Banyak orang sudah tahu dan menikmati kuliner di kota tua, tidak hanya di Jakarta tapi di kota bahkan di negara lain juga sama nikmatnya. Arsitektur, pengalaman dan mungkin resep masakan yang sudah berusia ratusan tahun yang diwariskan dari generasi ke generasi, bahkan ditambah dengan sentuhan modernitas yang membuat pesona kecantikan kota tua dan kulinernya yang dipelihara tidak pudar ditelan zaman yang terus bergulir.
Walaupun berdomisili di Jakarta, tapi belum tentu semua warga Jakarta pernah menginjakkan kaki di kota tua Jakarta apalagi menikmati kuliner nya. Banyak alasan untuk tidak berkunjung ke sini, mulai dari cuaca panas yang menyengat, daerah padat bangunan dan kumuh hingga sulitnya mencari tempat parkir.
Namun demikian, tidak sedikit yang berusaha sesering mungkin mampir ke kota tua Jakarta, baik untuk mencari barang maupun menikmati kuliner terutama kuliner jadul, tradisional dan peranakan.
Kali ini "meeting point" kami di Rumah Tea "Tea House Pancoran." Sayangnya di pagi hari itu ketika kami ingin menikmati teh di sana, hanya ada satu jenis teh yang tersedia, sehingga kami mengurungkan niat berkumpul di sana.
Kami langsung menyusuri trotoar yang penuh dengan gerobak pedagang yang masih tutup di pagi hari dan menengok sejenak toko obat China terkenal "Tay Seng Ho" yang sejak pandemi tidak menerima pasien yang diperiksa oleh Shinshe.
Pintu masuk pun ditutup oleh plastik transparan tebal dan ada penjaganya. Terlihat juga gedung yang sudah direnovasi dan pernah ditempati oleh kursus akutansi "YAI" puluhan tahun silam.