Mohon tunggu...
Farid Elsyarif
Farid Elsyarif Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang gemar menulis sebagai ekspresi positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bisakah Anak-anak Sekarang Hidup Berdampingan dengan Buku Bacaan?

26 Mei 2023   04:42 Diperbarui: 26 Mei 2023   04:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Suka tidak suka, ikhtiar mendekatkan anak-anak dengan buku bacaan harus terus diperjuangkan. Bukan untuk jadi kutu buku atau pintar ilmu pengetahuan. Tapi untuk menyeimbangkan aktivitas keseharian. Ada saat main gawsai, ada saat membaca buku. Karena buku, boleh jadi, satu-satunya cara untuk melawan anak-anak yang candu gawai. Bahkan hanya buku yang jadi "musuh" dari anak-anak yang berpotensi putus sekolah. Maka tidak ada alasan lain, ketersediaan akses bacaan jadi penting disosialisasikan. Perpustakaann desa, taman bacaan masyarakat, atau pojok baca harus diperbanyak. Untuk mendekatkan anak-anak dengan buku-buku bacaan, di samping menebarkan virus membaca. Membaca buku sebagai alat "perlawanan" terhadap gaya hidup anak-anak yang tidak produktif. Lawan terhadap candu gawai atau gim online.

 Seperti yang dilajukan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Setidaknya ada 130-an anak yang kini tercatat aktif membaca. Taman bacana yang memiliki 15 program literasi sebagai sentra pemberdayaan masyarakat, seperti taman bacaan, berantas buta aksara, kelas prasekolah, ramah anak difabel, yatim binaan, jompo binaan, koperasi simpan pinja,, dan motor baca keliling atau motor pustaka. Tidak kurang dari 200 orang tercatat sebagai penguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya. Spiritnya sederhnan, untuk mendekatkan anak-anak dengan buku bacaan. Tersedianya kemudahan akses membaca, sambil edukasi cara bermain gawai atau ponsel yang bijak.

Sudah saatnya orang-orang dewasa atau orang tua untuk lebih peduli terhadap kegiatan membaca anak. Lebih peduli terhadap tradisi baca daripada membiarkan anak bermain gawai. Sudah terlalu lama anak-anak "tidak mampu menikmati" indahnya membaca buku. Akibat aksesnya terbatas, buku-bukunya langka. Ajarkan anak-anak memaca buku agar mereka bisa menatap masa depan lebih optimis, bukan pesimis.

Maka jangan bilang cinta pada anak, bila tidak mengajak mereka untuk membaca buku. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #AnakMembacaBuku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun