Mohon tunggu...
Farida Hassanah
Farida Hassanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kiat Dakwah di Era Masyarakat Online

18 Juni 2024   14:44 Diperbarui: 18 Juni 2024   14:56 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kiat Dakwah di Era Masyarakat Online

Oleh: Syamsul Yakin dan Farida Hassanah

Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam era masyarakat online, tak dapat dipungkiri bahwa dai adalah bagian dari masyarakat online. Dai dapat dengan mudah berbagi pesan dakwah melalui blog, media sosial, wiki, forum, dan dunia virtual yang disediakan oleh provider internet.


Dai sebagai bagian masyarakat online dapat ikut serta dalam perang narasi. Sementara secara konvensional dai melakukan perang narasi secara tatap muka, pada era masyarakat online perang narasi dapat dilakukan secara tatap maya dengan hanya menggunakan dua ibu jari.


Perang narasi dalam dakwah adalah aktivitas virtual dai untuk mengungkapkan gagasan dan gerakan untuk menyeru masyarakat online untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Perang narasi disebut demikian karena konten yang berseberangan begitu marak menyerbu masyarakat online.


Agar sukses menyeru, mengajak, dan memengaruhi opini masyarakat online, ada beberapa kiat, teknik, tips, atau trik yang harus dilakukan oleh dai. Pertama, ketika berselancar melalui platform apapun, dai harus mampu "mengaduk-aduk" perasaan masyarakat online, seperti sedih, gembira, responsif, marah.


Agar konten yang disampaikan menarik, durasi tak lebih dari tiga menit dengan resolusi dan rasio aspek video yang direkomendasikan pakar komunikasi. Jika diperlukan teks singkat untuk memberitakan gambar tersebut (caption), hendaknya menggunakan bahasa baku.


Inilah aspek keahlian khusus multimedia dimana seorang dai paling tidak memahaminya secara global. Aspek lain dari konten, baik teks dan gambar, hendaknya berbasis data dan riset. Dari sini masyarakat online akan memberikan respect karena dai dianggap berwawasan multidisipliner.


Kedua, masyarakat online yang menjadi objek narasi dai dapat dipastikan berbeda manhaj dan mazhab dalam Islam. Atau dalam konteks sosial-politik, masyarakat online berbeda ormas dan afiliasi politik. Untuk itu, teks dan gambar yang dishare harus inklusif, toleran, dan moderat.


Saat ini, dai moderat, smart, toleran, inklusif, umumnya memiliki pengikut atau follower (instagram dan tik tok), tweeps (twitter), subscriber (youtube), teman (facebook) yang banyak dan disenangi. Dai tidak boleh menjadi anggota masyarakat online yang tidak aktif.


Ketiga, untuk itu, dai tidak pelak harus memiliki akun resmi media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, Twitter, dan lain-lain yang dianggap populer. Untuk menjaga keamanan semua akun itu, dai harus memiliki kata sandi (password).


Keempat, mau tidak mau, agar sukses dalam berdakwah di kalangan masyarakat online, dai harus memiliki tim ahli teknologi informasi. Tugas tim ini adalah membuat sistem komputer, jaringan, aplikasi baru, termasuk pengawasan, keamanan akun, dan perawatan (maintenance).


Inilah kiat yang dapat dilakukan seorang dai agar sukses berdakwah di tengah masyarakat online yang terus diterpa perubahan dan perkembangan dengan sangat cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun