Mohon tunggu...
Farianty Gunawan
Farianty Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Smart Traveller, Travel Consultant, Christian-Holyland Expert, Happy Baking Learner,

A wife for best husband and a mother of wonderful best two grown up daugther and son. Being in Travel Industry since 1992. Love to learn the new right things. Pray first and do the best

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Celebration of Life

17 Juni 2021   19:19 Diperbarui: 19 Juni 2021   22:30 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
LORD JESUS IS SO GOOD (dokumen pribadi)

Celebration of Life


Ketika kehidupan ini terasa berat dan keras dan rasanya 'wajar' untuk mengeluh, maka banyak orang menasehati,  "C'est la vie" yang diambil dari Bahasa Perancis, yang artinya "Itulah hidup." Maksudnya seberapa keras dan berat nya hidup ini, selama napas masih dikandung badan... yaaa harus dijalani.

Namun jika beban terasa sangat berat dan tidak menyadari bahwa ada TUHAN yang lebih besar daripada masalah yang dijalani, maka banyak orang yang akhirnya melakukan hal-hal yang tidak diperkenan TUHAN, dan ada sebuah pertanyaan terkenal yang menggambarkan hal tersebut, yaitu, "Quo vadis?" yang artinya "Ke mana engkau pergi?"

Pertanyaan itu mengingatkan kita bahwa selama jantung masih berdetak dan nafas masih mengalir, kita sebenarnya tidak dapat lari dan bersembunyi dari kenyataan... namun di titik ini ada beberapa orang memutuskan untuk 'melupakan' masalah dengan memakai obat-obat berbahaya bahkan mengakhiri hidupnya sendiri, yang tanpa disadari pilihan itu justru memberikan masalah baru dalam menjalani kehidupan kekal setelah meninggalkan dunia ini. Bagi yang percaya adanya kehidupan kekal setelah meninggalkan dunia ini, maka ada 2 tujuan yang tersedia yaitu kehidupan kekal di surga atau kehidupan kekal di neraka - koq di neraka hidup kekal? Ya, tidak ada kematian kekal karena di neraka pun roh seseorang tetap hidup tapi dalam siksaan kekal. Quo vadis?

Berat dan keras nya kehidupan membuat banyak anak manusia menjadi lelah dan lemah, tetapi jika kita mengingat bahwa kita ada sebagaimana adanya sekarang karena ada tangan yang Maha Kuasa yang menenun kita di dalam kandungan seorang ibu, artinya kita diciptakan dengan tujuan tertentu sesuai gambar yang sudah dirancang oleh Sang Pencipta. Jadi jika sesuatu terjadi, maka undanglah dan libatkan serta andalkan TUHAN yang maha besar untuk berjalan bersama kita, izinkan TUHAN yang mengambil alih -- 'GOD's is in control'.

'GOD is in control' bukan diartikan pasrah tanpa melakukan apapun, melainkan lakukanlah apa yang dapat kita lakukan dan izinkan TUHAN melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan. Just... ora et labora.

Selanjutnya, mari kita melihat hal yang berhubungan dengan apa yang sudah dibahas di atas.

Pertama kali mengenal istilah "Memento mori" adalah ketika berkenalan dengan seorang rekan sesama insan pariwisata yang memperkenalkan namanya adalah "Mori".

Saya bertanya apakah keturunan Jepang, karena bagi saya, kata 'mori' seperti Bahasa Jepang. Akhirnya Bung Mori yang lahir di Sumatra Barat bercerita tentang asal muasal dan arti nama lengkapnya, "Memento Mori."

Mengutip Wikipedia : "Memento mori", adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya adalah "Ingatlah akan kematianmu", atau "Ingatlah untuk mati."  Memento mori mengajarkan kita agar kita selalu memberikan yang terbaik dalam hidup ini, dalam kita menjalani aktivitas sehari-hari lakukanlah semuanya itu seolah-olah itu adalah hari terakhir dalam hidupmu, sehingga semua yang kamu lakukan memiliki arti bagi dirimu maupun orang lain.

Tanggal 2 Juni 2021 adalah tanggal istimewa karena Papa saya meninggal dunia, saya langsung mengingat ayat Alkitab / Firman TUHAN dalam kitab Pengkhotbah 3 ayat 1-2 tertulis :

Untuk segala sesuatu ada waktunya

(1) Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.

(2) Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;

Ada kalimat yang sering diucapkan, "Umur manusia di tangan TUHAN."

Mungkin kita sudah melihat banyak orang (dekat/kenal dan jauh/tidak kenal) yang sudah meninggal,

mungkin kita juga sudah mengerti bahwa semua manusia pasti akan meninggalkan dunia ini, dan

mungkin kita sudah tahu bahwa tiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, dan

mungkin kita juga menyadari bahwa kita dapat belajar dari setiap peristiwa dan meneladani yang baik serta tidak mengikuti perbuatan/hal yang tidak baik dari seseorang yang sudah meninggalkan kita lebih dahulu...

Masalahnya apakah kita mampu melakukan pernyataan-pernyataan yang kita sudah setujui di atas? Apalagi di saat amarah dan emosi memuncak? Atau merasa tidak ada yang melihat? (padahal TUHAN maha melihat).

Persoalan dan pergumulan yang dihadapi dan dijalani tiap orang pasti berbeda, walaupun sekilas terlihat masalahnya hampir sama tapi respons tiap orang menjadikan pergumulan tiap orang berbeda dan perbedaan respons akan menentukan hasil yang berbeda.

Kita diciptakan sebagai mahluk sosial artinya tidak dapat hidup sendiri, kita perlu komunitas dan pasti nya kita membutuhkan TUHAN yang menciptakan kita. Teringat ayat Alkitab yang menguatkan dan menghibur dalam Luke 1 : 37 "For nothing is impossible with God." (Bersama TUHAN, tidak ada yang mustahil), dan apapun yang TUHAN izinkan terjadi, itu pasti yang terbaik menurut kehendak TUHAN dan untuk kemuliaan TUHAN yang maha agung.

Orang bijak mengatakan, "Ada hikmah di balik persoalan, " artinya selalu ada yang dapat dipelajari (menjadi pengalaman) untuk setiap masalah yang diizinkan terjadi dalam hidup ini.

Ada lagi wisdom yang pernah saya baca yaitu, "This too shall pass," artinya situasi dan kondisi apapun, sukacita ataupun dukacita, pasti akan berlalu. Kehidupan di dunia ini hanya sementara. Jadi, kita sedang bersukacita atau pun berdukacita - janganlah berlebihan karena semua akan berlalu/selesai. Dunia terus berputar dan berubah. Hanya TUHAN yang tidak pernah berubah dulu sekarang dan selamanya.

Pada akhirnya, bukan masalah kapan kita meninggalkan dunia ini, namun bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini sampai saat nya kita meninggalkan dunia ini. Apakah kita menjalani hidup menuruti kehendak dan pikiran sendiri atau hidup menurut kehendak dan ketentuan TUHAN sang pencipta segalanya?

Kita tidak dapat mengubah masa lalu, namun kita dapat memiliki masa sekarang dan masa depan yang dapat diusahakan untuk menjadi lebih baik daripada masa lalu. Berusaha untuk melakukan yang terbaik supaya at the end of the day, we can say 'no regrets.'

Terakhir... Mungkin sudah banyak yang tahu arti kata "present" dalam English yaitu "sekarang" atau "hadiah = gift." Jadi, hiduplah di waktu "sekarang," dan jangan hidup di masa lalu atau di masa depan karena waktu "sekarang" adalah "gift" hadiah dari TUHAN sang pemberi kehidupan.

1 Korintus 10:31

Sebab itu, baik kamu makan atau minum, baik barang sesuatu perbuatanmu, perbuatlah sekalian itu kepada kemuliaan Allah. Amin

#AllforGOD'sGlory #lifemustgoon #moveon

Catatan Penting  : saya bukan ahli, tulisan ini berdasarkan pendapat, pengetahuan dan pengertian serta pengalaman pribadi. No debate please. 

Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun