Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Melihat Sarawak Menata Sungai

3 Desember 2016   06:21 Diperbarui: 4 April 2017   16:58 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas Kebersihan berkeliling menjaring sampah. Foto diambil saat Regatta. Sumber: Koleksi Pribadi

“Jokowi Ancam Copot Menteri Pariwisata”, begitu judul berita di Kompas.com 1 Desember 2016. Presiden menyatakan bahwa jumlah wisatawan ke Indonesia tahun lalu (2015) hanya 9 juta sementara tiap tahun sebanyak 24 juta wisatawan datang ke Malaysia dan 29 juta wisatawan datang ke Thailand (kompas.com).

Kelebihan Malaysia dalam hal pariwisata adalah mereka mampu mengelola dan mengemas potensi yang dimiliki dengan profesional dan terintegrasi serta mengembangkannya dengan konsep yang jelas. Potensi alam Indonesia jauh lebih besar dari Malaysia, namun potensi tersebut belum secara optimal menyumbang terhadap perekonomian tercermin dari jumlah wisatawan ke Indonesia yang jauh lebih sedikit dibanding Malaysia.

Salah satu potensi yang sama-sama dimiliki oleh Indonesia dan Malaysia adalah sungai. Borneo yang meliputi Kalimantan Indonesia, Sarawak dan Sabah Malaysia dan Brunei memiliki banyak sungai besar. Walau sama-sama terletak di Borneo, nasib sungai tersebut tidak selalu sama, beda negara, beda nasib. Jika sungai di Singkawang sangat merana (di sini), sungai Kapuas mulai menata diri (kedua sungai terletak di Kalimantan Barat) maka Sungai Sarawak semakin mengukuhkan diri sebagai obyek wisata dunia.

Sungai Sarawak yang membelah Kota Kuching, ibu kota Sarawak, sebenarnya biasa saja. Sungai ini tidak selebar Sungai Kapuas. Namun kebersihan dan penataan tepian sungai yang panjangnya sekitar satu kilometer dan taman di sekitarnya  yang disebut dengan waterfront telah membuatnya sebagai yang terbaik di Borneo.

Waterfront yang diresmikan pada 1993 diletakkan pada posisi yang strategis dan memiliki desain yang menarik.  Pada 1994, desain tersebut memperoleh tiga penghargaan sekaligus dari Australia dan US (di sini). Pembangunan di waterfront dan sekitarnya seperti tak pernah selesai. Yang terbaru, pada September 2016, telah diresmikan Galeri Brooke di Benteng/Ford Margaritha yang terletak di seberang waterfront (di sini).

Mudah sekali berjumpa turis dari mancanegara di waterfront. Penginapan dari hotel berbintang lima seperti Hilton sampai ala backpacker yang terletak tak jauh dari waterfront memudahkan wisatawan mengunjungi lokasi tersebut dengan berjalan kaki. Rindang pepohonan di sepanjang jalan di tepian sungai dan di taman memberi rasa teduh di waterfront pada siang hari.

Jalan dan taman dengan pohon yang rindang di waterfront. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Jalan dan taman dengan pohon yang rindang di waterfront. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Lokasi waterfront sangat strategis karena terdapat beberapa peninggalan Inggris di lokasi tersebut. Hal ini sangat disadari oleh Pemerintah Sarawak sehingga dipelihara sebagai sumber sejarah sekaligus daya tarik untuk wisatawan terutama dari Eropa.  

Sejarah Sarawak tidak dapat dipisahkan dari James Brooke, seorang warga Inggris yang datang ke Sarawak pada 1834. Pada saat itu Sarawak masih merupakan bagian dari wilayah  Kerajaan Brunei dengan Pangeran Indra Mahkota Muhammad Saleh sebagai Gubernur Sarawak. Beliau kemudian diganti oleh Brooke (di sini

Pada 1842, Sarawak melepaskan diri dari Kerajaan Brunei dan James Brooke mendeklarasikan diri sebagai Raja Sarawak (Rajah of Sarawak)  yang kemudian diberi gelar Raja Putih IOrang Melayu menyebut orang Eropa sebagai orang putih karena warna kulit mereka yang putih. Brooke dan turunannya (sampai Raja Putih III) memerintah Sarawak selama lebih dari 1 abad. Pada 1888, Raja Putih II Sarawak menyetujui Sarawak sebagai wilayah protektorat Inggris. Selanjutnya, pada 1946 Raja Putih III menyerahkan Sarawak kepada Pemerintah Inggris (di sini)  

Tugu tentang Brooke di depan Kantor Pos lama. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Tugu tentang Brooke di depan Kantor Pos lama. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Sejarah Sarawak tersebut sebagian ditulis pada beberapa pelat baja yang diberi nomor urut dan dipateri di atas jalan (History Walk) di tepian sungai di waterfront. Bagi pejalan kaki yang tidak melihat ke jalan yang dipijaknya, pelat baja tersebut bisa dilewati tanpa disadari. 

History Walk 4 dan 5 di atas jalan waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
History Walk 4 dan 5 di atas jalan waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
Beberapa peninggalan yang terkait dengan keluarga Brooke antara lain bangunan Kantor Pos lama, menara pandang (the Square Tower) dan teater terbuka yang terletak di lokasi waterfront dan Astana serta Fort Margaritha yang terletak di seberang waterfront.

Kantor Pos lama. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Kantor Pos lama. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Astana dibangun pada 1870 yang merupakan hadiah dari Raja Putih II kepada istrinya (di sini). Sekarang, Astana adalah tempat kediaman resmi Yang di Pertua Negeri Sarawak –seperti Kepala Negara untuk tingkat Negara dalam pemerintahan dengan sistem parlementer- sebagai simbol sultan. Yang di Pertua Negeri umumnya adalah mantan pejabat penting yang diangkat oleh Raja Malaysia untuk jangka waktu empat tahun dan dapat diangkat kembali. Yang di Pertua Negeri hanya terdapat di Sarawak, Sabah, Malaka dan Penang yaitu negara bagian Malaysia yang tidak memiliki kesultanan (di sini).

Astana terlihat dari waterfront. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Astana terlihat dari waterfront. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Tak jauh dari Astana, terdapat Fort Margaritha yang dibangun pada 1879. Benteng ini dibangun untuk menahan serangan dari bajak laut (di sini). Bangunan Dewan Undangan Negeri (DUN) Sarawak -seperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Indonesia- yang diresmikan pada 2009 (di sini) semakin menambah indah pemandangan dari arah waterfront.

Bangunan Dewan Undangan Negeri Sarawak dari arah waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
Bangunan Dewan Undangan Negeri Sarawak dari arah waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
Terdapat dermaga kecil di samping Astana dan bangunan DUN. Dermaga tersebut tempat perahu tambang menurunkan penumpang yang menyeberang dari waterfront dengan tarif RM.1 per penumpang. Ada jembatan dengan lebar sekitar 1 meter di pinggiran sungai yang menghubungkan dermaga dengan gerai makanan termasuk gerai yang menjual makanan tradisional Kue Lapis Sarawak. Bagi yang ingin melihat pemandangan di tepian Sungai Sarawak dengan menyusuri sungai, tersedia cruise dengan tarif RM.45 untuk dewasa dan RM.27 untuk anak-anak (di sini)

Cruise baru saja melintasi bangunan DUN. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Cruise baru saja melintasi bangunan DUN. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Deretan hotel berbintang di latar belakang pada malam hari terlihat dari jembatan di seberang waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi.
Deretan hotel berbintang di latar belakang pada malam hari terlihat dari jembatan di seberang waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi.
Bangunan lama lainnya yang terdapat di sekitar waterfront yaitu the Chinese History Museum dan the Sarawak Steamship Building yang sekarang menjadi tempat untuk menjual cinderamata.

Chinese History Museum. Sumber: : Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Chinese History Museum. Sumber: : Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Di waterfront juga terdapat jejeran kios makanan yang ditata rapi. Kios yang menjual makanan berat umumnya buka hanya pada malam hari yang salah satu di antaranya selalu memutar lagu nostalgia Indonesia. Sekali-kali mereka juga menampilkan live music yang pemainnya orang-orang yang sudah berumur dengan memainkan lagu-lagu lama Indonesia. 

Selain kios, juga terdapat kafe dengan nuansa tradisional Eropa yang menjual makanan khas Sarawak dan Eropa. Harga makanan di cafe ini relatif mahal dan pengunjungnya kebanyakan wisatawan mancanegara. Suasana di waterfront pada malam hari terasa sangat hidup dan jauh lebih ramai dari siang hari. 

Cafe dengan nuansa tradisional Eropa di waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
Cafe dengan nuansa tradisional Eropa di waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
Waterfront dan area di luarnya dipisahkan oleh jalan raya. Deretan hotel berbintang, toko cinderamata, restoran siap saji, kelenteng tua termasuk patung kucing sebagai landmark Kota Kuching berada di sekitar waterfront.  

Jalan raya yang memisahkan waterfront dan wilayah sekitarnya. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Jalan raya yang memisahkan waterfront dan wilayah sekitarnya. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Waterfront pada malam hari. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Waterfront pada malam hari. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Patung Kucing sebagai landmark Kota Kuching. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Patung Kucing sebagai landmark Kota Kuching. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Kelenteng tua terlihat dari arah waterfront. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Kelenteng tua terlihat dari arah waterfront. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Untuk membuat sungai lebih hidup, setiap tahun diselenggarakan lomba dayung atau yang terkenal dengan Regatta atau Kuching Waterfront Festival.  Festival Regatta juga diselenggarakan untuk membangkitkan memori tentang Inggris di Sarawak. Acara ini menjadi kalender wisata tahunan Pemerintah Sarawak dan ramai dikunjungi wisatawan mancanegara.   

Jejeran perahu yang akan digunakan untuk lomba dayung. Sumber: Koleksi Pribadi.
Jejeran perahu yang akan digunakan untuk lomba dayung. Sumber: Koleksi Pribadi.
Regu pendayung sedang bersiap untuk bertanding. Sumber: Koleksi Pribadi
Regu pendayung sedang bersiap untuk bertanding. Sumber: Koleksi Pribadi
Suasana di dekat panggung utama Regatta 2016. Sumber: Keleksi Pribadi.
Suasana di dekat panggung utama Regatta 2016. Sumber: Keleksi Pribadi.
Regatta di Sarawak dimulai sejak era Brooke tahun 1872. Lomba tersebut digagas oleh Brooke untuk mengalihkan energi suku lokal dari yang sering berperang antar suku kepada ajang lomba dayung. Dengan Regatta, Brooke berhasil menghilangkan kebiasaan perang antarsuku di Sarawak (di sini).

Dalam festival Regatta juga diselenggarakan “Brooke Swim” yaitu pertandingan menyeberang Sungai Sarawak. Brooke Swim diselenggarakan dalam rangka mengenang Brooke yang dikejar oleh penambang  Cina Hakka yang menyerbu Kuching sehingga harus berenang menyeberangi Sungai Sarawak (di sini).  

Sungai Sarawak cukup terawat dan bersih. Kebersihan sungai antara lain dijaga dengan cara petugas kebersihan berkeliling dengan perahu mengambil sampah dengan jaring. Kantor Pengelola waterfront dan Pos Polisi di lokasi waterfront mencerminkan bahwa waterfront dikelola secara profesional dan menciptakan rasa aman bagi pengunjung. 

Petugas Kebersihan berkeliling menjaring sampah. Foto diambil saat Regatta. Sumber: Koleksi Pribadi
Petugas Kebersihan berkeliling menjaring sampah. Foto diambil saat Regatta. Sumber: Koleksi Pribadi
Waterfront di Kuching menunjukkan bahwa sungai yang dikelola dengan baik dapat mendorong kegiatan ekonomi. Waterfront di Kuching yang sering dikunjungi oleh pejabat Kalimantan Barat dan para tamu pejabat Indonesia yang kebetulan ada acara di Kalimantan Barat baik secara resmi atau tidak resmi seharusnya dapat memberi inspirasi untuk mengelola sungai-sungai di Kalimantan. Untuk mewujudkan inspirasi tersebut tentu bukan dengan cara jalan pintas dengan hanya membangun sekeliling sungai tanpa peduli dengan kebersihan sungai (di sini) karena "roh" dari wisata sungai adalah sungai itu sendiri.

Dimas, Irma danHendra (saat itu masih mahasiswa ITB) berpose di depan Kantor Waterfront . Sumber: Azizia
Dimas, Irma danHendra (saat itu masih mahasiswa ITB) berpose di depan Kantor Waterfront . Sumber: Azizia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun