Kami melanjutkan perjalanan kembali ke daerah Pancoran dengan melewati Gedung Gereja Katolik Ricci dan sebuah wihara yang di depannya ada penjual nasi ulam terkenal "Misdjaja" yang buka sejak pukul 16.00. Perut sudah sangat amat full, kami memutuskan untuk "ta pao" dibungkus dan dibawa pulang saja untuk dinner di rumah.
Selanjutnya sebelum mengakhiri perjalanan wisata kuliner, kami melewati sebuah gang kecil di mana terdapat sebuah "kios" yang saat itu masih tutup, yang menurut cerita Bang Indra adalah tempat seorang keturunan China membuka jasa penulisan kaligrafi Bahasa Mandarin. Lalu kami menuju Gedung Petak Enam yang dibangun di atas sebagian tanah Gedung Candra. Pembagian dan interior di dalam nya mengingatkan kami pada gedung serupa di daratan China. Deretan resto di lantai dasar dan beberapa toko dan caf di lantai atas. Kami masuk ke toko teh yang bernama "Piece of Peace" yang menyediakan "pertunjukan" cara meminum teh ala "Chinese" (pertunjukan ini biasa diadakan oleh banyak toko teh jika mengikuti wisata di RRC) dan mereka juga menjual begitu banyak jenis teh termasuk "fussion" teh dan peralatannya.
Di tempat inilah kami berpisah dengan Bang Indra, pemandu wisata kota tua Jakarta. Sesaat sebelum pulang kami masih ingin menikmati kuliner di lantai dasar. Kami memilih untuk mencicipi gorengan cempedak (cabang dari rumah nya di lorong kecil) dan tahu gejrot.
Sampai di sini dulu perjalanan wisata kuliner kali ini di Kota Tua Jakarta Kota.