Mohon tunggu...
Farid Arif
Farid Arif Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Narasi tanpa aksi pasti basi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kini Minyak Goreng dalam Gorengan Para Penimbun

19 Maret 2022   19:01 Diperbarui: 19 Maret 2022   19:03 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu E: Saya ikut ngantri juga tapi ga dapat minyak gorengnya.

Mba M: Iya ya bu, susahnya minta ampun dapat minyak goreng

Itulah dialog singkat yang terdengar disela-sela menjalani aktivitas, terdengar sekilas terasa lucu, tapi menggelitik dialog diatas juga terjadi hampir setiap hari dalam seminggu ini, seakan menjadi pengantar sebelum memulai aktivitas, saya sendiri hanya bisa menjadi pendengar setia sambil mengalisa percakapan mereka, maklum karena substansi dari dialog diatas adalah sebuah fakta yang benar-benar terjadi di negara yang menjadi penghasil sawit terbesar di dunia, minyak goreng memang akhir-akhir ini menjadi trending topik dan meramaikan berita-berita online di semua platform media sosial, bukan karena berhasil mencapai puncak ekspor dunia, tetapi karena terjadi kelangkaan dipasaran, ulah dari para penimbun yang tujuannya yakni menarik keuntungan yang lebih besar.

Minyak goreng merupakan kebutuhan primer yang semestinya harus terpenuhi dalam melengkapi kebutuhan pangan, sehingga disaat terjadi kelangkaan maka akan memicu respon publik mulai dari kalangan ekonomi menengah ke bawah hingga tak menutup kemungkinan juga kalangan ekonomi menengah keatas karena faktor kelangkaan, beragam foto yang menampilkan antrian panjang di toko-toko besar dan kecil, bahkan di pasar modern maupun pasar tradisional, ini menunjukan bahwa para cukong masih tetap kokoh dengan leluasanya memainkan strategi pasar bahkan tanpa tersentuh dengan regulasi yang menjadi pengikat. 

Fenomena ini hampir saja terjadi setiap tahun, apakah regulasi yang terbitkan oleh pemerintah dan legislatif masih lemah sehingga sulit menjerat para pelaku? ataukah para penegak hukum kejaksaan dan kepolisian lengah karena ulah para cukong yang semakin lincah dan bebas memainkan pasar. berita di media cetak, televisi dan media online memperlihatkan para penimbun minyak goreng begitu leluasanya menimbun minyak goreng di gudang-gudang besar dan nyaris terjadi disetiap daerah di seluruh Indonesia, sementara para konsumen dengan susa payah mengantri berjam-jam itupun separuhnya tidak kebagian karena sulitnya menembus antrian panjang yang bisa saja memakan korban, karena ulah para penimbun ini semakin lihai dan pandai menggoreng realiatas dengan kondisi ekonomi bangsa yang lambat laun keluar dari zona covid-19.

Kini publik terutama ibu-ibu lagi dilanda keresahan sebab "Habis Langkah Terbitlah Harga Baru", setelah melewati kelangkaan dengan susahnya mendapat minyak goreng, kini stoknya tersedia tetapi harganya membakar jiwa, lagi-lagi masalah harga yang melambung tinggi, harga ini akan dapat mempengaruhi bahan pokok lainnya sebab sebentar lagi kita akan memasuki bulan ramadan, seminggu sebelumnya sembilan bahan pokok akan melonjak tinggi, minyak goreng dengan harga yang sekarang sulit untuk distabilkan karena beberapa alasan salah satunya adalah pencabutan HET untuk minyak goreng curah, dengan terbitnya Permendag No.11 Tahun 2020 bisa mengatasi kelangkaan minyak goreng, namun sebagian masyarakat masih berharap agar harga sekarang ini bisa distabilkan, sebab Indonesia merupakan produksi terbesar kelapa sawit di dunia, sangat realistis jika alasan ini menggambarkan sebuah harapan besar yang mestinya mampu direalisasikan.

Akhirnya publik berharap kedepan pemerintah lebih mawas melakukan persiapan sedini mungkin dengan melakukan operasi pasar agar kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi sebelum merebut kuota ekspor luar negeri, dan dialog awal pada tulisan ini antara ibu E dan mba M sebagai pencinta gorengan selalu terpenuhi disaat membutuhkan jajanan gorengan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun