[caption caption="Spanduk peduli Sungai Singkawang di Pasar Beringin"][/caption]
Berita tentang sungai kotor yang banyak sampah selama ini lebih didominasi oleh sungai di kota-kota besar seperti Jakarta. Padahal sungai serupa juga dijumpai di kota-kota kecil dengan skala yang lebih kecil namun tetap berdampak terhadap kehidupan manusia di sekitarnya. Sungai yang panjangnya sekitar 10 kilometer dan membelah kota Singkawang, kota terbesar kedua di Kalimantan Barat, termasuk di antara sungai yang merana nasibnya. Sungai ini bukan hanya semakin dangkal tetapi juga banyak sampah, yang menimbulkan bau tak sedap terutama ketika musim kemarau.
Sungai Singkawang adalah saksi sejarah masuknya imigran dari negeri Cina ke Singkawang sekitar tahun 1700 sehingga kota ini kemudian dikenal sebagai kota Amoy. Imigran tersebut masuk ke Singkawang antara lain melalui jalan laut dan mendarat di sungai Singkawang. Mereka didatangkan untuk bekerja sebagai buruh di pertambangan emas di Singkawang yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sambas (Di sini).
Setelah Indonesia merdeka sampai tahun 1970an, beberapa dermaga kecil masih ditemui di sungai Singkawang. Kapal-kapal kecil dan rakit lalu lalang mengangkut barang dan manusia di sungai ini. Bahkan kantor Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dibangun tepat di seberang sungai tersebut yang kini sudah berpindah lokasi.
[caption caption="Sungai Singkawang tempo dulu"]
Peninggalan yang masih terlihat sampai saat ini hanya beberapa pohon tua dan jembatan bangunan Pemerintah Belanda yang terkenal dengan nama Geratak Agen (Geratak adalah bahasa Melayu Sambas untuk jembatan). Sungai yang cukup dalam dengan air yang jernih sudah tidak ada lagi sehingga sulit dilayari. Kondisi demikian sudah berlangsung lama walau kepala daerah sudah berganti beberapa kali. Kota Singkawang sudah lebih dari 13 tahun menjadi kota mandiri yang sebelumnya adalah kota kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten SambasÂ
[caption caption="Sungai Singkawang sekarang: pepohonan tua, jembatan Agen dan sungai dangkal yang ditumbuhi rerumputan. Sekitar tiga tahun lalu, gerai makanan berjejer di bawah pepohonan sebelah kanan"]
[caption caption="Bagian sungai yang dangkal"]
[caption caption="Jembatan mungil di atas sungai yang kotor dan dangkal."]
Sayang, Pemerintah Daerah terkesan kurang peduli dengan sungai. Pemerintah lebih sibuk membangun taman dan jalan di tepian sungai dengan mengabaikan sungai yang seharusnya menjadi satu kesatuan. Bahkan sebelumnya terdapat gerai makanan di sepanjang pinggiran sungai. Pengunjung yang warga Singkawang seperti tidak menghiraukan bau busuk dari sungai terutama pada musim kemarau. Alih-alih memberi kesegaran dan kenyamanan, taman ini menjadi tempat rekreasi yang tidak sehat. Bahkan burungpun takut datang ke taman ini sehingga jangan harap bertemu burung di Taman Burung.Â
[caption caption="Taman Burung yang tanpa burung, di tepian sungai yang dangkal dan kotor"]
 [caption caption="Jalan setapak di taman dengan pepohonan yang rindang"]
[caption caption="Jalan setapak di antara pepohonan yang rindang dan sungai yang kotor. "]
[caption caption="Taman Burung yang ramai dikunjungi anak muda pada waktu malam, kurang rapi dan terkesan kumuh"]
Sungai Singkawang juga melalui pasar Beringin, pasar tertua dan terbesar di Singkawang. Sama seperti bagian sungai di pinggiran Taman Burung, bagian sungai ini dipenuhi tumbuhan dan sampah.Â
 [caption caption="Sungai Singkawang di samping Pasar Beringin"]
 [caption caption="Bagian belakang Pasar Beringin menghadap ke jalan raya "]
Sungai Singkawang sudah sangat parah dan bahkan bisa menjadi sumber penyakit jika tidak diselamatkan. Air sungai pernah berwarna merah ketika musim kemarau yang sampai kini belum diketahui penyebabnya. Rekayasa sosial oleh pemerintah menjadi sangat penting karena mereka memiliki otoritas membuat peraturan dan menegakkannya serta mengalokasikan dan membelanjakan anggaran.
[caption caption="Sungai yang memerah dan jajaran gerai makanan (sebelum dipindah). Ramai pengunjung di malam hari dan mereka tidak peduli dengan kebersihan."]
[caption caption="Sungai di sekitar taman ketika musim kemarau"]
[caption caption="Sungai yang memerah dengan sampah karung yang dikerubungi lalat"]
[caption caption="Pemerintah lebih suka membangun sesuatu yang kurang bermanfaat (lihat bangunan warna putih) daripada peduli sungai. "]
Jika sungai Singkawang dibenahi, wisatawan akan semakin banyak yang berkunjung. Selain sungai yang kotor, Singkawang adalah kota yang indah karena dikelilingi gunung dan pantai. Dari arah Pontianak sebelum masuk ke Singkawang terdapat beberapa pantai yang indah dan terkenal misalnya pantai Pasir Panjang (lihat tulisan Aldy M. Aripin ). Pada ujung Minggu terutama saat libur panjang, sulit mendapatkan kamar kosong pada hotel-hotel di pantai sehingga harus dipesan jauh hari. Singkawang terkenal dengan wisata kuliner terutama kedai kopi dan wisata festival Cap Go Meh. Pengunjung dari luar kota biasanya akan melanjutkan perjalanan masuk ke kota Singkawang dan sebagian menginap di hotel-hotel di kota ini.Â
Singkawang memerlukan pejabat yang mampu mengelola kota dengan wawasan lingkungan. Upaya menghimbau penduduk untuk tidak membuang sampah sembarangan sangat tidak cukup. Upaya penghijauan dengan menanam pohon bambu di bantaran hulu sungai yang dilakukan Pemerintah tahun 2014 yang lalu tanpa tidak lanjut yang menyeluruh akan kurang berdampak. Jumlah penduduk yang hanya sekitar 250 ribu seharusnya tidak menjadi halangan membersihkan, menata dan mengelola sungai serta pinggirannya untuk menjadikan Singkawang sebagai Venesia van Kalimantan Barat.
[caption caption="Wisata sungai di Shanghai. Singkawang bisa seperti ini"]
Catatan: semua foto bersumber dari koleksi pribadi kecuali yang disebutkan sumbernya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H