Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melirik Potensi Wisata Lomba Dayung Perahu Naga dan Bidar

14 Mei 2017   13:26 Diperbarui: 14 Mei 2017   21:14 2973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki banyak sungai. Namun sungai tersebut kurang dikenal sebagai obyek wisata terutama pada tingkat internasional dibanding dengan sungai di Eropa bahkan Asia Tenggara seperti Chaw Pra Ya di Thailand dan Sungai Sarawak di Malaysia (Sarawak Menata Sungai). Alih-laih menjadi sumber penghasilan sebagai tujuan wisata, masih banyak sungai di Indonesia yang kurang terurus dan banyak sampah seperti sungai di Kota Singkawang ini (Di sini). Padahal sungai adalah bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan dari sebagian besar penduduk Indonesia.

Pada beberapa daerah, sungai sudah lama dikenal sebagai pusat kemeriahan dengan dilaksanakannya lomba dayung khususnya antar penduduk lokal.  Hal ini bisa dilihat dari lomba dayung perahu tradisional  di Sungai Musi di Sumatera Selatan (Di sini) dan Sungai Sambas dan Mempawah di Kalimantan Barat.  

Bagi penduduk yang tinggal di sekitar sungai, renang dan dayung sudah dikenal sejak anak-anak. Di beberapa daerah bahkan penduduk menggunakan sampan untuk jarak dekat seperti ke pasar atau mengunjungi tetangga.

Sungai menjadi pelabuhan dan  alat transportasi yang penting untuk mencapai daerah pedalaman. Tidak heran ketika kemarau panjang, kapal yang mengangkut keperluan pokok tidak dapat berlayar, baik karena sungai yang dangkal maupun kabut asap. Hal tersebut menyebabkan harga di pedalaman menjadi semakin mahal.

Sungai juga tempat sebagian penduduk menggantungkan nafkah. Penduduk bahkan membuat keramba di sungai untuk budidaya ikan. Air sungai menjadi sumber air minum dan mandi sampai tempat buang hajat.

Kehidupan yang terkait dengan sungai sangat dinamis. Sungai yang dikelola dengan serius dan professional mendatangkan lebih banyak manfaat. Sangat disayangkan, sungai di Indonesia belum dapat mencapai tahapan pembangunan tersebut.

Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara lain terutama dalam mengemas sungai sebagai obyek wisata dan menjadikan dayung sebagai olahraga bergengsi. Indonesia hanya mengirim dua pendayung pada olimpiade 2016 di Brazil yaitu La Memo dari Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku dan Dewi Yuliawati dari Tangerang ( Di sini ). Walau sudah mampu menjadi peserta Olimpiade 2016 dengan mengalahkan beberapa negara, mereka berdua belum berhasil memperoleh medali. Juara dayung pada Olimpiade 2016 yaitu dari Kuba, Australia dan Norwegia (Di sini)

Salah satu provinsi yang memiliki banyak sungai adalah Kalimantan Barat. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang sekitar 1.143 Kilometer (Di sini) yang melintasi Kota Pontianak dan beberapa kabupaten. Mengingat potensi tersebut, rektor Universitas Tanjungpura (Untan), Prof. Dr. Thamrin Usman menjadikan lomba dayung sebagai bagian dari kegiatan Dies Natalis Untan yang jatuh setiap bulan Mei sejak 2012 dengan nama Dragon Boat and Bidar Race. 

Dilihat dari nama Dragon Boat and Bidar Race, jenis perahu yang digunakan terdiri dari perahu yang berasal dari Negara Tiongkok (Dragon Boat,  Duan Wu Jie-Bahasa Mandarin- atau Perahu Naga) dan perahu tradisional Indonesia (Bidar/sampan). Beda dengan Bidar, Perahu Naga berukuran panjang dan ramping, berkepala naga dan memiliki genderang yang ditabuh ketika didayung.

Spanduk di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi
Spanduk di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi

Perahu Naga dan Bidar di Sungai Kapuas. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan
Perahu Naga dan Bidar di Sungai Kapuas. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan

Bidar/Sampan. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.
Bidar/Sampan. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.

Perahu Naga. Sumber: Koleksi Pribadi
Perahu Naga. Sumber: Koleksi Pribadi

Festival perahu naga di Tiongkok sudah berumur lebih dari 2000 tahun dan dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan 5 kalender Lunar.  Lomba perahu naga pertama kali dilaksanakan di Yueyang Tiongkok pada 1995. Lomba perahu naga tidak hanya diselenggarakan di negara asalnya tetapi juga di negara baik  yang banyak dihuni penduduk keturunan Tionghoa maupun yang tidak seperti Eropa. 

Beberapa organisasi perahu naga pada tingkat internasional adalah International Dragon Boat Federation (IDBF), ASEAN Dragon Boat Federation (ADBF) dan European Dragon Boat Federation (EDBF) (Sejarah Perahu Naga, Sejarah Perahu Naga). Pada beberapa negara seperti Singapura, lomba perahu naga sudah menjadi obyek wisata dunia dan menarik banyak wisatawan asing (Perahu Naga Di Singapura). 

Tradisi perahu naga di Tiongkok dilakukan untuk mengenang Qu Yuan (340-278 SM). Qu Yan adalah seorang menteri yang jujur dan setia pada jaman Kerajaan Chu, yang dipecat karena intrik politik. Beliau  kemudian menjadi penyair yang terkenal di Tiongkok. Kerajaan Chu akhirnya kalah perang akibat perilaku pejabat lainnya. Sebagai bentuk protes, Qu Yan akhirnya bunuh diri dengan terjun ke sungai Miluo di Provinsi Hunan (Sejarah Perahu Naga, Sejarah Perahu Naga ).

Rakyat yang sangat mencintai mantan menteri tersebut mencari jasadnya dengan menggunakan perahu. Agar jasad Qu Yan tidak dimakan ikan, genderang pun dibunyikan dan nasi ketan berbentuk segitiga yang dibungkus daun pandan yang dikenal dengan   bak cang dilempar ke sungai. Dalam perkembangan selanjutnya, perahu naga digunakan untuk mengalahkan naga di sungai dan berkembang menjadi olahraga pada jaman dinasti Han ((Sejarah Perahu Naga, Sejarah Perahu Naga ).

Penduduk keturunan Tionghoa yang banyak di Kalimantan Barat, demikian juga sungai, tepat untuk mengembangkan lomba perahu naga di Pontianak. Sampai saat ini, lomba perahu naga dan bidar masih bersifat lokal. Peserta tidak hanya berasal dari Kota Pontianak tetapi juga daerah lainnya di Kalimantan Barat seperti Kabupaten Sambas, Landak dan Kubu Raya. 

Regu Kabupaten Sambas bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Sambas bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Sambas sedang beristirahat. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Sambas sedang beristirahat. Sumber: Koleksi Pribadi

Regu Kabupaten Landak bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu Kabupaten Landak bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu dayung menuju tempat istirahat setelah menyelesaikan lomba. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu dayung menuju tempat istirahat setelah menyelesaikan lomba. Sumber: Koleksi Pribadi

Walau sudah lima kali dilaksanakan sejak 2012, lomba dayung masih kurang juga gaungnya.  Pada peresmian lomba dayung 13 Mei 2017 Walikota Kota Pontianak, Sutarmidji menyatakan akan menjadikan lomba tersebut sebagai agenda wisata nasional. Jumlah peserta tahun ini cukup banyak yaitu 48 regu.  Terdapat 4 kategori lomba yaitu Sampan Bidar 8 pendayung (20 regu), Perahu Naga dengan 22 anggota (11 regu) dan 12 anggota (14 regu) yang masing-masing terdiri dari satu penabuh genderang dan satu penunjuk arah sedangkan lainnya adalah pendayung serta Perahu Naga dengan 22 anggota untuk Ekbisi yang diikuti 3 regu.  Jarak yang ditempuh oleh peserta lomba dari 500 sampai dengan 1.000 meter (Sumber: Panitia Pelaksana Dragon Boat and Bidar Race Untan). 

Rektor Untan, Prof. Dr. Thamrin Usman (Gambar Kiri) dan Walikota Pontianak Sutarmidji (Gambar Kanan), dalam acara pembukaan Dragon Boat and Bidar Race 2017. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.
Rektor Untan, Prof. Dr. Thamrin Usman (Gambar Kiri) dan Walikota Pontianak Sutarmidji (Gambar Kanan), dalam acara pembukaan Dragon Boat and Bidar Race 2017. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.

Terjun payung dalam rangka Acara Pembukaan lomba dayung. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.
Terjun payung dalam rangka Acara Pembukaan lomba dayung. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.

Wakil Rektor 2 Untan (kerudung warna jingga kedua dari kanan) bersama beberapa tamu dan panitia pada Acara Pembukaan. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.
Wakil Rektor 2 Untan (kerudung warna jingga kedua dari kanan) bersama beberapa tamu dan panitia pada Acara Pembukaan. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.

Salah satu Regu peserta lomba adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Dayung Untan. UKM ini didirikan pada 2013 dengan tujuan mengembangkan kegiatan dayung dan cinta pada lautan  melalui  cinta lingkungan hidup, peningkatan mutu pendayung dan olahraga dayung dan wisata air. Pada awalnya UKM Dayung dimotori oleh Program Studi Ilmu Keolahragaan Untan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Anggota UKM Dayung saat ini sudah berasal dari berbagai fakultas di lingkungan Untan baik putera maupun puteri.

Menurut Ketua UKM Dayung UNTAN, Arif Dwi Wibowo, beberapa kejuaraan berhasil mereka raih antara lain juara umum tingkat Internasional antar perguruan tinggi se Borneo yang dilaksanakan di Universiti Malaysia Sarawak pada 2015. Pada April 2017, UKM Dayung UNTAN juga berhasil menjadi juara Seguni Dragon Boat Race yang dilaksanakan oleh Universitas Hang Tuah Surabaya. Pada Dies Natalis UNTAN pada 2017, regu ini menjuarai Eksibisi dengan mengalahkan regu dayung Polda Kalbar dan Satpol PP Kota Pontianak. Anggota UKM Dayung UNTAN  memiliki beberapa perahu naga dan Kayak serta Kano yang rutin digunakan untuk berlatih tiga kali dalam seminggu. 

Regu UKM Dayung Untan bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu UKM Dayung Untan bersiap menuju perahu. Sumber: Koleksi Pribadi

Regu campuran putera puteri UKM Dayung Untan. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu campuran putera puteri UKM Dayung Untan. Sumber: Koleksi Pribadi

Pendayung putri Regu UKM Dayung Untan bersama penulis. Sumber: Koleksi Pribadi
Pendayung putri Regu UKM Dayung Untan bersama penulis. Sumber: Koleksi Pribadi

Untuk memeriahkan suasana, Panitia Pelaksana menyediakan Tanjidor yang didatangkan dari Kabupaten Sambas. Tanjidor tersebut dimainkan ketika peserta sudah mendekati garis finish  yang membuat suasana semakin meriah. 

Tanjidor Kijang Berantai dari Kabupaten Sambas sedang beristirahat. Sumber: Koleksi Pribadi
Tanjidor Kijang Berantai dari Kabupaten Sambas sedang beristirahat. Sumber: Koleksi Pribadi

Pelaksanaan Lomba Perahu Naga dan Bidar dipusatkan di Taman Alun Kapuas, Pontianak. Dengan kondisi taman yang belum lama direnovasi, harusnya lomba tahun ini mampu menarik banyak jumlah pengunjung. Beberapa pengunjung yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka pergi ke Taman Alun Kapuas karena ada kawan atau keluarga yang ikut bertanding atau berkunjung ke taman tanpa mengetahui ada lomba dayung sebelumnya. 

Penonton yang tidak terlalu ramai. Sumber: Koleksi Pribadi
Penonton yang tidak terlalu ramai. Sumber: Koleksi Pribadi

Taman Alun Kapuas, Pontianak. Sumber: Koleksi Pribadi
Taman Alun Kapuas, Pontianak. Sumber: Koleksi Pribadi
Pepohonan rindang di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi
Pepohonan rindang di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi
Miniatur Tugu Khatulistiwa di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi
Miniatur Tugu Khatulistiwa di Taman Alun Kapuas. Sumber: Koleksi Pribadi

Kapal penumpang untuk wisata Sungai Kapuas selama 30 menit dengan tarif Rp. 15.000 per orang. Sumber: Koleksi Pribadi
Kapal penumpang untuk wisata Sungai Kapuas selama 30 menit dengan tarif Rp. 15.000 per orang. Sumber: Koleksi Pribadi

Lomba Dayung Perahu Naga dan Bidar yang diselenggrakan Untan sangat berpotensi untuk menjadi agenda wisata bukan hanya nasional tetapi juga internasional. Untuk itu diperlukan promosi jauh hari sebelum hari pelaksanaan. Mengingat Perahu Naga berasal dari Tiongkok, perlu lebih banyak melibatkan Yayasan Yayasan Tionghoa. Agar acara lebih meriah, bisa diselenggarakan parade kapal hias baik untuk perahu naga maupun bidar dan pameran kuliner tradisional Melayu dan Tionghoa halal. Jika negara tetangga Singapura mampu menarik wisatawan dengan festival perahu naga, Kalimantan Barat harusnya juga mampu karena memiliki banyak sungai dan pendayung bukan hanya untuk perahu naga tetapi juga bidar.  

Lomba Dayung Perahu Naga dan Bidar yang diselenggrakan Untan sesungguhnya sangat berpotensi untuk menjadi agenda wisata bukan hanya nasional tetapi juga internasional. Untuk itu diperlukan promosi terutama melalui media daring (online) jauh hari sebelum hari pelaksanaan. Mengingat Perahu Naga berasal dari Tiongkok, perlu lebih banyak melibatkan Yayasan Tionghoa. 

Agar acara lebih meriah, lomba dayung dirangkaikan dengan parade kapal hias baik untuk perahu naga maupun bidar serta pameran kuliner tradisional Melayu dan Tionghoa halal. Jika negara tetangga Singapura mampu menarik wisatawan dengan festival perahu naga, Kalimantan Barat harusnya juga mampu karena memiliki banyak sungai dan pendayung bukan hanya untuk perahu naga tetapi juga bidar.  

Lokasi Taman Alun Kapuas memang sangat strategis karena terletak di pusat kota . Namun karena letaknya berdampingan dengan pelabuhan Kota Pontianak, lalu lintas kapal besar bisa mengganggu kegiatan lomba. Untuk kelancaran lomba, lokasi lomba perlu dialihkan ke tempat yang agak sepi lalu lintas sungainya kecuali Pelabuhan Pontianak sudah  dialihkan ke lokasi lain yang lebih luas karena lokasi yang sekarang sudah cukup padat. Untuk kenyamanan, perilaku pengunjung terhadap kebersihan mau tidak mau harus diperbaiki. Perlu kerja cerdas untuk mewujudkan itu semua. 

Sampah berserakan di Taman Alun Kapuas pada saat lomba. Sumber: Koleksi Pribadi
Sampah berserakan di Taman Alun Kapuas pada saat lomba. Sumber: Koleksi Pribadi
Perahu tradisional yang tetap mencari penumpang pada saat lomba. Sumber: Koleksi Pribadi
Perahu tradisional yang tetap mencari penumpang pada saat lomba. Sumber: Koleksi Pribadi
Kapal di Pelabuhan Pontianak dekat arena lomba. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.
Kapal di Pelabuhan Pontianak dekat arena lomba. Sumber: Dr. Rini Sulistyawati, Wakil Rektor 2 Untan.

Ferry yang menghubungkan antara Pontianak Kota dan Pontianak Utara yang dekat arena lomba. Sumber: Koleksi Pribadi
Ferry yang menghubungkan antara Pontianak Kota dan Pontianak Utara yang dekat arena lomba. Sumber: Koleksi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun