat bahkan kepala desa. Â Halaman itu dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat sehari-hari seperti pemerintahan militer, perdagangan, kerajinan dan pendidikan.
Di era kontemporer, Alun-alun Gresik merupakan tanah lapang yang rindang dimana disekelilingnya terdapat pepohonan dan tanaman bunga, ditengah-tengah terdapat menara yang dikelilingi oleh air mancur, serta tanam-tanaman serta di sekeliling menara tersebut diberi pagar
Alun-alun Gresik adalah tempat kesukaan warga Gresik untuk melepas penat, tempat berlibur, berolah raga, menyalurkan hobi, area bermain anak, dan acara-acara masyarakat Gresik, seperti karnaval, jalan sehat, pengajian dan konser. Di sekelilingnya ada kawasan tetap (Pedagang Kaki Lima) PKL yang menjajakan makanan dan ada pula PKL yang berkeliling.
Pada tahun 2016, pemerintah Kabupaten Gresik merencanakan perubahan Alun-alun Gresik menjadi Islamic Center agar terintegrasikan dengan kompleks Makam Sunan Malik Ibrahim. Pengubahan bentuk Alun-alun Gresik oleh pemerintah, banyak mendapat penentangan. Hal itu dikarenakan akan merusak cagar budaya, yakni alun-alun itu sendiri.
Rencana pengubahan menjadi Islami Center terkesan eksklusif, padahal di sekitar alun-alun adalah kawasan multikultural, bukan hanya ada Masjid Jami saja, namun juga terdapat Kampung Arab, Pecinan dengan Klenteng Kim Hin Kiong yang berdiri sejak masa Majapahit dan Gereja Pantekosta.
Setelah diadakan dialog dengan perwakilan masyarakat, Pemerintah Kabupaten Gresik batal mengubah Alun-alun Gresik menjadi Islamic Center, namun tetap direnovasi pada tahun 2017 dan diresmikan tahun 2019. Wajah baru Alun-alun Gresik nampak lebih 'Islami' dengan ornamen-ornamen yang menghiasinya.
Di bagian tengah Alun-alun terdapat bangunan.terbuka. Kesenian arsitektur Islam pada bangunan alun-alun Gresik dapat dilihat dari lorongnya yang menerapkan transfigurasi struktur, ruang terbuka alun-alun yang menerapkan transfigurasi atau ambiguitas fungsi, dan penerapan ornamentasi pada pagar-pagar balkon dan tangga.
"Saya orang pertama yang menentang pembangunannya. Saya sempat nginap di tahanan polisi, 36 jam.karena saya memberotak." Ujarnya saat kami temui di kantor Mataseger (Masyarakat Pecinta Sejarah Gresik) pada 4/12.