Senjaku meredup
malam menggantinya dengan sayup
bersama lelah mataku yang kututup
menyelam dalam harap yang berdegup
Detik berlalu cepat
malam melesat tak dapat dicegat
hingga kuningnya menyapa mendekat
hangat sinarnya mendekap erat
Pagi menghampiri, memaksa tersenyum lagi
cerahnya mengutuk bangkitkan diri
merengkuh sekam yang menimbun api
Sudah pagi lagi,
kali ini, aku benci kenyataan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!