Mohon tunggu...
Farid Sudrajat
Farid Sudrajat Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar kehidupan

pembelajar kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sungai Cisadane, Saksi Harmonisnya Ragam Agama

27 Februari 2017   13:17 Diperbarui: 28 Februari 2017   02:01 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 28 Februari 2017, Pemerintah Kota Tangerang akan merayakan hari jadinya yang ke 24. Sebelumnya Kota Tangerang adalah pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Sejarah Kota Tangerang tidak lepas dari keberadaan Sungai Cisadane dan warga keturunan tionghoa di dalamnya.

Dahulunya Kota Tangerang disebut benteng, mengacu kepada keberadaan benteng pertahanan pemerintah Kolonial Belanda dari serangan Kerajaan Banten sepanjang aliran Sungai Cisadane. Sungai ini memisahkan Kota Batavia dan Kerajaan Banten. Sejak dahulu, Pemerintahan dan aktifitas masyarakat berpusat di sepanjang aliran sungai cisadane ini.

Di sepanjang sisi Sungai Cisadane yang membentang dari Kelurahan Cikokol hingga Kelurahan Pasar Baru, sepanjang kurang lebih 4 kilometer ini, kita akan temui berbagai tempat ibadah, beberapa diantaranya berupa peninggalan yang telah  berusia ratusan tahun, yang lainnya berupa bangunan tempat ibadah yang dibangun belakangan ini.

Hal ini menjadikan pemandangan yang menyejukkan. Semua umat, baik Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, bahkan Konghucu pun mempunyai tempat ibadahnya masing-masing di tepian aliran sungai ini. Bangunan tempat ibadah yang ada mulai masjid, gereja, vihara, klenteng dan pura. Bisa dikatakan sepanjang aliran sungai ini adalah tempat yang ramah bagi semua pemeluk agama.

Memang sejak beberapa tahun, pengembangan tepian Sungai Cisadane sebagai kawasan destinasi wisata budaya dan sejarah, termasuk pengembangan kota tua di Pasar Lama  yang dilaksanakan Pemerintah Kota Tangerang  mulai menemui bentuknya.

Ini ditandai dengan membuka jalan sepanjang tepian sungai yang dilengkapi pedestrian dan taman-taman sebagai kawasan wisata lokal namun bertaraf internasional dan area public interaksi warga yang tidak kalah dengan penataan sungai layaknya di luar negeri, sesuai salah satu moto Kota Tangerang  yaitu kota yang layak dikunjungi (visitable).

Dengan melihat sejarahnya dan pengembangan ke depannya, kerukunan dalam keragaman keagamaan yang menyertai keberadaan sungai cisadane ini bisa dijadikan alternative sebagai wisata bernuansa religi yang mengusung tema keharmonisan dalam perbedaan.

Berikut tempat ibadah yang dapat ditemui sepanjang tepian Sungai Cisadane di Kota Tangerang

1. Gereja PantekostaDimulai di ujung Jembatan Teuku Umar menuju Cikokol sebelah selatan kita akan dapati Gereja Pantekosta Jemaat Kebon Jati Kota Tangerang. Gereja ini menghadap langsung ke Sungai Cisadane. Bangunannya yang tinggi, sehingga mudah dikenali dari kejauhan seberang sungai. Gereja ini merupakan tempat ibadah bagi umat Kristen Protestan.

2. Klenteng Khongku, Klenteng Boen Tek Bio, Masjid Kali Pasir, Masjid Al Ittihad

bon-tek-bio2-58b3ca36c9afbdcb0412d511.jpg
bon-tek-bio2-58b3ca36c9afbdcb0412d511.jpg

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Berlanjut mengikuti aliran sungai ini, kita akan tiba di kawasan Pasar Lama Kota Tangerang. Ini merupakan pusat pemerintahan dan aktifitas Kota Tangerang pada masa lalu. Disini keharmonisan kehidupan beragama sangat terasa.

Warga Tionghoa merupakan warga mayoritas di wilayah ini. Kegigihan dalam bidang ekonomi bagi etnis ini sudah dikenal sejak dahulu, sehingga tidak heran kita sering mendengar daerah pecinan di berbagai tempat di Indonesia bahkan di dunia. Nah kawasan Pasar Lama Kota Tangerang ini termasuk katagori daerah pecinan itu, seperti hal nya Glodok di Jakarta. Mereka sudah mendiami kawasan ini ratusan tahun lalu, dan sudah melampaui beberapa generasi.

Di kawasan kota tua ini, pertama kita akan temukan kelenteng Khongku MAKIN, yaitu tempat ibadah bagi umat Khonghucu. Apabila  kita berada di tepi sungai cisadane, maka posisinya  terhalang bangunan usaha/toko. Jadi ia terletak dibalik toko di pasar lama. Selanjutnya dalam hitungan beberapa puluh meter, maka kita akan dapati klenteng Boen Tek Bio persis di tengah-tengah Pasar Lama di tepi bagian timur Sungai Cisadane. 

Untuk menjangkaunya kita harus menembus kawasan pasar yang mungkin bagi sebagian akan menjadi kurang nyaman dengan aroma pasar. Klenteng ini telah berusia ratusan tahun. Menurut catatan ia dibangun sekitar tahun 1689 dan merupakan kelenteng tertua di Kota Tangerang. Saat ini untuk melestarikan berbagai peninggalan berharga etnis Tionghoa ini telah dibangun Museum Benteng (benteng heritage) yang menyimpan berbagai peninggalan dan sejarah terkait etnis ini.

Hanya berjarak beberapa meter dari klenteng ini, akhirnya kita akan dapati Masjid Kali Pasir. Masjid ini telah berusia ratusan tahun juga. Hampir sama tuanya dengan klenteng Boen Tek Bio. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1700, dan merupakan masjid tertua di Kota Tangerang. Ini sekaligus menjadi bukti keharmonisan kehidupan beragama di Kota Tangerang telah berlangsung sejak dahulu kala. 

Masjid kali pasir ini berada di tepi jalan, menghadap langsung sungai cisadane. Di lingkungan masjid ini juga terdapat komplek pemakaman para lelulur, termasuk bupati pertama yang memerintah Kabupaten Tangerang -sebelum berubah menjadi Kota Tangerang- serta para pengurus Masjid terdahulu dan warga Kali Pasir. Belum lama, keberadaan masjid bersejarah ini telah ditetapkan sebagai jagar budaya Kota Tangerang, sehingga diharapkan keberadaannya tetap terjaga dan terpelihara. Pada perayaan HUT Kota Tangerang ke 24 nanti, direncanakan Walikota beserta jajarannya akan melakukan napak tilas atau ziarah ke Masjid ini.

Lepas dari Masjid Kali pasir, terus berjalan menuju arah utara aliran sungai ini, setelah melewati beberapa bangunan, persis di sudut jembatan lama Kota Tangerang, terletak masjid yang dahulunya adalah Masjid Agung Kabupaten Tangerang, sebelum terjadi pemekaran. Posisinya langsung berhadapan dengan sungai cisadane dan bisa dikatakan masih satu kawasan dengan pasar lama. Bangunan masjid ini telah mengalami renovasi dan saat ini proses renovasi itu masih berjalan.

Hal yang menarik, renovasi kali ini mengubah total bentuk dan arsitektur masjid al Ittihad. Dahulu bentuk masjid memiliki kubah bulat sebagaimana umumnya kubah masjid kebanyakan dan hanya memiliki satu lantai, tetapi kali ini, tampilan kubahnya menyerupai atap kelenteng yang berbentuk mengerucut ke atas masjid.

Arsitektur masjid ini menjadi symbol bagaimana Islam sangat toleran dengan keberadaan beragaman etnik, khususnya etnis tionghoa di kawasan pecinan Pasar Lama ini. Semangat yang sama harus diwariskan kepada generasi kini di Kota Tangerang saat ini tentunya. Betapa indahnya hidup dalam keharmonisan perbedaan.

3. Gereja Santa Perawan Maria Tak Bernoda

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Bergeser dengan menyebarang jalan ujung jembatan  sisi timur bantaran Sungai Cisadane ini, kita akan tiba di kawasan yang dikenal dengan Benteng Makasar. Disini terdapat Gereja Santa Perawan Maria Tak Bernoda, sebagai tempat ibadah bagi umat Katolik di Kota Tangerang. 

Bangunan yang mulanya bekas sekolah jaman Kolonial, yang berpindah kepemilikian seiring bergantian pemerintahan Kolonial Belanda kepada penjajah Jepang, kembali lagi dikuasai oleh pemerintah Belanda dan dijadikan markas  tentara. Hingga akhirnya pada tahun 1951, berdiri sebuah bangunan gereja yang menjadi cikal bakal Gereja Santa Maria sekarang.

Saat ini bagian belakang gereja menghadap langsung dengan Sungai Cisadane, sedangkan bagian depan adalah jalan nasional dahulunya Jalan Deandels atau Jalan Raya Pos Anyer - Panarukan.

4. Vimara Nimmala (Kelenteng Boen San Bio) dan Pura Kertajaya

Dokumen pribadi | Pura Kertajaya dengan latar menara Vihara Nimmala
Dokumen pribadi | Pura Kertajaya dengan latar menara Vihara Nimmala
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Vihara Nimmala atau Kelenteng Boen San Bio ini merupakan tertua kedua setelah Kelenteng Boen Tek Bio di Pasar Lama. Terletak di kawasan  Pasar Baru dan berada di sisi barat Sungai Cisadane. Letaknya sedikit menjauh dari sungai, yang  terhubung jalan baru sebagai pengembangan wilayah pesisir tepi sungai sebagai pedestrian.

Masih sejurusan dengan vihara, persis hanya dibatasi dinding pemisah dibalik vihara ini, maka kita akan temui keberadaan Pura Kertajaya, sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu. Arsitektur bangunan ini seperti bangunan pura yang banyak bertebaran di Pulau Bali. Bangunan ini relative baru, dibangun sekitar tahun 1980 yang selanjutnya diresmikan pada tahun 1989.

Sepintas Vihara Nimmala dan Pura Kertajaya ini memang  tidak langsung menghadap Sungai Cisadane, karena diterhalang oleh bangunan yang di depannya, akan tetapi masih dapat dikatakan termasuk area pinggiran Sungai Cisadane. Dengan demikian, hal ini membuktikan hingga sekarangpun kawasan  bantaran Sungai Cisadane adalah kawasan yang ramah untuk semua pemeluk agama.

Kedua Bangunan tersebut adalah bangunan terakhir dalam rangkaian wisata religi di sepanjang aliran Sungai Cisadane sepanjang 5 kilometer ini. Sebenarnya masih ada beberapa tempat ibadah di sepanjang Sungai Cisadane ini yang belum disebutkan, namun  bangunan-bangunan tersebut lebih dari cukup untuk menunjukkan  tentang keharmonisan dalam keragaman beragama di Tepian Sungai Cisadane ini.

Dengan kondisi demikian dapat dikatakan keberadaan Sungai Cisadane bersamaan dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat dan Kota Tangerang sejak dahulu, sekarang dan akan datang tidak bisa dilepaskan, sekaligus menjadi saksi  keharmonisan kehidupan keragaman keagamaan di tepian Sungai Cisadane di Kota Tangerang. Dan ini adalah modal dan asset untuk sebesarnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang.

Tautan :

tangerang.go.id
santamaria.or.id

kompasiana.com/coretansenja

# cimone, 270217

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun