Mohon tunggu...
Farid Elsyarif
Farid Elsyarif Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang gemar menulis sebagai ekspresi positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Secangkir Kopi Syukur

31 Juli 2023   08:02 Diperbarui: 31 Juli 2023   08:05 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agak klise, ada secangkir kopi syukur. Kopi ya kopi, syukur ya syukur. Tidak ada hubungannya, antara kopi dan syukur. Di mana ada hubungan antara kopi dan syukur?

Baiklah, bila begitu. Bila pagi ini, kamu memegang secangkir kopi hitam nan panas. Tiba-tiba, ada orang yang lewat lalu menabrakmu. Secara tidak sengaja, menyenggolmu. Hingga secangkir kopi itu pun tumpah ke mana-mana. Lalu, saya bertanya, "Kenapa kamu menumpahkan kopi?". Pasti kamu akan menjawab, karena ada orang yang menabrak hingga kopi pun tumpah. Mohon maaf, jawaban itu salah.

Kenapa salah? Kamu menumpahkan kopi karena cangkir yang kamu bawa berisi kopi. Seandainya cangkirmu berisi teh, maka yang tumpah adalah teh. Apapun yang ada di dalam cangkir, cairan itulah yang tumpah. Apapun namanya.

Cangkir berisi kopi itu ibarat pikiran. Cangkir yang menjadi wadah pikiran semua orang. Saat kamu diberi cobaan, maka pikiran itulah yang memberi reaksi. Ketika keadaan tidak baik datang menabrakmu, maka apapun yang ada di dalam pikiranmu itulah yang akan keluar. Apa yang ada di pikiranmu, itulah yang akan tumpah dan keluar.

Jadi, apa yang ada di dalam cangkirmu? Apa yang ada dalam pikiranmu hari ini? Apa yang akan ditumpahkan saat ada yang menabrak. Apa yang akan keluar saat ada yang mengguncangmu. Marah, benci atau hujatan. Damai, suka, atau berdiam diri. Sabar dan tetap baik. Atau melampiaskan emosi. Egois lalu arogan. Intimidasi, bergibah atau menebarkan aib orang lain. Hingga mengeluh, mengutuk hingga mencari kesalah orang lain. Semuanya itu bisa jadi keluar dari pikiranmu, dan tumpah dari mulutmu.  

Cangkir atau pikiran itu saya sendiri yang menentukan. Kamu sendiri yang tentukan. Mau seperi apa yang dikeluarkan, ditumpahkan. Baik atau tidak, manfaat atau tidak, semuanya kita yang menentukannya sendiri. Tidak ada orang lain di dalamnya.

 Maka isilah cangkir kita dengan rasa damai dan syukur. Apapun yang terjadi. Ketika sesuatu yang tidak baik menabrak dan mengguncang maka tetaplah dalam damai dan syukur. Ketika hal baik menghampiri pun tetaplah damai dan syukur. Hanya damai dan syukur yang akan tumpah dan keluar dari pikiran kita. 

Hidup memang semakin berat. Godaan semakin marak. Cobaan pun kian membenatng. Hadapilah dengan damai dan syukur. Apapun keadaannya. Jadilah pribadi yang tetap damai dan penuh syukur. Jangan menjadi menjadi pribadi yang selalu menyalahkan orang lain. Jangan salahkan apapaun yang jadi sebab tidak baik. Tapi perbaiki apa yang seharusnya ada pada diri dan pikiran kita. Ingatlah, apapun yang mengguncang kita bukan faktor dari luar yang menentukan. Tapi respon dan reaksi kita yang menentukan. Pikiran dan mulut kita yang menentukannya.

Pada secangkir kopi syukur. Selalu ada ada beban dan penat yang mungkin tidak berujung. Tapi apapun alasannya, hanya damai dan syukur yang akan menjadikan kita tetap berada di jalan-Nya. Untuk selalu bangkit, melangkah, dan terduduk sambil menikmati secangkir kopi syukur. 

 Karena secangkir kopi syukur, memang tidak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya.  Karena di hadapan secangkir kopi syukur, kita semua sama. Hanya pikiran dan mulut kita yang membedakannya. Salam literasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun