Acara doa selamat
Menjelang keberangkatan untuk melaksanakan ibadah haji, orang Melayu di Malaysia dan Indonesia, umumnya menyelenggarakan acara doa selamat agar yang berangkat dilancarkan ibadahnya dan mendapatkan haji yang mabrur. Acara tersebut bervariasi dari yang sangat sederhana sampai yang tergolong “wah”.
Akhir minggu pertama Agustus yang lalu, saya diundang menghadiri selamatan dalam rangka keberangkatan ke Tanah Suci oleh seorang teman yang karyawan suatu universitas negeri di Sarawak, Malaysia. Teman saya sebenarnya ingin acara yang sederhana. Namun karena merupakan keluarga besar dan orangtuanya banyak kenalan, jadilah yang diundang sekitar 1000 orang.
Acara selamatan diberi nama “Majlis Doa Selamat dan Khatamal Al-Quran”. Selain untuk naik haji, doa selamat tersebut juga diperuntukkan bagi keponakan teman yang baru lahir yang dikenal juga dengan istilah acara “tepung tawar”, yang merupakan bagian dari adat Melayu baik di Malaysia maupun Indonesia ( lebih lanjut tentang "tepung tawar").
Tata kelola haji di Malaysia
Keluarga teman saya bersyukur karena dia dan adiknya dapat berangkat haji tahun ini. Waktu tunggu naik haji di Malaysia adalah 10 tahun terhitung sejak mendaftar dengan menyetor tabungan pertama sebesar 1.300 ringgit Malaysia (RM) (1 RM sekitar Rp. 3.300) di Lembaga Tabung Haji (LTH) Malaysia. Tabungan pertama tersebut tidak boleh diambil, yang kemudian menjadi bagian dari total tabungan haji. Pendaftaran haji dianggap batal jika tabungan pertama tersebut diambil.
Sisa tabungan haji dilunasi selama masa tunggu. Teman saya misalnya, mendaftar dan menyetor tabungan pertama pada Juli 2007. Dia memerlukan waktu 7 tahun untuk menabung sehingga ongkos haji terpenuhi pada 2014. Tabungan di LTH ditransfer bulanan melalui pemotongan gaji dan secara pribadi di luar gaji.
Karena naik haji untuk kali yang pertama, teman saya hanya membayar sebanyak RM 9.980 dari yang seharusnya RM 18.890. Sisanya sekitar RM 8.910 merupakan subsidi dari LTH bagi Warga Negara Malaysia yang baru pertama kali naik haji. Subsidi tidak diberikan kepada mereka yang naik haji untuk kali kedua dan seterusnya.
Teman saya harusnya berangkat 2017. Dia dapat berangkat lebih awal (2016) antara lain karena ada yang menunda keberangkatan. Pada awal Desember 2015, teman saya mendapat tawaran dari LTH untuk mencari muhrim yang sah, karena usianya di bawah 45 tahun. Muhrim tersebut diberi waktu 1 bulan untuk melunasi tabungan haji. Jika tidak, keberangkatannya akan ditunda sampai muhrim siap.
Teman saya meminta adiknya menjadi muhrim. Kebetulan si adik baru mendaftar dan menyetor tabungan pertama pada September 2015. Memang rejeki si adik yang dapat naik haji tanpa menunggu sampai 10 tahun. Untuk menjadi muhrim, tidak perlu dalam status sudah mendaftar haji, sepanjang memenuhi syarat sebagai muhrim dan dapat melunasi tabungan haji dalam waktu 1 bulan yang ditentukan LTH.
Mulai 1 Januari 2013, karyawan yang beragama Islam di Malaysia dan anggota Kumpulan Wang Simpanan Pekerja (KWSP) (KWSP), jika memenuhi syarat, bisa mendapat bantuan dari KWSP berupa pembayaran setoran pertama. Jumlah pengeluaran yang akan dibantu oleh KWSP untuk berangkat haji yaitu RM 3.000, hanya sekali seumur hidup dan untuk anggota yang berusia kurang dari 55 tahun (KWSP-Haji).
Dalam rangka persiapan melaksanakan ibadah haji, sejak Januari, teman saya telah mengikuti 3 dari 4 tahapan kursus yang diselenggarakan oleh LTH. Kursus pertama merupakan kursus dasar haji yang diselenggarakan setiap Sabtu dan Minggu dari bulan Januari sampai Maret.
Kursus kedua berupa kursus intensif haji selama 2 hari. Selanjutnya kursus ketiga yang diperuntukkan khusus untuk warga emas (orang tua) yang buta huruf. Kursus ini seluruhnya berupa praktek. Kursus keempat merupakan kursus terakhir atau kursus perdana yang merupakan praktek ibadah haji.
Menjelang acara kenduri
Teman saya tinggal di suatu kampung di Sarawak yang terletak di pusat kota Samarahan, sekitar 25 kilometer dari Kuching, ibukota Sarawak. Di kota ini terletak Perguruan Tinggi Negeri terbesar di Sarawak (Universiti Malaysia Sarawak). Kampung ini diartikan sebagai "halaman" Kota Samarahan dengan taman publik yang cukup luas, rapi dan indah serta Jumlah penduduk kampung sekitar 1.100 jiwa (Kampung).
Pelayanan yang terkait dengan sajian untuk tamu harus dilakukan dengan cepat. Kecepatan diperlukan untuk menghindarkan antrian tamu yang menunggu giliran untuk duduk dan mendapat sajian makanan. Makanan diusahakan sudah siap saji di meja tamu sebelum tamu datang sehingga tidak perlu lagi mengantri untuk duduk dan makan. Begitu tamu beranjak dari meja makan, ada petugas yang mengemaskan bekas makanan serta merapikan meja. Selanjutnya ada petugas lain yang meletakkan sajian baru di atas meja. Begitu seterusnya selagi tamu terus berdatangan.
Untuk kecepatan pelayanan, makanan per sajian sudah ditata di meja persiapan sajian di samping rumah sehingga memudahkan bagi pengantar sajian untuk membawanya ke meja sajian untuk tamu. Peralatan makan dan minum beserta tempat air minum diletakkan di depan rumah demikian juga tempat mencuci peralatan makan dan minum.
Acara dimulai sekitar pukul 8.30 dengan mengarak 8 orang anak yang akan berkhatam dari rumah orangtua teman saya sampai ke rumahnya sebagai tempat acara, yang berjarak sekitar 4 rumah. Kelompok zikir yang beranggotakan sejumlah orang di kampung mulai berdatangan. Tak lama kemudian, acara khatam Al Quran dimulai yang diselingi oleh zikir setiap selesai pembacaan satu surah.
Khataman selesai, dilanjutkan dengan acara “tepung tawar”. Adik teman saya mengiringi istrinya yang menggendong si bayi dan mendekatkannya kepada setiap anggota kelompok zikir yang menyapukan “tepung tawar” pada kening si bayi sambil membaca doa.
Sementara acara khataman dan tepung tawar dilaksanakan di dalam rumah, di luar rumah tamu datang dan pergi. Begitu tamu datang, mereka bersalam dengan tuan rumah, dilanjutkan dengan mencari tempat kosong untuk bersantap. Makanan yang dihidangkan untuk para tamu adalah makanan khas kampung yang terdiri dari nasi lemak, daging masak kari, ayam masak merah, tempoyak goreng, sayur tahu campur masak lemak, acar buah-buahan, tembikai/semangka dan air punch.
Acara selamatan berangkat haji di Sarawak tidak berbeda jauh dengan di kalangan suku Melayu di Indonesia. Acara tersebut juga tidak berbeda dengan selamatan lainnya. Terdapat sedikit perbedaan dalam cita rasa makanan yang disajikan di Sarawak dengan di Kalimantan Barat.
Makanan di Sarawak sedikit dipengaruhi oleh cita rasa India seperti kari. Selanjutnya, jika di Sarawak para tamu duduk di kursi lengkap dengan meja makan, di Kalimantan Barat umumnya tamu duduk di kursi tanpa meja atau duduk di lantai ketika makan.
Banyak yang bisa dipelajari Indonesia dari cara pengelolaan tabungan haji oleh Lembaga Tabung Haji Malaysia. Dengan jumlah jamaah haji yang jauh lebih banyak dan tentunya dana yang juga jauh lebih besar dari Malaysia, seharusnya Indonesia mampu memberikan pelayanan yang jauh lebih baik kepada jamaah termasuk kemungkinan memberikan subsidi bagi yang pertama kali naik haji.
Catatan: Semua foto bersumber dari koleksi pribadi penulis kecuali disebutkan sumbernya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H