Kantor Pos lama. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Astana dibangun pada 1870 yang merupakan hadiah dari Raja Putih II kepada istrinya (
di sini). Sekarang, Astana adalah tempat kediaman resmi Yang di Pertua Negeri Sarawak –seperti Kepala Negara untuk tingkat Negara dalam pemerintahan dengan sistem parlementer- sebagai simbol sultan. Yang di Pertua Negeri umumnya adalah mantan pejabat penting yang diangkat oleh Raja Malaysia untuk jangka waktu empat tahun dan dapat diangkat kembali. Yang di Pertua Negeri hanya terdapat di Sarawak, Sabah, Malaka dan Penang yaitu negara bagian Malaysia yang tidak memiliki kesultanan (
di sini).
Astana terlihat dari waterfront. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Tak jauh dari Astana, terdapat Fort Margaritha yang dibangun pada 1879. Benteng ini dibangun untuk menahan serangan dari bajak laut
(di sini). Bangunan Dewan Undangan Negeri (DUN) Sarawak -seperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Indonesia- yang diresmikan pada 2009
(di sini) semakin menambah indah pemandangan dari arah
waterfront.Bangunan Dewan Undangan Negeri Sarawak dari arah waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
Terdapat dermaga kecil di samping Astana dan bangunan DUN. Dermaga tersebut tempat perahu tambang menurunkan penumpang yang menyeberang dari waterfront dengan tarif RM.1 per penumpang. Ada jembatan dengan lebar sekitar 1 meter di pinggiran sungai yang menghubungkan dermaga dengan gerai makanan termasuk gerai yang menjual makanan tradisional Kue Lapis Sarawak. Bagi yang ingin melihat pemandangan di tepian Sungai Sarawak dengan menyusuri sungai, tersedia cruise dengan tarif RM.45 untuk dewasa dan RM.27 untuk anak-anak (di sini)
Cruise baru saja melintasi bangunan DUN. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Deretan hotel berbintang di latar belakang pada malam hari terlihat dari jembatan di seberang waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi.
Bangunan lama lainnya yang terdapat di sekitar
waterfront yaitu the Chinese History Museum dan the Sarawak Steamship Building yang sekarang menjadi tempat untuk menjual cinderamata.
Chinese History Museum. Sumber: : Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Di w
aterfront juga terdapat jejeran kios makanan yang ditata rapi. Kios yang menjual makanan berat umumnya buka hanya pada malam hari yang salah satu di antaranya selalu memutar lagu nostalgia Indonesia. Sekali-kali mereka juga menampilkan
live music yang pemainnya orang-orang yang sudah berumur dengan memainkan lagu-lagu lama Indonesia.
Selain kios, juga terdapat kafe dengan nuansa tradisional Eropa yang menjual makanan khas Sarawak dan Eropa. Harga makanan di cafe ini relatif mahal dan pengunjungnya kebanyakan wisatawan mancanegara. Suasana di waterfront pada malam hari terasa sangat hidup dan jauh lebih ramai dari siang hari.
Cafe dengan nuansa tradisional Eropa di waterfront. Sumber: Koleksi Pribadi
Waterfront dan area
di luarnya
dipisahkan oleh jalan raya. Deretan hotel berbintang, toko cinderamata, restoran siap saji, kelenteng tua termasuk patung kucing sebagai
landmark Kota Kuching berada di sekitar
waterfront. Jalan raya yang memisahkan waterfront dan wilayah sekitarnya. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Waterfront pada malam hari. Sumber: Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Patung Kucing sebagai landmark Kota Kuching. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Kelenteng tua terlihat dari arah waterfront. Sumber:Hendra, Dimas, Irma dan Azizia
Untuk membuat sungai lebih hidup, setiap tahun diselenggarakan lomba dayung atau yang terkenal dengan Regatta atau Kuching Waterfront Festival. Festival Regatta juga diselenggarakan untuk membangkitkan memori tentang Inggris di Sarawak. Acara ini menjadi kalender wisata tahunan Pemerintah Sarawak dan ramai dikunjungi wisatawan mancanegara.
Jejeran perahu yang akan digunakan untuk lomba dayung. Sumber: Koleksi Pribadi.
Regu pendayung sedang bersiap untuk bertanding. Sumber: Koleksi Pribadi
Suasana di dekat panggung utama Regatta 2016. Sumber: Keleksi Pribadi.
Regatta di Sarawak dimulai sejak era Brooke tahun 1872. Lomba tersebut digagas oleh Brooke untuk mengalihkan energi suku lokal dari yang sering berperang antar suku kepada ajang lomba dayung. Dengan Regatta, Brooke berhasil menghilangkan kebiasaan perang antarsuku di Sarawak
(di sini).
Dalam festival Regatta juga diselenggarakan “Brooke Swim” yaitu pertandingan menyeberang Sungai Sarawak. Brooke Swim diselenggarakan dalam rangka mengenang Brooke yang dikejar oleh penambang Cina Hakka yang menyerbu Kuching sehingga harus berenang menyeberangi Sungai Sarawak (di sini).
Sungai Sarawak cukup terawat dan bersih. Kebersihan sungai antara lain dijaga dengan cara petugas kebersihan berkeliling dengan perahu mengambil sampah dengan jaring. Kantor Pengelola waterfront dan Pos Polisi di lokasi waterfront mencerminkan bahwa waterfront dikelola secara profesional dan menciptakan rasa aman bagi pengunjung.
Lihat Inovasi Selengkapnya