Mohon tunggu...
Farianty Gunawan
Farianty Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Smart Traveller, Travel Consultant, Christian-Holyland Expert, Happy Baking Learner,

A wife for best husband and a mother of wonderful best two grown up daugther and son. Being in Travel Industry since 1992. Love to learn the new right things. Pray first and do the best

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bernostalgia di Kota Tua Jakarta

10 Desember 2021   18:30 Diperbarui: 14 Desember 2021   21:58 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekilas sejarah Kota Tua Jakarta, dengan bangunan tua dan reruntuhannya.

Saat saya diajak teman untuk berwisata kota tua Jakarta, dalam hati saya berkata, "Kota tua kan hanya seputaran Glodok Pancoran, Beos, Museum Fatahilah dan Pelabuhan Sunda Kelapa." Tapi karena suka jalan, jadilah menggabungkan diri dalam kelompok kecil di tanggal 5 Oktober 2021 dengan kekhususan melihat bangunan tempo doeloe dan 7 Oktober 2021 dengan kekhususan kuliner jadoel.

Berkumpul di salah satu resto cepat saji di dalam Stasiun Kota yang juga dikenal dengan nama Stasiun Batavia Beos dan di jaman nya juga sering disebut sebagai Stasiun "Batavia Zuid" (selatan), kami disambut oleh pemandu wisata kawakan bernama Indra yang tergabung dalam Jakarta Good Guide dengan senyum manisnya. Sejenak kami mendengarkan briefing rute perjalanan yang akan dilakukan sepanjang hari itu. 

Rute "Old City Tour" kali ini adalah penggabungan 2 rute sekaligus dalam 1 hari, karena keterbatasan waktu. Seperti kebanyakan wisata kota tua di berbagai belahan dunia, wisata kota tua Jakarta juga dilakukan dengan berjalan kaki dari satu titik ke titik lain. Apakah Anda rutin berolah raga?

Tepat jam 10.29 kami berdiri di depan jam dinding yang di bawahnya terdapat tulisan dalam Bahasa Inggris tentang sejarah singkat Stasiun Beos yang diresmikan tahun 1929.

Banyak informasi yang mungkin tidak banyak diketahui orang, cerita tentang sejarah berdirinya stasiun kereta api Beos, model arsitekturnya serta jalur rel kereta nya hingga seperti sekarang. Bangunan ini masih kokoh berdiri dan melayani masyarakat luas.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Keluar dari Beos, kami menuju pintu masuk ke Terowongan Penyeberangan Orang (TPO) di bawah tanah yang berada tepat di depan pintu masuk Stasiun Beos, dan dibuka untuk umum tanggal 20 Februari 2008 untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat pemakai jasa angkutan umum yang baru diresmikan yaitu Trans Jakarta. 

Sejenak Indra bercerita tentang sejarah Trans Jakarta dengan rute-rute nya yang terus berkembang berusaha menjangkau berbagai penjuru Kota Jakarta. Kemudian kami mulai menuruni anak tangga, dan terlihat masih banyak kios-kios di dalam terowongan yang sudah dibuka dalam masa "krisis" wisatawan ini. 

Terowongan itu kini kurang terawat, cat kusam, tercium juga aroma tidak sedap, dan banyak cerita tentang sejak lama banyak lampu penerangan yang sudah padam di malam hari, padahal TPO Beos yang menghubungkan Stasiun Jakarta Kota, halte bus Trans Jakarta dan Museum Mandiri dibangun dengan biaya sekitar Rp. 47,7 miliar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun