Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar dari Kegagalan Pembangunan di Entikong

8 Februari 2015   23:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:35 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_367811" align="aligncenter" width="448" caption="Rencana tapak pasar Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang ?"]

14233720431778373102
14233720431778373102
[/caption]

Kegagalan pembangunan di Entikong seharusnya menjadi pelajaran bagi Pemerintah untuk tidak mengulangnya pada masa yang akan datang. Perencanaan yang baik memerlukan data yang menyeluruh dan terinci serta mampu melihat akar permasalahan bukan hanya menggunakan kesan sesaat dan emosi. Bagi Pemerintah Daerah isu perbatasan sangat sering dijadikan dasar menarik perhatian Pemerintah Pusat untuk mendapatkan dana pembangunan yang memang sering mengabaikan luar pulau Jawa. Namun Pemerintah Pusat juga harus kritis terhadap setiap usulan yang berkaitan dengan pembangunan perbatasan terutama jika memerlukan anggaran yang besar bukan hanya asal membangun sebagai justifikasi “telah memberikan perhatian kepada daerah perbatasan”.

Pemerintah Pusat sebaiknya juga tidak “take for granted” bahwa usulan dari daerah pasti baik untuk daerah karena pejabat daerah juga sarat dengan berbagai kepentingan dan tidak selalu mencerminkan kepentingan rakyat daerah. Mereka ingin diakui sebagai “berhasil” dan bangunan fisik yang nyata terlihat dalam jangka pendek bisa digunakan untuk itu. Selain itu ada yang berpendapat yang penting uang masuk ke daerah tak peduli untuk apa.

Dalam jangka panjang orang banyak baru merasa sadar bahwa hal tersebut hanya pemborosan setelah melihat bangunan yang terlantar.  Bukankah lebih baik, dana yang sudah terbuang sia-sia tersebut digunakan untuk membangun jalan di desa-desa di pedalaman di wilayah perbatasan sehingga mereka lebih merasa menjadi bagian dari Indonesia daripada Malaysia.

Catatan: Semua foto bersumber dari koleksi pribadi kecuali yang disebutkan sumbernya.

Link terkait

http://sosbud.kompasiana.com/2015/01/30/pak-jokowi-bapak-lihat-ini-di-perbatasan--704405.html

#mce_temp_url#

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2014/03/01/berjuang-di-afta-dengan-sepeda-motor-butut-who-cares-kisah-pedagang-sayur-antar-negara-638689.html

#mce_temp_url#

http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/25/garuda-di-hatiku-malaysia-menafkahiku-613606.html

#mce_temp_url#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun