Mohon tunggu...
Ayoung F. Athar
Ayoung F. Athar Mohon Tunggu... -

jika dengan membaca engkau tidak akan buta, maka dengan menulis engkau akan tetap hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menghitung Napas (Secabik Puisi)

25 Juli 2016   14:02 Diperbarui: 25 Juli 2016   14:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menghitung Napas

Surabaya tidak sedingin telapak tanganmu

Menggenggam pertemuan, terjamu

Setelah memakan tahun perpisahan, membelah waktu

Masihkah dekap eratmu sehangat dahalu?

Sehabis kita menyempurnakan subuh di atas rukun

Dan aku, sabar menghitung napasmu tekun.

Surabaya, 22 Juli 2016

Lahir

Aku bercerita pulau-pulau yang tenggelam di mataku, sayang.
Aku bercerita musim yang kehilangan jadwal
Aku bercerita tentang jantung kehabisan derap
Aku bercerita desah menyulam lelah
Lalu, aku bercerita tentang airmata yang membasahi pelataran tanah
Tempat darah ibu, tumpah
Lalu kau
Derai tangis di wajah

Surabaya, 22 Juli 2016

Elegi Hujan

Aku membaca tubuhmu 
Seperti dahulu
Saat kau mnyelimuti aku dengan rindu
Lalu hujan merekat menjadi gigil yang hebat

Surabaya, 20 Juli 2016

Oleh: Hayyul Faridah*

*Mahasiswi UINSA Surabaya, jurusan Filsafat Agama, Smester VI. Aktifis FAMI Cabang Surabaya, dan Kompasianer, merupakan alumni dari Pondok Pesantren Annuqayah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun