Sebuah Cerpen Untuk Ridwan Kamil Family
_____
"Mulih ka Indonesia nya', Cinta?"
Lelaki berkaca mata minus itu menyentuh lembut bahu wanita tercintanya yang masih berbalut mukena. Walau terlihat kacau -- mata sembab, mengesankan wanita itu sering menangis dan kurang tidur -- wanita itu terlihat jauh lebih tenang.
"Tapi Aa Eril?"
Lelaki itu memaksakan segaris senyum. Membawa wanita itu ke dadanya. Melingkarkan kedua lengan kokohnya ke tubuh wanita itu. Entah ia sedang berusaha menguatkan kekasihnya itu atau justru dia yang sedang mencari kekuatan dari tubuh yang terasa menyusut beberapa kilo dalam beberapa hari ini. Menyadari semenderita itu wanitanya, dadanya sesak.
Allah, begini nian rasanya. Begini nian rasanya mengikhlaskan buah cinta terkasih kembali ke pangkuan-Mu. Hamba sadar semua ini titipan dari-Mu, termasuk dia, Eril, sibiran tulangku. Jika benar Eril telah kembali pada-Mu, setidaknya kembalikan jasadnya pada kami ya Rabb ....
Lelaki itu merasakan wanitanya bergerak dalam dekapannya.
"Tidak usah khawatirkan Aa, Sayang. Dimanapun dia, Aa sudah dalam penjagaan terbaik Allah. Ikhlas ya, Sayang. Kita bisa."
Tangis wanita itu pecah. Bahunya berguncang hebat.
"Jadi kita menyerah?"