Mohon tunggu...
Farid Sudrajat
Farid Sudrajat Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar kehidupan

pembelajar kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kesaksian Penderita Covid-19: Catatan di Akhir Tahun, Sebuah Kesaksian

7 Januari 2021   09:14 Diperbarui: 7 Januari 2021   09:30 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyebaran kasus COVID-19 sudah memasuki tahun kedua, namun belum ada tanda-tanda akan mereda, justru sebaliknya di awal tahun 2021 ini pemerintah akan menerapkan PSBB ketat, khususnya untuk Pulau Jawa dan Bali. 

Kasus secara nasional ada 750 ribu lebih kasus positif COVID-19. Sementara di Kecamatan Kebon jeruk dimana aku bekerja, ada 3602 kasus positif sepanjang tahun 2020. Ini hampir setara dengan jumlah kasus COVID-19 di Kota Tangerang  dimana aku tinggal sebanyak 4551 kasus konfirmasi COVID-19 (06/01/2021). Meskipun demikian, sebagian masyarakat masih tidak mengindahkan protocol kesehatan pencegahan penyakit COVID-19 ini.

Namun dalam keadaan yang seperti itu, aku menyaksikan ternyata masih ada segolongan manusia yang dengan tanpa lelah, tanpa mengenal waktu mencurahkan tenaga dan upayanya untuk menolong para penderita COVID-19 yang terus berjatuhan. 

Ya di tengah ketidakpedulian sebagian masyarakat akan pentingnya mencegah penularan COVID-19 dengan menerapkan protocol kesehatan, mereka - tim kesehatan den pendukungnya -  memang telah didoktrin untuk mengabdi untuk kemanusiaan. Di antara mereka ada dokter, perawat, bidan, tim survelance, tim analis laboraatorium, tim farmasi dan tim pendukung lainnya.

Aku menyaksikan dengan dengan mata kepala sendiri, betapa  pengabdian mereka tidak mengenal waktu dan lelah. Bermula begitu mereka mendapatkan laporan kasus COVID-19 ,segera tim mengarahkan para penderita positif COVID-19 ini menjalani isolasi untuk yang tidak bergejala atau bergejala ringan. 

Mereka akan dipantau oleh tim pemantau. Dengan memanfaatkan teknologi komunikasi, seperti aplikasi Whatsapp, dengan telaten menanyakan perkembangan kesehatan. 

Sewaktu waktu penderita ada keluhan di tengah malam, seumpamanya dan ini sering, tim pemantau ini tetap terjaga dan siap memberikan petunjuk dan arahan bagi penderita.

Sebagai manusia, tentu sangat tidak nyaman, di saat sebagian orang istirahat dengan nyenyaknya di tengah malam, mereka tim pemantau terjaga untuk mendengarkan keluhan dan memberikan arahan terbaik bagi penderita COVID-19 ini.

Tim tracer akan melacak jejak kontak erat para penderita, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja. Selanjutnya mereka akan dilakukan skrining tes swab. Ini tim analis yang mempunyai peran pengambilan sampel swab. 

Dengan mengenakan APD hazmat lengkap layaknya pakaian astronot yang harus mereka kenakan sepanjang kurang lebih 6 jam. Bisa dibayankan jika cuaca panas, bagaimana tidak nyamannya dengan pakaian tersebut. Di tempat ku, Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, tidak kurang 100 rata-rata setiap hari diambil tes swab.

Bagi penderita yang harus dirujuk sehubungan kondisi yang menurun, maka tim pemantau akan berkoordinasi bersama tim UGD untuk upaya rujukan. Rujukan pasien COVID-19  akan menyesuaikan dengan ketersediaan RSD dan RS rujukan COVID-19 . mereka akan dirujuk sewaktu-waktu melihat ketersediaan tempat di RS, bisa malam bisa siang.

Lalu bagaimana dengan pasien COVID-19 yang meninggal? Lagi-lagi tim kesehatan, dalam hal ini tim kesling turun untuk melakukan pemulasaran jenazah dibantu dengan tim dari sector lain. Ini juga tidak pernah mengenal waktu. Jika penderita meninggal tengah malam, maka tim ini bersama tim lain segera meluncur ke lokasi kejadian. Cuaca dingin tengah malam dan kantuk mereka abaikan, demi panggilan kemanusiaan.

Semua perkembangan penderita COVID-19 ini dipantau dan dicatat oleh tim survailence untuk diolah dan dianalisa untuk kemudian dibuatkan perkembangan informasi data penanganan COVID-19-nya. Selanjutnya data dan informasi ini disampaikan kepada pihak-pihat terkait sebagai bahan pengambilan kebijakan  dan evaluasi. Sebagian informasi disampaikan kepada public sehingga diharapkan masyarakat lebih waspada terhadap penyebaran COVID-19 ini.

Apakah mereka semua kebal terhadap COVID-19 ? jangan ditanya, mereka masih manusia, bukan malaikat. Sepanjang tahun 2020, tidak cukup jari di tangan dan kaki untuk menghitung berapa dari petugas yang sudah terpapar virus COVID-19 ini. 

Bagi petugas yang terpapar COVID-19, maka ia diperlakukan sebagai mana halnya penderita COVID-19 yang lain. Tetapi itu tidak menghentikan pengabdian dan menciutkan nyali tim kesehatan lainnya. Layaknya lilin, meskipun tubuh mereka terbakar, mereka akan tetap berusaha menerangi sekelilingnya.

Demikian siklus kerja mereka dalam menangani COVID-19 yang mungkin selama ini masyarakat banyak tidak mengetahuinya. Nyaris 24 jam mereka harus siap siaga menangani penderita COVID-19 ini.

Di kesunyian dan kesendirian dalam kamar isolasi, dalam hati kuberkata terima kasih ya Allah, Engkau masih menyisakan jiwa-jiwa pengabdi kemanusiaan melalui tangan-tangan mereka, dan aku yakin Engkau tidak pernah menyia-nyiakan hamba-hambanya yang berbuat kebaikan.

Terima kasih, wahai pahlawan pengabdi kemanusiaan...

Salam

Akhir 2020, dalam isolasi mandiri COVID-19

FS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun