Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Liku-liku Kehidupan Mantan Pengantin Pesanan

10 September 2016   10:49 Diperbarui: 10 September 2016   13:31 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkawinan tersebut hanya bertahan sekitar 1 tahun. Selama menikah Tania dan suami tinggal di rumah abang suaminya. Suami Tania berkerja di perkebunan sawit milik abangnya sementara Tania  berkerja di restoran milik istri abang iparnya. Setelah menikah, Tania baru mengetahui bahwa sang suami telah menikah dan isteri pertamanya tinggal di Singapura.

Tania mulai kecewa terhadap suaminya apalagi suaminya sering melakukan kekerasan domestik. Akhirnya abang iparnya menyarankan Tania untuk  pulang ke Indonesia dan bersedia membiayai proses kepulangannya. Dalam kondisi hamil 3 bulan, Tania pulang sendiri dengan menggunakan penerbangan dari Johor Bahru menuju Kuching. Ibu Tania menunggunya di Kuching. Selanjutnya mereka berdua melanjutkan perjalanan pulang ke Pontianak dengan bis.

Selama di Pontianak, suaminya pernah satu kali menghubunginya melalui telepon. Suaminya  meminta Tania kembali ke Malaysia namun harus mengugurkan kandungannya. Tania sudah tidak peduli dengan suaminya dan dia tak pernah terpikir untuk menggugurkan kandungannya. Tania akhirnya melahirkan anak perempuannya, Wini, di Pontianak dengan biaya persalinan ditolong keluarganya.

Ketika Wini berusia sekitar 1 tahun, seorang wanita berkunjung ke rumahnya untuk menawarkan  perkawinan dengan seorang pria Tionghoa di Singkawang. Tania pun setuju karena dia tidak ingin terlalu lama membebani ayah dan abangnya. Ibunya saat itu telah meninggal dunia. 

Setelah menikah, Tania pindah ke pinggiran Kota Singkawang untuk tinggal di rumah orangtua suaminya. Dari perkawinan kedua ini Tania melahirkan 2 anak perempuan.  Tania kembali menjadi korban kekerasan domestik dari suaminya. Bahkan Wini, yang tinggal bersama Tania, juga mendapatkan kekerasan fisik dan non fisik bukan hanya dari ayah tirinya tetapi juga nenek tirinya.

Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, Tania kemudian berkerja di warung kopi dekat rumahnya. Wini, yang usianya masih sekitar 3 tahun, sering menunggu Tania di luar rumah karena takut dipukul jika di rumah. Taniapun akhirnya selalu membawa anaknya ketika berkerja walau pulang ke rumah ketika hari telah malam.

Ketika ibu mertuanya menyarankan  Tania untuk meninggalkan suami dan kedua anaknya yang ketika itu berusia sekitar 3 dan 1 tahun, Taniapun setuju. Dengan membawa Wini, Tania ditawari tinggal bersama keluarga temannya yang berkerja di warung kopi yang sama. Keluarga Melayu teman Tania ini juga kurang mampu sehingga dia meminta tolong kerabatnya yang lebih mampu untuk menerima Tania tinggal dirumahnya.

Setelah tinggal sekitar 2 bulan di rumah temannya, Tania dipertemukan dengan kerabat temannya.  Pada pertemuan tersebut, Tania mengutarakan keinginannya untuk memeluk agama Islam, yang sudah sering diungkapkannya ketika tinggal di rumah temannya. Kerabat temannya ini kemudian menguruskannya untuk menjadi Muslim secara resmi.

Kerabat teman Tania kemudian menitipkan Tania dan anaknya ke pesantren tempat keluarga tersebut sering memberikan sumbangannya. Maksudnya adalah agar Tania dapat belajar agama dengan lebih baik sambil berkerja membantu pekerjaan di pesantren.  

Sekitar dua bulan terlihat semuanya berjalan lancar. Tania membantu pekerjaan  di pesantren. Dia mendapat cukup banyak perhatian dari instansi dan organisasi sosial terkait.  Namun akhirnya Tania datang ke rumah kerabat temannya dan menceritakan bagaimana pemimpin pondok pesantren merayu untuk menikahinya. Istri pimpinan pondok dan anak perempuannya yang sudah melihat gelagat tersebut dan mulai menunjukkan ketidaksukaannya dengan sering menghina dan menyindir Tania.

Kerabat teman Tania akhirnya memutuskan untuk mengambil Tania dan anaknya untuk tinggal di rumahnya. Karena kerabat temannya mempunyai usaha salon di rumah, Taniapun diajarkan tentang pekerjaan di salon. Tania mendapatkan gaji untuk pekerjaannya tersebut.  Tania  juga mendapat upah mengantar koran setiap pagi ke rumah pelanggan karena si pemilik rumah juga adalah agen koran. Tak lama kemudian Wini mulai masuk sekolah dasar dan semua keperluan sekolah Wini ditanggung oleh kakak ipar kerabat temannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun