Mohon tunggu...
Farid Wadjdi
Farid Wadjdi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bekerja di perusahaan kontraktor nasional, memiliki minat khusus di bidang arsitektur dan konstruksi, tapi juga ingin beceloteh dan curhat tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Detik-detik KLB & Kongres Tahunan: Kedepankan Semangat Rekonsiliasi!

17 Maret 2012   15:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:54 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Ketua KPSI, Tony Apriliani yang menyatakan semua pemain sepakbola yang berwarganegara Indonesia berhak menjadi pemain timnas. Ia bahkan mengklaim mendapatkan dukungan Menpora terkait hal tersebut.

Apakah pernyataan kedua petinggi KPSI tersebut juga akan berakhir sama dengan pernyataan Djohar Arifin? Kita harus mengawal agar itu tak terjadi lagi. Kita tidak boleh lagi terlena dengan kata-kata manis yang berujung pahit, dan berakhir mengecawakan, bahkan menyesakkan dada masyarakat pecinta bola Indonesia. Karena itu, kita berharap KONI akan benar-benar menjaga amanat seruan "timnas untuk semua". Jangan lagi ada diskriminasi dalam pemilihan pemain timnas, seperti yang dinyatakan oleh Andi Mallarangeng.

Semangat Rekonsiliasi dalam Revolusi Sepakbola, Perjuangan Melawan Lupa!

Dalam sebuah revolusi, kita sering terlupa, untuk apa sebuah revolusi terlahir dalam perjalanan suatu pergerakan. Hakikat dari sebuah revolusi adalah "apa yang kita lawan", bukan "siapa yang kita lawan". Banyak yang mempersepsikan bahwa revolusi PSSI adalah perjuangan melawan rezim, tapi banyak yang lupa bahwa hakikat sebenarnya tentang semangat revolusi adalah perjuangan melawan kekuasaan yang korup dan zalim.

Masyarakat bola begitu gembira ketika akhirnya rezim Nurdin Halid dapat dilengserkan. Mereka juga lega bahwa kroni-kroni Nurdin Halid pun juga tersingkirkan. Langkah awal PSSI yang baru pun juga disambut baik, terutama pada pencanangan pembinaan pemain muda dan pembatasan pemain asing. Tapi kebijakan PSSI selanjutnya berubah menjadi aneh ketika secara sepihak dan tiba-tiba PSSI memecat Alfred Riedl sebagai pelatih timnas, tanpa alasan yang terkait profesionalisme. Dan kebijakan-kebijakan selanjutnya pun semakin mengundang kontroversi, yang berakibat adanya konflik internal PSSI, munculnya dualisme kompetisi, diskriminasi pemilihan pemain, dan terakhir anjloknya prestasi timnas dengan kekalahan memalukan timnas atas Bahrain, yang bahkan memaksa Presiden SBY untuk memberikan komentar.

Masyarakat persepakbolaan nasional telah berhasil menumbangkan rezim Nurdin Halid, tetapi kemudian muncul rezim lain yang bahkan mempunyai "kemampuan destruktif" yang lebih hebat. Banyak yang berseloroh, dengan menyatakan bahwa Nurdin Halid memerlukan waktu 8 tahun untuk merusak sepakbola Indonesia, tapi Djohar Arifin hanya perlu waktu 6 bulan untuk melakukan hal yang sama. Sebuah ungkapan yang sinis, tapi layak untuk direnungkan.

Belajar dari itu semua, semangat rekonsiliasi harus betul-betul dikedepankan, dan bukan semangat balas dendam. Balas dendam itu telah berhasil dilakukan, tapi hasilnya adalah kondisi sekarang ini. Kita tidak boleh lagi membiarkan adanya balas dendam yang lain, yang akan semakin merusak sepakbola nasional kita. Sebagaimana sekarang kita bersedih karena beberapa pemain ISL yang berkualitas tidak bisa memperkuat timnas, kita pun juga tidak rela jika kelak Andik Vermansyah, Ferdinand Sinaga, Joshua Pahabol atau pemain IPL yang lain juga tidak bisa memperkuat timnas, karena terjadi balas dendam yang lain.

Kedepankan rekonsiliasi dan singkirkan diskriminasi adalah keharusan. Contohlah keberhasilan semangat rekonsiliasi yang telah dilakukan Nelson Mandela untuk mengakhiri rezim apartheid di Afrika Selatan. Satukan segenap potensi bangsa untuk kemajuan dan kejayaan sepakbola Indonesia di pentas internasional.

Bravo sepakbola Indonesia ..............!!!


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun