Mohon tunggu...
Farida Ayu Hapsari
Farida Ayu Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Aida

a melancholy, not a melodrama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyai Kopek (Sinopsis Buku)

16 Juni 2021   08:47 Diperbarui: 16 Juni 2021   09:08 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai keturunan kraton, Nyai Kopek merasa perlu untuk melestarikan tradisi udhik-udhik. Pada waktu-waktu tertentu beliau melakukan tradisi udhik-udhik ini di hadapan warga Salatiga. Tradisi ini menjadi menarik karena ada uang logam yang dilempar ke udara untuk diperebutkan banyak orang. 

Mereka yang berebut boleh saling dorong, tetapi tidak saling jegal. Mereka mencari banyak cara tetapi tidak dengan menghalalkan segala cara. Ketika koin masih diudara, siapapun boleh mengejarnya, tetapi begitu koin sudah ditangan seseorang semua harus menghormatinya dan tidak boleh merebut. Filosofi lain dari tradisi ini adalah untuk mendapatkan sesuatu kita harus berjuang, namun dalam perjuangan hendaknya kita tetap menjunjung sportivitas.

Dikatakan oleh banyak orang, Nyai Kopek meninggal diusia yang sudah sangat lanjut. Makam Nyai Kopek berada di Blauran. Karena adanya kedekatan emosional warga yang pernah mendapatkan pertolongan Nyai Kopek, mereka sering mendatangi, membersihkan, dan merawat makam Nyai Kopek. Akhirnya makam Nyai Kopek dikeramatkan oleh warga sekitar dan para warga menganggap pusara Nyai Kopek membawa tuah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun