Menghitung Napas
Surabaya tidak sedingin telapak tanganmu
Menggenggam pertemuan, terjamu
Setelah memakan tahun perpisahan, membelah waktu
Masihkah dekap eratmu sehangat dahalu?
Sehabis kita menyempurnakan subuh di atas rukun
Dan aku, sabar menghitung napasmu tekun.
Surabaya, 22 Juli 2016
Lahir
Aku bercerita pulau-pulau yang tenggelam di mataku, sayang.
Aku bercerita musim yang kehilangan jadwal
Aku bercerita tentang jantung kehabisan derap
Aku bercerita desah menyulam lelah
Lalu, aku bercerita tentang airmata yang membasahi pelataran tanah
Tempat darah ibu, tumpah
Lalu kau
Derai tangis di wajah
Surabaya, 22 Juli 2016
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!