Mohon tunggu...
Farid Tartiburrohman
Farid Tartiburrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - farid_tart67

Belajar di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aktualisasi Pembelajaran Berbasis Budaya di Sekolah Dasar

4 Agustus 2021   21:56 Diperbarui: 4 Agustus 2021   22:22 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pembelajaran Berbasis Budaya (Dokpri)

Berbicara mengenai pendidikan tentunya tidak terlepas dari kata pembelajaran, hal tersebut dikarenakan dalam proses pendidikan memuat pembelajaran sebagai suatu hal yang utama. Sedangkan pendidikan dan budaya menjadi sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berhubungan. Proses pendidikan merupakan aktivitas pembudayaan, di samping itu budaya juga mengaktualkan sistem, aktivitas, dan struktur pendidikan. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa hasil pendidikan nantinya akan mencerminkan masyarakat di sekitarnya.

 Pembelajaran berbasis budaya adalah strategi untuk menciptakan lingkungan belajar dan rencana pembelajaran dengan menggunakan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, dasar pembelajaran berbasis budaya adalah pengakuan bahwa budaya merupakan bagian mendasar dari pendidikan, ekspresi, pertukaran,ide dan pengembangan pengetahuan. Dalam konteks ini menunjukkan bahwa budaya sebagai bagian penting dari pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Budaya adalah alat yang sangat baik yang dapat memotivasi siswa untuk menerapkan pengetahuan, bekerja secara kolaboratif, dan memahami keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu. Pada tingkat SD, pembelajaran berbasis budaya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pembelajaran tematik dan penerapannya disesuaikan dengan kurikulum yang ada di Indonesia. Proses pembelajaran ini harus disajikan kepada siswa sebagai cara atau metode pembelajaran budaya (seperti seni, adat istiadat, kerajinan, dll) yang mereka tidak mengerti.

Di era pandemi saat ini pelaksanaan pembelajaran berbasis budaya di beberapa sekolah kurang dapat dilakukan dengan baik, terlepas dari adanya sistem pembelajaran secara jarak jauh/daring yang membuat hal tersebut menjadi semakin kurang terlaksana dengan baik pula. Padahal di jenjang sekolah dasar pembelajaran berbasis budaya menjadi salah satu upaya dalam mengenalkan budaya yang ada di Indonesia kepada para siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk melestarikan budaya tersebut.

Sejalan dengan hal itu, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) DIY Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya bahwa pendidikan berbasis budaya merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk memenuhi standar nasional pendidikan diperkaya dengan keunggulan komperatif dan kompetitif, berdasarkan nilai-nilai luhur budaya agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri sehingga menjadi manusia yang unggul, cerdas, visioner, peka terhadap lingkungan dan keberagaman budaya serta tanggap dalam perkembangan dunia.

Namun dalam praktiknya sekarang ini ketertarikan terhadap kekayaan dan kearifan lokal dalam lingkup anak -- anak bisa dikatakan semakin menurun. Derasnya arus globalisasi yang merambah dalam berbagai lini kehidupan menjadikan perubahan yang besar dalam tatanan kebudayaan di Indonesia. Teknologi yang semakin canggih juga menjadi salah satu faktor dari kurang mengenalnya anak -- anak dengan budaya yang ada di sekitarnya, hal tersebut terlihat pada gemarnya anak -- anak dalam bermain gawai dan hanya memainkan permainan yang mereka sukai tanpa diselingi dengan belajar mengenal budaya di daerahnya. Padahal penggunaan gawai atau handphone dapat dipakai untuk mengenal lebih jauh tentang budaya berkaitan dengan kesenian, adat istiadat, kerajinan, dan masih banyak yang lainya.

Melihat dari permasalahan di atas sebagai duta kampus mengajar yang dicangkan oleh Kemendikbud RI yakni Nadiem Makarim, pada program kampus mengajar ini diharapkan mampu membantu sekolah dalam berinovasi mengembangkan pola pembelajaran di masa pandemi. Sekolah yang menjadi sasaran dalam program ini dikategorikan sebagai sekolah yang berada di daerah 3T (terdepan, tertinggal dan terpencil) dan akreditasi sekolah yang masih kurang baik, SD IT Al -- I'tisham menjadi salah satu dari sekolah yang dikategorikan dalam daerah 3T tersebut. SD IT Al I'tisham merupakan sekolah dasar yang terletak di Dusun Klepu, Planjan, Saptosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pada pelaksanaan pendidikan di SD tersebut masih belum memadai terkait pelayanan pendidikan, hal tersebut dikarenakan jumlah guru dan siswa yang relatif sedikit dan juga penyedian fasilitas sekolah yang kurang memadai.

Oleh karena itu dalam program kampus mengajar ini terdapat beberapa mahasiswa yang diterjunkan di SD IT Al -- I'tisham terdiri dari Farid Tartiburrohman (Universitas Ahmad Dahlan), Gita Novika Putri (Universitas Ahmad Dahlan), Eni Wulandari (Universitas Ahmad Dahlan), Luthfi Fulandari Putri S. (Universitas Ahmad Dahlan), Etri Widyastuti (Universitas Ahmad Dahlan), Cindy Mayeza Putri (Universitas Ahmad Dahlan), Khairani Fauziyah (Universitas Ahmad Dahlan), Widia Narti ( Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa), Ahmad Fairuz Dzikri (Universitas Islam Indonesia).

Dalam pelaksanaan program tersebut mahasiswa memberikan inovasi pembelajaran berbasis budaya pada siswa -- siswi SD IT Al -- I'tisham berupa praktik membuat batik jumputan. Batik merupakan salah satu warisan dunia yang berasal dari Indonesia dan juga budaya yang perlu kita lestarikan di tengah -- tengah era globalisasi saat ini. Pada pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat mengetahui dan memahami cara membuat batik jumputan yang baik serta mampu berkreasi dalam membuat pola yang diinginkan. Nilai - nilai dalam pelestarian budaya batik sangat perlu ditanamkan pada siswa melalui pembelajaran yang inovatif. Hal ini kami lakukan agar dapat menjadi salah satu aset pengembangan diri siswa melalui kegiatan praktik membatik ini.

Praktik Membuat Batik Jumputan (dokpri)
Praktik Membuat Batik Jumputan (dokpri)

Pada kegiatan tersebut juga mendapatkan respon positif dari siswa, guru, dan kepala sekolah SD IT Al -- I'tisham. Pak Syuaib S.Pd.I selaku kepala sekolah mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi para guru maupun siswa dalam melakukan inovasi pembelajaran di era sekarang ini. Beliau sangat berterima kasih kepada duta kampus yang telah menyelenggarakan kegiatan praktik batik jumputab untuk siswa SD IT Al I`tisham. Bahkan, ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan agar siswa dapat lebih mengenal budaya batik.

Pembelajaran berbasis budaya semacam ini perlu diterapkan guru kepada siswanya sebagai bentuk inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas.  Pengenalan budaya yang lain selain batik juga perlu dilakukan selepas dari program kampus mengajar ini agar siswa lebih mengetahui tentang budaya yang ada di Indonesia baik berupa kesenian, adat istiadat, kerajian, dan lain -- lain. Pada dasarnya pembelajaran berbasis budaya semacam ini perlu adanya inovatif, interaktif, dan kolaboratif yang baik sehingga para siswa dapat memahami secara efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun