Mohon tunggu...
Farid Agil
Farid Agil Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa jurusan Hubungan internasional

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dunia dalam Konflik: Perang Rusia-Ukraina dan Keseimbangan Kekuasaan Global

6 Desember 2024   13:51 Diperbarui: 6 Desember 2024   15:34 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Akar permasalahan

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, konflik antara Rusia dan Ukraina memiliki dasar yang dalam dan kompleks. Untuk memahami dinamika yang terjadi, sangat penting untuk mempelajari berbagai komponen yang berkontribusi terhadap ketegangan ini. Ini termasuk sejarah, identitas nasional, geopolitik, dan ekonomi. Sejarah lama hubungan antara Ukraina dan Rusia memainkan peran penting dalam konflik saat ini. Sebelum kemerdekaan Ukraina pada tahun 1991, kedua negara memiliki hubungan yang erat, terutama sebagai bagian dari Uni Soviet. Setelah mendapatkan kemerdekaan, Ukraina berjuang untuk membangun identitas nasional yang berbeda dari Rusia. Namun, ada perbedaan di masyarakat Ukraina antara mereka yang cenderung pro-Rusia dan mereka yang pro-Barat. Karena ketegangan ini, orang-orang di Ukraina bingung tentang jalan politik dan budaya mereka.

Penklaiman Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 adalah salah satu titik balik dalam konflik ini. Tindakan ini melanggar hukum internasional dan akan menghasilkan reaksi keras dari komunitas internasional. Pencaplokan Krimea adalah bukti upaya Rusia untuk memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut. Selain itu, keadaan semakin memburuk karena Rusia mendukung separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina, terutama di Donetsk dan Luhansk. Ribuan orang tewas dan ribuan orang melarikan diri dari konflik bersenjata di wilayah ini. Dari sudut pandang geopolitik, Rusia berusaha mempertahankan pengaruhnya di wilayah yang dulunya merupakan bagian dari Uni Soviet. Rusia melihat keinginan Ukraina untuk mendekat ke Barat melalui integrasi dengan Uni Eropa dan bergabung dengan NATO sebagai bahaya strategis. Menurut Moskow, untuk menjaga stabilitas negara, negara-negara di sekitar perbatasannya harus tetap berada dalam jangkauan pengaruhnya. Ini menimbulkan ketegangan antara kedua negara, terutama karena Ukraina menunjukkan keinginan untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan lembaga Barat.

Dalam konflik ini, ekonomi juga berperan. Rusia mengirimkan gas alamnya ke Eropa melalui Ukraina. Ketegangan tambahan disebabkan oleh ketergantungan ekonomi kedua negara. Sanksi internasional yang dikenakan pada Rusia setelah invasi Krimea memengaruhi ekonomi dan memperburuk hubungan antara kedua negara. Pemerintah dan rakyat biasa juga merasakan dampak ekonomi ini. Salah satu peristiwa penting dalam sejarah kontemporer Ukraina adalah revolusi Euromaidan yang terjadi pada tahun 2014. Proteste besar-besaran menentang pemerintahan Viktor Yanukovych, yang pro-Rusia, mengguncang negara dan mengakibatkan penggulingannya. Rusia melihat peristiwa ini sebagai bahaya bagi kepentingannya di Ukraina karena memicu intervensi militer di Krimea dan mendukung separatis di timur Ukraina. Revolusi ini menggambarkan aspirasi rakyat Ukraina untuk menentukan nasib mereka sendiri dan menolak dominasi Rusia.

Keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO adalah salah satu masalah yang paling sensitif dalam hubungan antara Rusia dan Ukraina. Langkah ini dianggap oleh Rusia sebagai ancaman langsung terhadap keamanan negaranya. Ketegangan yang terus berlanjut disebabkan oleh Rusia yang menolak ekspansi NATO ke arah timurnya. Moskow menganggap keberadaan NATO yang semakin dekat dengan wilayahnya sebagai provokasi. Selain itu, Rusia percaya bahwa Ukraina harus tetap menjadi "buffer zone", atau zona penyangga antara negara-negara Barat dan dirinya sendiri. Dengan mempertahankan kekuatan di Ukraina, Rusia berharap dapat mencegah ancaman dari aliansi militer Barat yang semakin dekat. Konsep ini menunjukkan seberapa besar perubahan politik di wilayah sekitar Rusia memengaruhi keamanan nasional Rusia.

Akar permasalahan konflik Rusia-Ukraina sangat kompleks dan melibatkan berbagai faktor historis, budaya, geopolitik, serta ekonomi. Memahami dinamika ini sangat penting untuk mencari solusi jangka panjang bagi konflik yang telah menimbulkan penderitaan besar bagi jutaan orang. Upaya diplomasi yang efektif serta dialog terbuka antara semua pihak terkait diperlukan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan stabilitas kawasan Eropa Timur. Tanpa pemahaman mendalam tentang akar permasalahan ini, setiap upaya penyelesaian konflik akan sulit tercapai.

Dinamika politik

Di tengah konflik Rusia-Ukraina, sejarah, identitas nasional, dan kepentingan geopolitik saling berkorelasi membentuk dinamika politik yang kompleks. Berbagai faktor telah berkontribusi terhadap ketegangan yang terus meningkat di wilayah ini sejak awal konflik, yang dimulai dengan protes Euromaidan pada tahun 2014 dan berlanjut dengan invasi Rusia pada tahun 2022. Kondisi politik saat ini sangat dipengaruhi oleh keinginan Ukraina untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan lembaga Barat, terutama NATO dan Uni Eropa. Ketika Presiden Ukraina Viktor Yanukovych menolak kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan memilih untuk berhubungan dengan Rusia, itu memicu demonstrasi yang disebut Euromaidan. Proteste ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah dan pergeseran identitas nasional masyarakat Ukraina.

Rusia menanggapi penggulingan Yanukovych dengan mencaplok Krimea dan mendukung upaya separatis di wilayah timur Ukraina. Tindakan ini melanggar hukum internasional dan menunjukkan upaya Rusia untuk mempertahankan kekuasaan di wilayah yang dianggap sebagai "lingkungan dekat"nya. Rusia melihat keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO sebagai ancaman vital yang dapat menghancurkan stabilitas negara. Hal ini meningkatkan ketegangan antara kedua negara dan memperburuk keadaan di wilayah tersebut. Identitas bangsa Ukraina sangat berpengaruh dalam dinamika politik saat ini. Sebagai tanggapan terhadap tindakan agresif Rusia, rakyat Ukraina semakin nasionalis. Menurut survei, identifikasi diri sebagai orang Ukraina meningkat secara signifikan setelah invasi, menunjukkan bahwa perang telah menjadi perjuangan untuk mempertahankan eksistensi dan integritas teritorial negara. Dalam situasi seperti ini, konflik tidak hanya terkait dengan kedaulatan, tetapi juga terkait dengan kesadaran nasional yang lebih luas.

Sebaliknya, intervensi militer Rusia di Ukraina dianggap sebagai bagian dari strategi geopolitik yang lebih komprehensif. Rusia berusaha mendapatkan alasan untuk tindakannya dengan mengatakan bahwa mereka bertindak untuk melindungi warga Rusia di Ukraina dan mencegah ekspansi NATO. Namun, tindakan ini justru memperburuk isolasi internasional Rusia dan menyebabkan negara-negara Barat memberlakukan sanksi ekonomi yang signifikan. Dengan keterlibatan aktor internasional lainnya, dinamika politik semakin rumit. Negara-negara Barat yang mendukung Ukraina secara militer dan ekonomi telah mengubah dinamika konflik, memberi Ukraina kemampuan untuk menahan agresi Rusia. Sanksi terhadap Rusia menimbulkan tantangan baru bagi stabilitas di seluruh dunia dan di regional.

Secara keseluruhan, dinamika politik dalam konflik Rusia-Ukraina menunjukkan bagaimana sejarah, identitas nasional, dan kepentingan geopolitik saling berinteraksi dalam membentuk realitas saat ini. Konflik ini bukan hanya sekadar pertikaian antara dua negara; ia mencerminkan pergeseran lebih luas dalam tatanan dunia yang sedang berlangsung. Untuk mencapai resolusi yang berkelanjutan, penting bagi semua pihak untuk memahami kompleksitas ini dan mencari solusi melalui dialog dan diplomasi yang konstruktif.

Krisis kemanusian

Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, konflik antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Tidak hanya para pejuang di medan perang, tetapi jutaan warga sipil yang terjebak dalam kekacauan merasakan dampak perang ini. Krisis kemanusiaan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengungsi hingga pelanggaran hak asasi manusia, yang semuanya menunjukkan seberapa besar dampak konflik ini terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat. Jumlah pengungsi yang luar biasa yang disebabkan oleh konflik ini adalah salah satu dampak yang paling menonjol. Jutaan orang Ukraina harus meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman. Lebih dari 10 juta orang telah melarikan diri, dengan lebih dari 6,5 juta orang masih berada di dalam negeri dan sekitar 3,7 juta melarikan diri ke negara-negara tetangga, menurut data. Jumlah besar pengungsi menantang Ukraina dan negara-negara Eropa lainnya yang harus menangani gelombang pengungsi yang terus meningkat. Banyak dari mereka kesulitan mendapatkan layanan dasar seperti perumahan, makanan, dan kesehatan.

Di samping itu, konflik ini telah menyebabkan banyak korban jiwa dan cedera di kalangan warga sipil. Menurut laporan dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), ribuan warga sipil telah tewas atau terluka akibat pertempuran yang berkepanjangan. Angka-angka ini mencerminkan kenyataan tragis bahwa banyak orang yang tidak terlibat dalam konflik harus membayar harga tertinggi. Selain kehilangan nyawa, banyak orang juga menghadapi trauma psikologis yang mendalam akibat pengalaman menyaksikan kekerasan dan kehilangan orang-orang terkasih.

Kerusakan infrastruktur yang luas juga menjadi salah satu aspek krisis kemanusiaan ini. Serangan terhadap fasilitas sipil telah mengganggu pasokan air bersih, listrik, dan gas, memperburuk kondisi kehidupan bagi mereka yang masih tinggal di daerah terdampak. Dalam banyak kasus, keluarga terpaksa hidup tanpa akses ke kebutuhan dasar selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Situasi ini semakin diperparah oleh krisis pangan global yang disebabkan oleh gangguan produksi dan ekspor gandum dari Ukraina dan Rusia---dua negara yang merupakan produsen utama komoditas tersebut. Ketidakpastian pasokan pangan ini menjadi ancaman serius bagi keamanan pangan di seluruh dunia, terutama bagi negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada impor.

Pelanggaran hak asasi manusia selama konflik ini juga menjadi sorotan internasional. Berbagai laporan mengindikasikan adanya pembunuhan, penyiksaan, penculikan, penahanan sewenang-wenang, dan kekerasan seksual terhadap warga sipil. Tindakan-tindakan ini menunjukkan betapa rentannya posisi masyarakat sipil dalam konflik bersenjata dan bagaimana mereka sering kali menjadi korban dari kekuatan yang lebih besar. Dampak kesehatan akibat konflik ini juga tidak dapat diabaikan. Gangguan pada sistem kesehatan dan fasilitas medis membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Banyak rumah sakit hancur atau tidak berfungsi dengan baik karena serangan militer, sementara tenaga medis sering kali terpaksa bekerja dalam kondisi berbahaya untuk merawat pasien.

Kesimpulan

Konflik Rusia-Ukraina telah mengakibatkan dampak yang signifikan dan luas, baik bagi kedua negara yang terlibat maupun bagi komunitas internasional secara keseluruhan. Sejak invasi Rusia pada Februari 2022, situasi di Ukraina telah berubah menjadi krisis kemanusiaan yang mendalam, di mana jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan banyak yang kehilangan nyawa akibat pertempuran yang berkepanjangan. Menurut laporan dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, ribuan warga sipil telah menjadi korban, dan lebih dari 10 juta orang telah mengungsi baik di dalam negeri maupun ke negara-negara tetangga. Dampak ekonomi dari konflik ini juga sangat besar. Peningkatan harga komoditas energi dan pangan telah mengganggu perekonomian di seluruh dunia. Pada tahun 2023, konflik ini diperkirakan akan mengurangi PDB global sebesar 1%. Situasi semakin memburuk karena sanksi terhadap Rusia dan gangguan pada rantai pasokan internasional. Ini menimbulkan tantangan baru bagi banyak negara, terutama negara-negara berkembang dan Eropa, yang sangat bergantung pada impor komoditas dari Rusia dan Ukraina.

Tindakan yang dilakukan Rusia dianggap sebagai pelanggaran keras terhadap kedaulatan Ukraina dari sudut pandang hukum internasional. Banyak negara dan kelompok internasional mengecam invasi ini karena melanggar dasar hukum internasional seperti Hukum Humaniter Internasional dan Hak Asasi Manusia. Meskipun banyak upaya diplomatik telah dilakukan untuk menghentikan konflik, seperti meminta gencatan senjata dan berbicara dengan kedua belah pihak, situasi masih tegang dan tidak ada tanda-tanda penyelesaian dalam waktu dekat. Selain itu, krisis ini menunjukkan bahwa lembaga internasional seperti PBB menghadapi masalah besar dalam menangani konflik bersenjata. Seringkali, karena hak veto Rusia di Dewan Keamanan PBB, respons yang efektif terhadap situasi tersebut terhambat. Ini terjadi sementara kebutuhan akan bantuan kemanusiaan terus meningkat. Dengan lebih dari satu juta orang, bantuan makanan dan nutrisi serta akses ke layanan medis yang memadai, respons internasional menjadi semakin penting untuk membantu mereka yang terdampak.

Referensi:

Permata Harahap, Putri A, Siti Zahra Siagian, Seevaira Chyta Simanullang, Victoria Grace Daily, Yuli Indriani Lubis, and Yeni Yolanda Simbolon. 2023. "Peran PBB Dalam Penyelesaian Konflik Rusia Dengan Ukraina." Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah 1(6): 321--29. https://doi.org/10.59059/mutiara.v1i6.643.

Prasetyo, Totok Adhi, Nadya Faza Malika Syah, Aqil Ghofari, Noer Aidah, Umar Faruq, Marisa Mirzak, and Dyanul Khatimah. 2024. "Pengaruh Perang Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi International." At-Tawazun, Jurnal Ekonomi Syariah 12(01): 23--31. doi:10.55799/tawazun.v12i01.491.

Rizky, Moody, Syailendra Putra, Luqyana Shafira, Alfarhani David, Edyson Ryanson, Program Studi, Sarjana Hukum, et al. 2024. "Analisis Penyelesaian Konflik Invasi Rusia-Ukraina Dari Perspektif Hukum Internasional." 2(2): 1082--90.

Saryono, Saryono, Aulia Fajarianti, Lia Dahlia Kurniawati, Ainun Alfasari Akbariah, Ibnu Abdul Jabar, and Fitri Yulyanti. 2022. "Sikap Politik Dan Hukum Internasional Indonesia Terkait Penyerangan Rusia Ke Ukraina." Jurnal Citizenship Virtues 2(2): 386--97. doi:10.37640/jcv.v2i2.1529.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun