Limbah makanan merupakan makanan yang dibuang atau tidak dimakan maupun digunakan dalam suatu proses produksi, pengolahan, distribusi dan penyajian. Setiap orang dalam kegiatan pengolahan makanan pasti menghasilkan limbah sisa makanan, sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat bahwa limbah sisa makanan mencapai 46,35 juta ton dalam skala nasional pada tahun 2021 di Indonesia.
Dikutip dari laporan liputan6.com, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut sampah makanan di Indonesia mencapai 23 juta ton-48 juta ton per tahun pada periode 2000 sampai 2019. Angka ini setara 115 kg hingga 184 kg sampah makanan per kapita per tahun.
Mengetahui hal tersebut, masyarakat Indonesia perlu menyadari pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah sisa makanan, salah satunya adalah memanfatkan sisa makanan dan mengolahnya kembali menjadi makanan lain yang dapat dikonsumsi. Selain itu, pengolahan kembali limbah makanan juga bisa menjadi berharga dan memiliki nilai jual untuk menambah pendapatan masyarakat.
Pada kesempatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia kelompok 100 berkesempatan untuk mengadakan sosialisasi terkait pemanfaatan dan pengolahan limbah makanan yang memiliki nilai jual sebagai produk UMKM yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Kp. Cikoneng Desa Cibiru Wetan.
Kulit buah adalah salah satu makanan yang dipastinya akan menjadi limbah sisa makanan. Tidak semua kulit buah bisa diolah lagi menjadi makanan baru, ada beberapa yang diolah menjadi pupuk ataupun pelengkap bahan kue. Dalam pelaksanaan KKN Tematik UPI ini, mahasiswa UPI memilih kulit buah jeruk bali sebagai limbah makanan yang dapat diolah kembali.
Kulit buah jeruk bali memiliki tekstur yang agak kasar dan bergelombang, disisi lain rasanya juga sangat pahit. Namun, kreatifitas mahasiswa UPI bersama dengan masyarakat KP. Cikoneng Desa Cibiru Wetan dapat mengubah rasa pahit kulit buah jeruk bali menjadi manisan yang dapat dikonsumsi kembali dan memiliki nilai jual yang ekonomis.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat manisan dari limbah kulit jeruk bali adalah pertama 5-10 buah jeruk bali yang belum matang. Kenapa sih harus yang belum matang? Pemilihan kematangan jeruk bali ini sangat penting, jeruk bali yang belum terlalu matang memiliki ketebalan kulit jeruk yang pas untuk dijadikan manisan.
Bahan kedua adalah kapur sirih, kegunaannya adalah untuk membersihkan noda-nota yang ada pada kulit jeruk bali, membuat kulit jeruk bali menjadi lebih garing dan lebih keras atau keset, membuat kulit jeruk bali lebih kenyal dan tidak mudah hancur.
Kemudian kita juga membutuhkan 3kg gula pasir dan secukupnya gula aren, tentu saja kegunaannya supaya kulit jeruk bali miliki rasa manis khas manisan. Â Gula aren juga bermanfaat untuk mengubah warna kulit jeruk bali berubah menjadi kecoklatan.
Bahan keempat ada 10 vanilli dan sedikit garam, masukan bersamaan dengan gula sebelum memasukan kulit jeruk bali tersebut ke dalam wajan. Bahan yang paling penting dan pastinya digunakan dari awal hingga akhir produksi adalah air.
Setelah melalui proses produksi, langkah terakhir sebelum dipasarkan adalah pengemasan atau packing. Gunakan kemasan yang praktis dan bersih, seperti plastic ziplock dengan ketebalan dan model yang sedikit lebih modern. Olahan limbah makanan kulit jeruk bali menjadi manisan ini dinamakan sebagai Kalua Jeruk Cikoneng.
Sosialisasi mengenai pengolahan limbah makanan menjadi makanan baru berupa manisan yang memiliki nilai jual ini diharapkan dapat terus diterapkan dan dikembangkan oleh masyarakat sebagai produk UMKM yang bisa dipasarkan agar menghasilakan dan/atau menambah pendapatan masyarakat tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H