Mohon tunggu...
Farid Elsyarif
Farid Elsyarif Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang gemar menulis sebagai ekspresi positif

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sibuk untuk Memperbaiki atau Menjatuhkan, Terserah Kita?

24 Februari 2023   07:59 Diperbarui: 24 Februari 2023   08:05 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sibuk itu bagus bila baik dampaknya, ada kemaslahatan di dalamnya. Tapi sebaliknya, sibuk itu sesat bila digunakan untuk hal-hal yang maksiat dan mudarat. Itulah yang membedakan sibuk yang baik dan sibuk yang buruk. Sibuk itu ada yang baik ada yang buruk. Sibuk yang baik pasti mendatangkan pahala. Karena berkaitan dengan kebaikan dan kemanfaatan untuk orang lain. Tapi sibuk yang buruk justru sebaliknya,hanya sibuk dalam keburukan seperti bergibah, memfitnah, hingga menebar aib orang lain. Sibuk yang tidak ada manfaatnya apalagi mendatangkan kebaikan. Jadi, hati-hati dan tidak usah sok sibuk. Karena nyatanya, banyak orang sibuk untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya, tidak ada gunanya sama sekali.

Sibuk yang baik. Sibuklah untuk menebar kebaikan di manapun. Sibuklah untuk membantu orang lain hingga kapanpun. Sibuk memberikan nasihat baik. Sibuk menyantuni anak-anak yati, atau kaum jompo yang tidak berdaya. Minimal sibuk untuk berpikir dan bertindak baik kepada orang lain. Atau sibuk dalam keadaan melakukan amal ibadah. Berkata-kata yang baik, bersikap yang elegan, dan berperilaku yang tidak menyakitkan orang lain. Sibuk itu positif bila baik.

Sementara di tempat lain, tidak sedikit orang yang sibuk dalam keburukan. Di media sosial, di grup WA, dan di tempat tongkrongan. Tidak sedikit yang sibuk hanya bergosip, bergibah, bahkan ngobrol yang tidak ada manfaatnya. Hanya membuang-buang waktu untuk aktivitas yang tidak berguna. Atas nama pergaulan sudi untuk ngomongin orang lain, menebar aib, bahkan hanya sibuk bergunjing. Habis waktu sesuatu yanbg buruk. Karena itu, siapapun diperintah untuk memilih tempat bergaul dan berteman yang baik. Bila pergaulan buruk, maka jauhi dan hindari saja. Agar tetap eling dan selalu bertekad untuk "memperbaiki diri". Karena sejatinya, orang-orang yang "tukang gosip biasanya memang tidak lebih baik dari orang yang digosipkan". Hati-hati dengan sibuk dalam keburukan. 

Sibuk itu ada yang untuk memperbaiki keadaan. Tapi ada juga sibuk untuk menjatuhkan. Maka jangan pernah lelah untuk sibuk dalam kebaikan. Agar apapun yang dilakukan bernilai ibadah. Karena siapapun pasti punya tarikan nafas yang sama selama masih hidup. Tapi yang membedakan adalah untuk apa tiap helaan nafas itu digunakan? Untuk kebaikan atau keburukan? Apa kamu masih sibuk hari ini? Salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun