Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jejak Indonesia di Saudi Arabia

3 Agustus 2015   22:00 Diperbarui: 8 Juli 2016   09:36 2713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tak cukup Bahasa Indonesia, bahasa daerah juga dipakai, Jeddah"][/caption]

Saudi Arabia (SA) bagi bangsa Indonesia tidak hanya sebagai negara tujuan ibadah, tetapi juga negara tujuan bagi tenaga kerja. Berdasarkan data dari Kementerian Agama, ummat Islam Indonesia sudah mengunjungi SA untuk berhaji sejak 1888 dengan jumlah sebanyak 6.044 orang. Jumlah ini terus meningkat sehingga mencapai 154.467 orang pada 2014. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang menjalankan umroh yang terjadi hampir setiap bulan sepanjang tahun.

[caption caption="Jamaah haji Indonesia 1888-2014"]

[/caption]

Selama lebih dari satu perempat abad (127 tahun), ummat Islam Indonesia terus menjalankan ibadah haji kecuali pada tahun 1937 sampai dengan 1948 karena kondisi perekonomian Indonesia yang sangat parah, Indonesia sedang dalam proses penataan sebagai negara baru dan adanya perang kemerdekaan sehingga ada fatwa ulama yang mengharamkan berpergian ke luar negeri dan tidak wajib hukumnya untuk pergi haji dalam kondisi perang melawan penjajah (Di sini). Pengangkutan bagi jamaah haji juga terus berkembang dari menggunakan kapal laut sampai pesawat udara.

Selain ibadah, kedatangan bangsa Indonesia ke SA juga untuk bekerja. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) oleh Pemerintah Indonesia dimulai sejak awal 1970an yang bersamaan dengan masa keemasan minyak di Timur Tengah khususnya di SA (Di sini). Sampai 2010, SA adalah negara tujuan utama TKI dengan persentase yang bervariasi dan sumbangan terbesar hampir 60 persen pada 2003. Mulai 2012, jumlah TKI ke SA mulai jauh berkurang karena TKI lebih banyak pergi ke Malaysia. Pada 2013 jumlah TKI ke SA hanya sekitar 45.384 dibandingkan mereka yang ke Malaysia sebanyak 150.236 (BNP2TKI, 2012 dan 2013).

Kedatangan ummat Islam Indonesia yang cukup banyak terutama untuk ibadah sekaligus berbelanja, berpengaruh terhadap kehidupan di SA khususnya di Mekah, Madinah dan Jeddah. Dampak tersebut bisa positif terutama di bidang bisnis dan komunikasi dan bisa juga negatif yang merusak lingkungan.

Bisnis

Kedatangan ummat Islam Indonesia berdampak pada bisnis akomodasi, transportasi, konsumsi, menguatnya nilai real SA karena permintaan real SA yang tinggi dan jasa pemandu (Mutawwif ). Karena banyak orang Indonesia yang belanja, uang Rupiah diterima untuk transaksi perdagangan. Begitu sampai di tempat pemeriksaan paspor di Jedah, iklan Bank Mandiri dan BNI sudah terpampang di depan mata.

[caption caption="Promosi Bank Mandiri di tempat pemeriksaan paspor, Jedah"][/caption]

Dampak dari bisnis yang berkembang adalah permintaan yang meningkat terhadap jasa TKI. Misalnya usaha katering dengan menu Indonesia yang disediakan untuk jamaah di hotel banyak melibatkan TKI demikian juga dengan tenaga supir dalam usaha transportasi.

Bisnis makanan tidak hanya terbatas pada usaha katering tetapi juga berupa restoran yang tentunya target utama konsumennya adalah orang Indonesia. Bahkan sekarang ada jenang (dodol) kurma yang mungkin dipengaruhi oleh banyaknya orang jawa di SA.

Komunikasi

Sebagian orang Indonesia bisa disebut “gila belanja”. Seorang ibu dari kota kecil di Indonesia bercerita bahwa dia pernah belanja sebanyak Rp. 40 juta rupiah ketika melaksanakan ibadah haji yang sebagian besar untuk oleh-oleh. Walau barang yang sama banyak dijual di Indonesia, sebagian orang tetap membelinya. Ada yang membeli karena yang bersangkutan berasal dari kampung dan kota kecil yang tidak menjual barang tersebut. Ada juga yang ingin mendapatkan “berkah Mekah” karena barang tersebut pernah berada di Mekah.

Konsumen Indonesia yang banyak dan gila belanja menyebabkan orang Arab khususnya pelayan toko dari toko farmasi, supermarket sampai toko cinderamata di Mekah, Madinah dan Jeddah sampai bisa berbahasa Indonesia. Ada juga toko yang memperkerjakan banyak TKI sebagai tenaga penjual seperti di pasar kurma di Madinah.

[caption caption="Pelayan toko di Mekah bisa berbahasa Indonesia"]

[/caption]

[caption caption="Hampir semua pelayan di pasar kurma di Madinah ini orang Indonesia "]

[/caption]

Komunikasi dalam bahasa Indonesia bukan hanya dalam bentuk lisan tetapi juga tulisan. Hal ini terutama untuk pengumuman/peringatan kepada para jamaah. Pengumuman/peringatan tersebut dapat ditemui di sekitar mesjid maupun tempat berziarah yang ramai dikunjungi. Nama-nama toko bahkan menggunakan tidak hanya bahasa Indonesia tetapi juga bahasa daerah.

[caption caption="Himbauan menjaga kebersihan di Mesjid Nabawi "]

[/caption]

[caption caption="Toko kurma, Jeddah"]

[/caption]

[caption caption="Ini restoran di Jeddah"]

[/caption]

[caption caption="Toko murah di mana-mana walau harga tidak selalu murah, Jeddah"]

[/caption]

[caption caption="Pengusaha travel Indonesia numpang promosi di restoran Indonesia, Jeddah"]

[/caption]

Merusak Lingkungan

Ada sebagian kecil ummat Islam Indonesia yang menulis nama di tempat ziarah. Sebelum dilapis, tugu batu di bukit/ Jabal Rahmah banyak ditulisi nama-nama Indonesia yang penulisnya mungkin berharap agar mereka bertemu jodoh atau kekal jodohnya karena bukit tersebut adalah tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Hawa setelah 100 tahun diturunkan Allah dari surga.

Sampai ada papan peringatan untuk tidak menulis di tugu batu Jabal Rahmah. Tulisan nama-nama juga ditemui di dinding pemakaman Ma’la tempat Siti Khadijah dimakamkan. Sikap demikian itu tentunya tidak baik apalagi ummat Muslim dilarang merusak lingkungan di tanah haram.

[caption caption="Jabal Rahmah terlihat dari bawah bukit"]

[/caption]

[caption caption="Peringatan untuk tidak menulis di Jabal Rahmah"]

[/caption]

[caption caption="Tulisan nama Indonesia di Ma'la, Mekah"]

[/caption]

[caption caption="Meninggalkan jejak yang tidak baik di Ma'la, Mekah"]

[/caption]

Selagi jamaah haji dan umroh terus berdatangan di SA, jejak Indonesia akan semakin menguat di SA. Kedatangan jamaah tidak hanya berdampak terhadap pemerintah dan masyarakat SA, tetapi juga masyarakat Indonesia di negara tersebut. Karena sedang beribadah, jejak yang ditinggalkan harusnya hanya yang positif. Seharusnya semakin banyak investor besar Indonesia datang ke SA untuk turut menikmati keuntungan dari banyaknya jamaah Indonesia di SA.

Semua foto yang tidak dicantumkan sumbernya adalah dokumen pribadi.

Referensi

BNP2TKI, 2012 Data Tenaga Kerja Indonesia www.bnp2tki.go.id.

BNP2TKI, 2013. Penempatan dan Perlindungan TKI 2013.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun