Mohon tunggu...
Farid Wadjdi
Farid Wadjdi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bekerja di perusahaan kontraktor nasional, memiliki minat khusus di bidang arsitektur dan konstruksi, tapi juga ingin beceloteh dan curhat tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

10 Ulama Bicara Isa Al-Masih dan Ajarannya [Resensi Buku]

5 Januari 2014   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388899711839479863

[caption id="attachment_304044" align="alignleft" width="310" caption="Sampul buku karya Olaf Schumann (dokpri)"][/caption]

Judul di atas merupakan bagian dari judul sebuah buku. Judul lengkapnya adalah "10 Ulama Bicara Isa Al-Masih dan Ajarannya, Membangun Kesadaran Kritis Hubungan Muslim-Kristen". Buku tersebut merupakan terjemahan dari buku versi bahasa Inggris yang berjudul "Jesus The Messiah in Muslim Thought" (Delhi-Hyderabad, 2002), yang juga merupakan terjemahan dari versi asli yang berbahasa Jerman dengan judul "Der Christus der Muslime, Christologische Aspekte in der Arabisch-Islamischen Literatur" (Gutersloh, 1975). Buku ini adalah karya Olaf Schumann, seorang pendeta Gereja Lutheran di Schleswig Holstein, Jerman. Buku terjemahan bahasa Indonesia ini diterbitkan oleh Elex Media Komputindo (Kompas-Gramedia Group), dengan editor Aisyah dan Ahmad Rifki, dari kelompok penterjemah Paramadina.

Tahun 1970-1981, Schumann bekerja sebagai staf peneliti di Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia di bidang ilmu agama-agama. Tahun 1981, Schumann diangkat menjadi guru besar dalam bidang ilmu agama-agama dan misiologi pada Universitas Hamburg, Jerman. Pernah menjadi Dosen STT Jakarta pada tahun 1989-1992, Prof. Schumann kini menjadi dosen tamu di berbagai universitas, di antaranya di Sabah Theological Seminary di Kota Kinabali, Malaysia.

Sesuai dengan judul buku di atas, pendapat ulama-ulama tentang Isa Al-Masih dan ajarannya yang dibahas pada buku tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Ali Al-Tabari, ulama Kristen yang menjadi Muslim
  2. 'Amr b Bahr Al-Jahiz, seorang penganut teologi Mu'tazilah
  3. Ibnu Hazm, filosof Muslim terkemuka dari Cordoba
  4. Al-Ghazali, filosof Muslim terkemuka dari Persia
  5. Ibnu Al-Arabi, seorang sufi yang terkemuka dalam dunia tasawuf Islam
  6. Muhammad Abduh, pembaharu pemikiran Islam yang paling berpengaruh dari Mesir
  7. Rasyid Ridha, murid Muhammad Abduh
  8. Mahmud Syaltut, ulama, ahli tafsir dan mufti dari Kairo penggagas pendekatan mazhab-mazhab
  9. 'Abbas Mahmud Al-Aqqad, seorang sastrawan Mesir
  10. Fathi Utsman, ulama dan penulis Mesir, penganjur kerjasama Islam dan agama-agama lain

Buku ini ini awalnya adalah suatu disertasi untuk kalangan akademis di Jerman di dalam Fakultas Teologi Protestan. namun dalam penulisan buku ini, terdapat banyak penambahan penjelasan atau pun pengurangan, dengan maksud agar penulisannya tidak terlalu teknis, sehingga lebih mudah dipahami oleh kalangan awam. Maksud lain dari penulisan buku ini, adalah keinginan untuk memperkenalkan pemahaman-pemahaman para penulis Muslim terhadap Yesus Kristus (Isa Al-Masih) kepada para pembaca Kristen secara umum, yang awalnya ditujukan kepada mereka yang berbahasa Jerman.

Pendapat para ulama tersebut diuraikan pada bab-bab tersendiri yang secara rinci dan terstruktur menjelaskan bagaimana pendapat para ulama tersebut dengan perspektif keilmuan dan latar belakang kultur budayanya, disertai dengan komentar penulis buku tersebut. Resensi buku ini tidak akan membahas satu persatu pendapat para ulama tersebut. Saya justru tertarik dengan semangat yang disampaikan oleh penulis (Schumann) ketika menuliskan buku ini.

Pada halaman di balik sampulnya, Schumann menuliskan,

"Salah satu langkah pertama yang diperlukan dalam upaya dialog ialah mengakui dan menerima bahwa perbedaan pendapat atau iman suatu kelompok didasarkan atas kesungguhan dan kesetiaan yang sama seperti iman kalangan sendiri, dan berupaya menghilangkan prasangka bahwa itikad kelompok lain sebagai tidak baik atau palsu. Inilah suatu kesadaran yang menjadi tantangan yang ditemui para ulama dan cendekiawan Muslim kini dalam membahas makna pribadi Al-Masih."

Pada halaman prakata, Schumann menuliskan,

"Yesus Kristus memang merupakan pusat-hati kepercayaan dan iman umat Kristiani. Justru karena itu saya berpendapat bahwa mereka perlu mengetahui dan merenungkan apa yang dikatakan oleh pihak lain, dalam hal ini kalangan Muslim, tentang tokoh keagamaan itu. Tentu hasil pengetahuan itu tidak berarti berakhirnya perselisihan pemahaman mereka dalam soal kepercayaan. Tapi yang terpenting ialah timbulnya suatu kesadaran di pihak Kristen bahwa di kalangan pemikir Muslim pun semakin berkembang kesempatan baru dan luas untuk membuka kembali percakapan mengenai Yesus Kristus (Isa Al-Masih)."

Pada halaman berikutnya, saya menemukan paragraf yang sangat menarik dan patut untuk direnungkan, yaitu:

"Suatu dialog yang hakiki bertolak dari kesadaran adanya pendapat yang berbeda. Masing-masing pihak memegang asumsi bahwa pendapatnya benar dan yang lainnya tidak benar. Sebuah karya sepertu buku saya ini, juga penulisnya, yang hendak membantu untuk masuk ke dalam dialog yang bermakna tidak luput dari dilema ini. Pendapat yang berbeda harus diterima, mau tidak mau. Yang terpenting ialah bagaimana keyakinan akan kebenaran iman sendiri dapat dipertahankan, tanpa melukai atau malah menghina  harga diri orang lain itu. Namun sekiranya perbedaan pendapat dirasakan mengganggu kesenangan, dan ketika itu dikesampingkan atau dinafikkan, maka dialog tak mungkin terjadi, dan digantikan dengan monolog yang hendak menyenangkan semua saja. Yang dikorbankan dalam usaha seperti ini ialah kebenaran,"

Paragraf ini menurut saya sangat menarik. Bahwa dalam dialog antar agama, asumsi tehadap kebenaran pendapatnya masing-masing adalah hal yang wajar. Namun hal itu tidak menghalangi proses dialog secara terbuka dengan saling memberi dan menerima, atau bertukar pendapat. Schumann pun menekankan, bahwa interkasi yang terjadi dalam proses dialog tidak selalu akan mengubah atau menggeser keyakinan seseorang. Upaya untuk tetap mempertahankan keyakinan adalah hal yang wajar, selama dilakukan tanpa melukai atau menghina harga diri orang lain.

Tentang perbedaan pendapat dalam memaknai kehadiran Yesus Kristus atau Isa Al-Masih antara Muslim dan Kristen, saya ingin mengutip interaksi antara Kardinal Koenig dari Wina dan Fathi Utsman, salah satu ulama yang dibahas dalam buku ini. Disebutkan bahwa Kardinal Koenig pernah memberikan kuliah pada tanggal 31 Maret 1965 di Aula "Muhammad Abduh" Universitas Al-Azhar tentang "Monoteisme (tauwhid) di dunia saat ini", saat ia mengajak mengajak untuk mengakhiri polemik di kedua belah pihak. Dengan menimbang bahwa serangan gencar pemikiran materialis tengah mengancam umat Kristiani maupun Muslim dengan cara yang sama, Kardinal Koenig mengatakan bahwa sekaranglah saatnya bagi kedua kelompok beragama ini untuk saling mendengar guna menemukan kembali persamaan mereka, demi mengingat kesamaan basis monoteis mereka, tanpa perlu mengingkari perbedaan-perbedaan doktriner yang penting.

Fathi Utsman sepenuhnya mendukung seruan dari tokoh Katolik itu untuk membangun hubungan yang damai antar dua agama. Seperti Kardinal Koenig, Utsman tidak mengusulkan agar perbedaan-perbedaan dalam sistem akidah kedua agama begitu saja diabaikan atau disembunyikan di balik meja.

Pada resensi buku ini, saya lebih menekankan pada bagaimana toleransi dan dialog antara agama mesti kita lakukan, sebagaimana kutipan-kutipan yang saya tuliskan di atas. Bagi pembaca yang ingin lebih memperdalam bagaimana polemik yang timbul dari pendapat ke-10 ulama tentang Yesus Kristus (Isa Al-Masih) yang dibahas dalam buku ini, silakan membaca dan menelaah lebih lanjut buku ini. Kesimpulan dari buku karya Olah Schumann tersebut, tentunya berada di tangan anda semua. Sebagaimana yang saya tuliskan di atas, buku ini awalnya ditujukan untuk memperkenalkan pemahaman-pemahaman para penulis Muslim terhadap Yesus Kristus (Isa Al-Masih) kepada para pembaca Kristen secara umum. Namun saya berpendapat, buku ini bermanfaat pula bagi umat Muslim untuk mendalami masalah ini. Satu hal yang unik dari buku ini, buku ini dapat dikategorikan sebagai buku Kristen karena ditulis oleh seorang pendeta dan karena membahas soal Yesus Kristus, tokoh sentral dalam keyakinan Kristen. Namun buku juga dapat pula dikategorikan sebagai buku Islam, karena di dalamnya membahas pendapat ulama-ulama besar dari berbagai masa, tentang Isa Al-Masih yang sangat dihormati dalam Al-Qur'an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun