Gerakan awal komunitas intelektual terjadi pada tanggal 12 januari 2017 tepatnya di wilayah Pondok Pesantren Nurul Ulum yang dipangku oleh KH.Hanif Abdul Razak, beliau alumni IAIN Surabaya fakultas adab. Tempatnya sederhana, namanya saja pondok pesantren, identik dengan kesederhanaan, ketirakatan, dan masih nampak suasana alam yang natural. Saat acara berlangsung beliau berpesan kepada audience bahwa waktu itu terbagi menjadi tiga yaitu past (masa lampau), present (masa sekarang), dan future (masa yang akan datang). Belilah masa depan dengan harga sekarang maksudnya adalah hargailah waktu sekarang dengan mengisi yang bermanfaat demi kesuksesan masa depan.
Dalam PP.Nurul Ulum terdapat salah satu lembaga yaitu SMK Plus Nurul Ulumyang dikepalai oleh alumni STAIN Jember 2013 (sekarang IAIN), inti sari dari penjelasan beliau tentang SMK Plus Nurul Ulum adalah SMK Plus Nurul Ulum berdiri tahun 2007 dengan satu jurusan yaitu tata busana, kenapa memilih tata busana? Karena tata busana merupakan pekerjaan yang paling mulia, disebabkan sesuatu yang melekat ditubuh kita yaitu baju.
Acara Inti dalam gerakan perdana intelektual adalah sarasehan character building bersama bapak pembina IMC (Intelectual Movement Community) yang tidak lain adalah wakil rektor IAIN Jember lebih tepatnya Pak Nur Solikin, diantara pesan dan juga penjelasan beliau secara terperinci adalah Kenapa character building harus di bentuk? character building dibentuk karena beberapa aspek yang terjadi pada zaman sekarang ini, diantaranya adalah: (1) Hilangnya budaya toleransi, tipo sliro, budaya kesantunan. Hal tersebut sangatlah panting bagi setiap negara apalagi negara Indonesia yang menganut banyak kultur (kebudayaan) dan agama. (2) Terjadi degradasi moral/ penurunan moral.(3) Anak muda tidak lagi mengidolakan the founding father sebagai pahlawan bangsa ataupun pahlawan-pahlawan lainnya seperti Dewi Kartika, R.A Kartini dan Pattimura. Ironisnya tak jarang lagi pemuda-pemudi lebih mengidolakan artis yang mebuat moral mereka sendiri merosot.
Umat islam dan bangsa Indonesia sangat erat kaitannya apalagi dalam kontribusi sejarah Indonesia, contohnya saja pahlawan Indonesia KH. Hasyim asyari dalam membawa Indonesia sebagai darul islam dalam artian bukanlah menjadikan negara Indonesia sebagai negara islam yang menganut sistem pemerintah khilafah.
Indonesia merupakan negara agraris maritim dan juga termasuk negara hukum, tapi menegakkan hokum di Indonesia bagaikan menegakkan benang basah bisa di tarik kesimpulan lancip dibawah tumpul diatas artinya untuk masyarakat miskin Indonesia tidak menemukan titik keadilan, sedangkan bagi masyarakat kelas atas hukum tidak berfungsi seperti layaknya (hukum).
Karakter yang harus kita bangun adalah seperti halnya karakter Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan seluruh umat, beliau menganggap perbedaan pendapat adalah suatu rahmat. seperti hal nya hadist di bawah ini:
اختلافي أمتي رحمة
jadi, Indonesia sebagai negara yang bebas berpendapat dalam menyampaikan aspirasi, sudah selayaknya para pemimpin meniru asumsi beliau, begitu. juga kita sebagai rakyat dalam berpendapat harus tau tentang aturan berpendapat.
Beliau mendo’akan kaum beliau, meski diantara kaum Nabi ada yang menghina dan mencaci maki beliau tetap mendo’akan,
اللهم اهدي قومي لايعلمون
“Ya Allah berikan petunjuk bagi kaumku yang tidak tahu.”
Maka dari itu, jika karakter Negara rusak maka akan merusak segalanya. Oleh karena itu harus di awali oleh diri kita sendiri (ابدأ بالنفس).
Setelah acara inti selesai, tibalah acara penutup untuk para anggota kader yaitu pergi ke Teluk Love, selain untuk merefresh otak juga melatih otak untuk mengembangkan bakat para anggota kader untuk menulis sesuatu apapun yang ada di teluk love. Inilah kelebihan dari IMC selain refresh juga mendapatkan ilmu.
Selayang pandang tentang teluk love, teluk love merupakan pantai yang terdapat beberapa tebing yang digunakan pengunjung untuk melihat teluk yang melingkar seperti hati, salah satu tebing yang didaki oleh para anggota kader mempunyai 958 anak tangga. Melihat sisi pencahariaan kehidupan masyarakat sekitar teluk love, mereka mencari batu atau barang tambang di sekitar sungai dekat pantai. Jika dilihat dari kacamata sejarah teluk love ditemukan oleh salah satu masyarakat. Oleh karena itu, pendapatan wisata teluk love dijadikan sebagai uang kas desa, begitu juga membuka lapangan kerja baru seperti tempat parkir, warung, toko oleh-oleh dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H