Sepertinya, masyarakat Indonesia memang pantas di sematkan gelar seperti itu. Coba kita bermawas diri tiap-tiap kita, dimana kita selalu mengekor atau ikut-ikutan melakukan suatu hal yang disatu waktu sangat viral dan itu lumrah kita lakukan berulang-ulang. Sejatinya tidak masalah, tinggal bagaimana kita bisa menilai mana yang baik untuk dilakukan dan berdampak positif bagi diri kita, mana yang buruk untuk dilakukan dan malah berdampak negatif bagi kita, tinggal kita yang memilah dan memilih. Seperti kata Christopher Robin, Ingatlah selalu bahwa kamu lebih berani dari yang kamu yakini, lebih kuat dari yang terlihat, dan lebih pintar dari yang kamu pikirkan.
Dalam kamus ilmu psikologi, kecenderungan seseorang yang gemar mengikuti sesuatu juga dinamakan Bandwagon Effect. Istilah tersebut hadir ketika manusia suka memungut perilaku dan gaya orang lain hanya disebabkan orang lain melakukannya juga, tanpa memikirkan nilai norma yang berlaku. Singkatnya fenomena ini bisa disebut latah sosial.
Hal itu kemudian disebabkan karena tiga faktor, pertama karena masyarakatnya yang FOMO, apalagi di masa serba digital ini, gelagatnya jika kita tidak membuka sosmed maka kita akan tertinggal begitu banyak hal walau hanya beberapa jam saja. Pun sama halnya, Fomo ini juga membuat orang tersebut menganggap kurang update yang disebabkan ada yang terlewat dan tidak kita lakukan di platrom sosial media yang ia punya. Kedua, disebabkan karena faktor image personalnya. Karena pada dasarnya kita ini selalu menjaga image kita positif dimata orang lain. Itu pasti, karena mustahil ada orang yang mau mendapat penilaian buruk dari orang lain.
Itulah yang menyebabkan kita selalu berusaha untuk mengadopsi trend pakaian, lifestyle dan sebagainya. Semua itu dilakukan semata-mata untuk menghadirkan image baik diri kita dimata orang lain serta dianggap memiliki keahlian dalam beberapa hal. Dan yang terakhir bisa jadi bandwagon effect ini terjadi karena pengaruh dari lingkungan atau kelompok disekitar kita. Ditambah lagi, jika sahabat dekat kita melakukan suatu hal dan kita menolak, pasti akan ada rasa canggung karena tidak "mengiyakan" ajakannya, diperparah lagi jika kita masih menjunjung rasa "Ga enakan", fakta kan?
Terakhir, kita harus bijak menyikapi sesuatu hal, karena tidak salah kita mengikut trend yang lagi booming, asal masih dalam batas wajar dan tidak berlebihan. Jika kita melakukannya karena kesenangan pribadi toh itu juga membuat kita senang dan bahagia. Jadi ndak perlu emosi jika ada diantara teman kita yang ikut-ikutan, biarkan dan cukup diingatkan agar tak menjadi kultur yang negatif. Jangan sampai karakter masyarakat bangsa Indonesia seperti Lato-lato, dimana jati diri kita dengan mudahnya dibenturkan agar kita sebagai individu dan secara kolektif tidak mudah dijadikan mainan bagi yang memiliki kuasa dan kepentingan. Loh...
Sebagai penutup, mengutip sepenggal kalimat pengingat dari Nathaniel Branden yang mengatakan, "Salah satu karakteristik paling penting dari harga diri yang sehat adalah keadaan seseorang yang tidak berperang baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H